[Cerpen] pendakian gunung keramat #1 (awal cerita)


Pagi itu saat semua sudah berkumpul, Faisal dan teman-temannya siap berangkat untuk melakukan pendakian gunung, yang nanti pada akhirnya akan menjadikan perjalanan yg penuh cerita horor bagi mereka.

Mereka ber-enam yaitu  Faisal, Ratih, Dea, Subhan, Rio dan Arya, mereka adalah sahabat sejak sama-sama masih kecil.
#Faisal,
Sebagai pencetus ide dan sekaligus pemimpin rombongan, dengan sikapnya yang ambisius dan keras kepala yang kadang sering membuatnya bersikap otoriter.
#Ratih,
Dengan sikap yg lembut dan sedikit minder juga penakut.
#Subhan,
Umurnya memang lebih tua, membuat sikapnya lebih dewasa dan lebih religi.
#Arya, 
Sikapnya yang tenang, berwibawa dan cenderung pendiam.
#Dea,
Sicewek cerdas dan cekatan, dia juga berpacaran dengan Arya.
#Rio,
Teman akrab Arya karena dari SD sampai kuliahpun selalu barsama, mempunyai karakter yg penakut namun emosian.

Mereka semua adalah teman satu kampung yang dari kecil sering bermain bersama.
Tapi sejak lulus SMA mereka jarang bertemu, Faisal yg kuliah di Jakarta, Rio dan Arya sama-sama kuliah di Jogja, Dea kuliah di Semarang sementara Ratih dan Subhan tidak melanjutkan pendidikannya. Mereka berdua memilih membantu usaha orang tuanya.

Setelah sekian lama berpisah mereka ingin mengadakan reonian bersama, yaitu mereka merencanakan pendakian disalah satu gunung yang tak jauh dari kota mereka.

Faisal yang sudah lama menekuni hobi mendaki gunung, dialah yg punya ide sebelumnya dan sekaligus dianggap lider bagi teman-temannya.

***

Setelah perjalanan melewati jalan pegunungan menembuh jarak yang lumayan jauh, berkelok-kelok menyusuri punggungan dan lebatnya perkebunan. Menggunakan mobil angkutan bak terbuka, siang itu mereka sampai di suatu pertigaan jalan menuju desa terakhir dikaki gunung Kemulan.


"Huuft akhirnya sampai juga, walaupun jalannya banyak yang rusak dan sangat melelahkan, tapi perjalanannya asyik juga..." ujar Faisal sambil melompat dari mobil yang dicarternya.

"Iyaa, walaupun ini masih satu kabupaten tapi baru kali ini aku kesini..." ujar Subhan.

"Yaudah yuukk,,, turun-turunin barang bawaannya..." ajak Arya.


Setelah membayar mobil yang mengantar mereka, mereka pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki memasuki jalan kecil menanjak menuju desa Sengari, desa terakhir sebelum memasuki gunung Kemulan.

Sore itu, sekitar pukul 15.30wib sampailah mereka di desa yang dituju, desa yg sangat terpencil dengan akses jalan yang menanjak dan rusak, di desa inipun hanya berdiri beberapa rumah yg letaknyapun cukup berjauhan, menurut info desa ini dihuni sekitar 70 kepala keluarga yg terdiri dari beberapa dusun, saat mereka memasuki gerbang desa suasanya sangat sunyi, hanya suara deringan serangga gunung yg mendering-dering.


"Maaf bu, mau numpang tanya... rumahnya pak kades dimana yaa...???" Tanya Faisal pada seseorang yang kebetulan lewat.

"Ooh iyaa  rumah pak kades ada di sebelah sana, jalan ini lurus nanti diatas tanjakan itu ada rumah menghadap ke selatan, itu rumahnya mas.." jawab orang itu penuh keramahan.

"Baik, makasih yaa bu..." jawab Faisal dengan senyum khasnya.

Merekapun bergegas menuju rumah pak Kades.
"Tok tok tok...!!!" "Assalamualaikum..." Subhan mengetuk pintu.

Tak lama kemudian ada seorang ibu-ibu membukakan pintu rumahnya.
"Wa'alaikumsalam..." jawab itu itu sembari membuka pintu.

"Maaf bu, apa bener ini rumah pak kades..."  tanya Faisal.

"Iya bener, silahkan masuk... bapaknya masih didalem baru mandi... nanti saya pangilkan dulu..." ucap ibu itu sambil mempersilahkan masuk.

"Baik bu..." ucap Faisal dan kawan-kawan.

Tak lama kemudian nampak seorang bapak-bapak yang belum terlalu tua datang menemui mereka, bisa ditebak bapak itu adalah pak kades.

"Monggo diminum dek airnya..." ucap pak kades sembari duduk.

"Baik pak baik pak" jawab mereka serentak.

"Kok tumben adek-adek ini datang bertamu ke desa kami, ada keperluan apa yaa...??? Dari mana asal adek-adek ini...???" Tanya pak kades membuka pembicaraan.

"kami dari kota madya pak, kami kesini cuma pingin jalan-jalan aja pak...???" Ucap Rio sambil terbata-bata.

"Ooo... gitu thoo... silahkan saja jalan-jalan ke desa kami, disini memang jarang ada orang pendatang  jadi kadang warganya agak risih dan terkesan malu-malu, tapi sebenarnya mereka baik-baik kok, dan kami sangat senang jika ada yang datang berkunjung ke desa kami... atau kalo gak keberatan kalian bisa kok menginap di rumah ini..." jelas pak kades panjang lebar.

"Iyaa makasih pak, tapi maksud kedatangan kami kesini mau minta izin untuk mendaki gunung kemulan pak..." ucap Faisal menjelaskan.

"Apa...??? Maksudnya mau mendaki gunung Kemulan...??? Tapi disana penuh bahaya dek... bahkan kami-kami ini jarang ada yang berani kesana, terlalu angker dan berbahaya nak..." jelas pak kades dengan nada heran.

"Tapi pak, kami sudah persiapkan perlengkapannya pak, Insya'Allah kami baik-baik saja pak... kami juga sering mendaki gunung kok pak..." bujuk Faisal.

"Bukan aku gak mengizinkan dek, tapi menurut kami ini sangat berbahaya, hutan disana jarang dijamah, bahkan jalan setapakpun masih belum ada menuju ke puncak, dan disana ada yang namanya hutan larangan, hutan yang sangat keramat... aku takut kalian kenapa-napa disana..." jelas pak kades penuh kekhawatiran.

"Kami sudah perhitungkan semuanya pak, kami juga sudah minta izin dari kampus dan kepolisian di tempat kami pak..." bujuk Rio.

"Baiklah kalau begitu, semoga kalian baik-baik saja, karena aku yakin kalian punya skill dan pengetahuan yang baik... tapi aku sarankan sebaiknya malam ini kalian tidur disini dulu, soalnya hari sudah sore nak..." ucap pak kades menawarkan rumahnya.

"Maaf pak takut merepotkan, dan juga rencananya kami akan mendirikan tenda saja di daerah danau tak jauh dari pintu hutan..." Arya menjelaskan.

" baiklah kalau begitu, saya hanya bisa berpesan, baik-baik diperjalanan, jangan neko-neko bersikaplah sopan walaupun mungkin disana gak ada orang..." pesan pak kades.

"Baik pak, sebelum kesorean, kami pamit dulu pak..." jawab mereka serentak.

Setelah pamit dan merapikan barang-barang bawaan, mereka melanjutkan perjalanan dengan menyusuri jalan dusun dan dilanjut jalan setapak melewati ladang-ladang penduduk.


Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, karena dari batas kampung jalan sudah sangat terjal dan menanjak, melewati sawah dan ladang penduduk.

"Huuft,,, walau meelahkan namun pemandangannya sangat indah..." ucap Arya dengan nada lirih sambil menghela nafas.

Hari itu nampak sudah sangat sore, mereka terus berjalan menuju batas hutan.


Sesaat sebelum memasuki hutan, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seorang kakek tua renta yang berdiri diatas batu besar tepat dipunggir jalur.

"Mau kemana hai anak muda...???" Tegur kakek misterius itu.
Serentak semua terkaget bukan kepalang, bahkan Ratih sempat hampir terpental saking terkejutnya.

"A'aa anu anu, kami kamii mau puncak gunung Kemulan kek..." ucap Faisal dengan nada terbata-bata.

"i'iiyaa kek kami mau masuk hutan..." Arya menimpali dengan nada ketakutan.

"TUNGGU...!!! Tunggu dulu...!!! Kalian tidak boleh masuk hutan ini, ini hutan larangan... Pergiii... pergiii... pergiii kalian dari sini... ini sangat berbahaya buat kalian..." ucap kakek misterius dengan nada menghardik.

"Tapi kek, niat kami baik kek, kami tidak ada maksud apa-apa..." ucap Faisal menjelaskan.

"Tidak, aku tidak akan mengizinkan kalian masuk, kalian bisa celaka...!!!" Terang kakek misterius.

"Tolong kek, hari sudah mulai gelap, tolong izinkan kami memasuki hutan, kami ingin bermalam di dekat danau tak jauh dari sini, karena menurut informasi tak jauh memasuki hutan disana ada danau yang sangat jernih dan indah..." Faisal membujuk.

"Aku peringatkan sekali lagi pergiii... pergiii kalian dari sini...!!!" Hardik kakek misterius itu.

"Tapi kek, tolong..." Dea mencoba memohon.

"Tidak, jika kalian nekat memasuki hutan ini, dan bermalam didekat danau, aku pastikan besok pagi kalian sudah menjadi mayat yang tak bernyawa... Dan sekarang kalian harus pergi dan pulanglah, jika kalian tidak ingin menyesal...!!!" Kakek itu mengusir.

"Sal, ada baiknya kita urungkan niat kita, sepertinya kakek ini tidak main-main..." Subhan berbisik membujuk Faisal sambil menarik tangannya.

"Tidak Han, aku yakin kakek ini orang gila, lihat pakaiannya semua sudah rombeng..." bisik Faisal pada Subhan.

"Hai lancang sekali mulutmu anak muda, aku tegaskan sekali lagi, jika kalian nekat memasuki hutan ini, kalian tidak akan selamat...
Didalam hutan sana setelah melewati danau kalian akan dihadang ular yang besar, makin ke dalam disana kalian akan dihadang ribuan ular yang berbisa, jika makin menjauh memasuki hutan kalian akan menemu air terjun sakral, yang airnya sangat jernih tempat para bidadari dan dewa mensucikan diri...
Dan dari situlah perjalanan kalian akan menanjak melewati hutan berlumut dan berkabut tebal, mata kalian akan tertutup kabut pekat, hingga untuk saling memandang diantara kalian saja tidak akan bisa, disanalah tempat iblis dan dedemit bersarang...
Kalian juga akan menemui jurang-jurang yang dalam dan bukit-bukit yang berlapis, disana tempat hidup para macan kumbang dan binatang buas lainnya...
Dan apabila kalian memang sanggup menggapai puncak, disana hanya kau temui ujung yang sangat sempit yang dikelilingi jurang yang dalam dan anginnya sangat kencang bak badai di neraka. Bahkan kalian akan sulit menemui jalan kembali dan akhirnya tersesat dikegelapan hutan...
Aku yakin kalian tidak akan bisa selamat dari perjalanan itu, keculai jika kalian memang orang-orang sakti... hahahhaaa..." jelas kakek itu dengan suara yang berkumandang bak malaikat pencabut nyawa.

Tak lama kemudian kabut datang dengan angin yang sangat kencang, dan anehnya kakek itu menghilang seketika seakan melayang bersama kabut yang datang.


"Haahh... aneh sekali, kenapa kabut datang secepat itu...??? Ayo Faisal kita kembalii..." teriak mereka semua sembari panik dengan angin yang makin kencang.

"Baiklah ayoo, ayoo kita kembali..!!!" Faisal dan teman-temannya lari meninggalkan pintu hutan penuh dengan ketakutan.

Hari sudah gelap, waktu menunjukkan pukul 7 malam, dengan keadaan yang kelelahan akhirnya mereka sampai dirumah pak kades lagi, berniat untuk menginap dirumah pak kades. Setelah menceritakan semuanya, pak kades pun tak keberatan mengizinkan mereka menginap di rumahnya.

"Hahahaaa,,, diminum dulu tehnya biar kalian lebih tenang... disana memang begitu, makanya kamipun enggan masuk hutan jika tidak ada kepentingan yang mendesak, karena biasanya kakek itu memang sering mencegah siapapun orang asing yang hendak masuk hutan, kakek itu adalah sesepuh dari warga kami juga  beliau adalah juru kunci dari gunung Kemulan, bahkan konon pernah dikabarkan kakek itu sudah meninggal, tapi kami belum bisa memastikan, karena beliau kadang masih menemui jika kami masuk hutan sana..." jelas pak kades.

"Jadi beliau itu juru kuncinya pak...???" Tanya Subhan.

"Iya nak, karena itulah banyak dari para pendaki yang mencoba memasuki hutan tapi akhirnya mengurungkan niatnya seperti kalian, beliau memang yang menjaga hutan itu, beliau sudah bertahun-tahun tinggal dihutan, beliau tak punya tempat tinggal tetap, karena hutanlah tempat tinggalnya...." jelas pak Kades lagi.

"Oooo..." ucap Ratih sambil menggut-manggut.

"Baiklah lebih baik kalian tidur dulu, agar besok pagi kalian lebih segar saat bangun dan pulang ke rumah dengan semangat..." pak kades mempersilahkan untuk istirahat.

***

Setelah istirahat yang nyeyak dirumah pak kades, pagi itu suasana sangat sejuk, jalanan nampak sepi, udara masih bercampur kabut tipis dengan cahaya matahari yang mulai mengintip memancarkan cahaya emasnya.


Tapi Faisal sudah nampak terbangun lebih dulu menikmati pemandangan itu di depan rumah pak kades, kadang sesekali berjalan di sekitar kampung sambil memandangi pegunungan yang berlapis-lapis dengan gunung Kemulan ditengahnya.

"Dari sini sungguh nampak indah sekali gunung itu, aku sungguh ingin mencumbui hutanmu wahai gunung Kemulan yang anggun..." ucap Faisal dalam hati sambil duduk di sebuah batu tak jauh dari rumah pak Kades.


Tiba-tiba Arya datang sembari membawa dua cangkir kopi.
"Ngopi dulu kawan, biar hangat badan kita..." celetuk Arya.

"Hmm,,, mantep pagi-pagi gini ngopi..." ucap Faisal sambil nyeruput kopi dalam cangkir.
Dari depan rumah pak kades Subhan datang menghampiri.

"Sal, jam berapa kita berkemas dan siap-siap untuk pulang...???" Tanya Subhan.

Sejenak mereka terdiam, nampak Faisal menatap keatas seraya berfikir ulang tentang rencananya.

"Aku bingung Han, terus terang dari tadi aku selalu berpikir, kita pulang atau tetap melanjutkan perjalanan ini, aku masih penasaran dengan puncak gunung Kemulan itu Han..." jawab Faisal.

"Gila kamu Sal, itu gak mungkin Sal...!!! Selama ini gak ada pendaki yang masuk hutan itu, lagian disana sangat berbahaya seperti yang diramalkan kakek itu, kalo kita nekat masuk, kita pasti tidak akan selamat..." jelas Subhan dengan nada tinggi.

"Justru itu, aku tidak percaya ramalan kakek itu, aku ingin membuktikan kebenarannya..." jawab Faisal ngotot.

"Hee,,, kamu mau ngorbanin nyawa kami semua demi ambisimu yg tidak masuk akal itu...???" Subhan menghentak.

"Justru kamu yang tidak masuk akal, percaya mitos-mitos yang bodoh itu... kamu itu pengecut...!!!" gertak Faisal.

"Heey,,, sudah sudah sudah... jangan bertengkar kalian..." Dea dari kejauhan lari mencoba melerai.

Arya yang dari tadi disana juga hanya bisa diam saja.
Tak lama kemudian Rio dan Ratih datang.

"Ada apa ini...???" Tanya Ratih.

"Tanya saja sama Faisal, apa yang sebenarnya terjadi..." jawab Subhan sewot.

"Ada apa Sal...???" Tanya Rio.

"Aku punya ide lagi Rio, gimana kalo perjalanan ini tetap dilanjutkan, aku yakin kita akan mampu sampai puncak gunung itu..." ucap Faisal sembari menunjuk gunung Kemulan.

"Haaah... gila kamu Sal, itu sangat berbahaya..." ucap Rio.

"Iyaa itu sangat berbahaya, aku tidak mungkin ikut, lagian pak kades pasti tidak mengizinkan kita kesana...!!!" Ucap Ratih jutek.

"Apa kalian tidak ingin menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki dipuncak gunung Kemulan sepanjang sejarah...??? Masalah izin, bilang saja kita cuma mau ngecamp di danau dipinggir hutan sana... pasti beres..." Ucap Faisal merayu.

"Tidak, itu ide konyol... itu hanya ambisi pribadimu saja..." Subhan menolak.

"Baik, kalaupun kalian tidak setuju, biarpun sendiri, aku kan tetap melanjutkan perjalanan ini ke puncak..." tegas Faisal.

"Gila,,, itu sangat berbahaya Sal...!!!" Ucap Arya yang dari tadi hanya bisa termenung.

"Yaah gila atau tidak, ini adalah sudah menjadi keputusanku, akupun tidak memaksa kalian untuk ikut denganku..." Tekat Faisal.

"Heeh itu sangat bodoh Sal..." ucap Rio mengingatkan.

"Baik, kalo kalian gak mau ikut, silahkan kemas barang bawaan kalian dan silahkan pulang, biar aku sendiri disini dan nenyiapkan pendakian ke puncak..." ucap Faisal nekat.

Semua terdiam, tak ada yang bergeming apalagi bergerak meninggalkan tempat itu.

"Heei,,, ada apa dengan kalian...???" Gertak Faisal.

Dan semuanya masih tetap diam.

"Baiklah jika kalian tidak mau bergerak, aku yang terlebih dahulu berkemas dan mulai mendaki ke puncak..." tambah Faisal sembari pergi meninggalkan teman-temannya.

"Tunggu..." ucap Dea.

Seketika Faisal berhenti dan menengok ke arah Dea.

"Aku ikut kamu Sal, aku gak mungkin membiarkanmu sendirian melakukan perjalanan yang sudah lama kita siapkan ini..." jelas Dea.

Faisal nampak tersenyum dan menghampirinya.
Dan tak lama Arya juga mendekat.

"Aku juga ikut kamu Sal..." ucap Arya sembari menepuk pundak Faisal.

"Kalo Arya ikut, aku ikut juga..." ucap Rio.

"Tapi kamu ikut bukan karena pacar kamu Dea ikut kan Arya...?? Dan kamu Rio, ikut bukan karena semata-mata sahabatmu Arya ikutkan...???" Tanya Faisal.

"Gak penting apa itu alasannya, yang jelas kami tetap ikut denganmu Sal..." jelas Arya.

Faisal lantas menghampiri Subhan dan Ratih.

"Kalo kalian gak mau ikut dengan kami, aku akan mengantarmu sampai di pertigaan jalan raya kemaren, aku akan meminjam motor pak kades, sampai disana aku akan mencarikanmu angkutan. Aku juga ada beberapa barang yang harus aku beli disana..." ucap Faisal sambari merangkul Subhan dan Ratih untuk mendinginkan suasana.

"Faisal, Arya, semua nya, kesini sarapan dulu..." teriak pak kades menawarkan sarapan dari depan rumahnya.

"Baik pak..." jawab Arya sembari mendekat.

Setelah masuk kerumah pak kades, disana sudah tersaji aneka khas menu sarapan.


"Waahh... sedap-sedap sekali makanannya pak, jadi ngrepotin nih... hehehee..." ucap Subhan.

"Yaaah cuma ala kadarnya saja nak... ayoo dimakan bareng-bareng sudah lama aku gak merasakan makan rahat bareng-bareng kaya' gini..." ucap pak kades dengan nada bercanda.

Setelah selesai sarapan Faisal minta izin untuk berkemah di dekat danau dan sekalian meminjam motor pak kades untuk mengantar Subhan dan Ratih pulang.
Dan pak kadespun dengan senang hati meminjamkan motornya.

Sembari menunggu Faisal datang, teman-teman yang lain berkemas packing barang-barang bawaannya.
Tak lama kemudian Faisal datang dengan membawa beberapa barang yang baru saja dibeli dari pasar yang tak jauh dari kampung itu.

Setelah semuanya rapi, mereka berpamitan lagi sama pak kades untuk berniat melanjutkan petualangannya yang sempat tertunda.

"Baik kalo begitu kami pamit dulu pak, makasih atas bantuannya selama ini..." ucap Faisal.

"Hhmm... santai aja nak Faisal, kami sangat senang kedatangan anak-anak muda seperti kalian... jangan lupa tetap hati-hati diperjalanan, walau sebenarnya aku tidak mengizinkan, tapi aku yakin kalian akan baik-baik saja kalau sekedar berkemah disana..." ucap pak kades.

"Baik pak makasih banyak..." ucap Faisal.

"Oia, kalo kalian mau pulang nanti jangan lupa mampir dulu kesini lagi, biar kami gak menghawatirkan kalian..." ucap pak kades lagi.

"Baik pak, insya'Allah kami pasti mampir lagi pak..." ucap Arya sambil melambaikan tangan.

***

Ini adalah petualangan empat anak manusia yang penuh ambisi, tanpa menghiraukan apapun mereka hanya tertuju pada satu impian, puncak gunung Kemulan, puncak gunung yang angker dan sakral.
Padahal gunung itu penuh dengan rintangan, dari waktu ke waktu daerah itu terlindungi oleh mitos dan memang tak pernah terjelajahi sebelumnya.
Secara geologi kawasan itu berbentuk berbukit-bukit yang menjadikan siapapun yang masuk akan mudah tersesat, apalagi disana hutannya sangat rapat dan selalu ditutupi kabut sepanjang musim, membuat keadaan lembab dan sangat gelap sepanjang waktu.
Mungkin karena inilah yang menjadikan kawasan ini menjadi angker dan disakralkan oleh penduduk setempat.

Tapi apapun keadaan itu, rasa penasaran keempat pemuda ini menjadikan mereka tak menghiraukan semua larangan.

"Hahahaaa... ini adalah petualangan terbesarku, yang akan tercatat dalam sejarah hidupku bahkan sejarah dunia, bahwa akulah orang yang pertama menginjakkan kaki di puncak yang paling sakral itu...
Dan buat setan dan dedemit disana, menyingkirlah kalian...!!!
Aku sang manusia dewa hendak menembus istana kalian yang tertutup itu.. hahahaa..." ucap Faisal dalam hati penuh keangkuhan. Sembari berjalan menuju hutan rimba yang diiringi Arya, Dea dan Rio. Mereka berempat melangkah dengan pasti.


============BERSAMBUNG============

Untuk kelanjutannya KLIK DISINI

Sebelum melanjutkan ceritanya jangan lupa ambil nafas panjang dulu, karena ceritanya akan lebih seru dan mendebarkan.
Banyak kejadian yang akan menimpa keempat petualang ini.
Malapetaka apa yang akan mereka alami...???
Yuukk silahkan dilanjut, klik link diatas...

Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post

7 comments:

  1. Heheee.. lebih keren lagi dilanjut membacanya sampai selesai... ini baru halaman pertama... :D
    Silahkan klik link diatas...

    ReplyDelete
  2. Penasaran dengan cerita selanjut nya...izin di klik ya mas...hehee

    ReplyDelete
  3. Hanya fiktif sih tapi ana salu bang ama nt bisa bikin cerita serapih ini dan membuat ana sendiri berfikir betapa konyolnya ana saat mendaki mengikuti emosi dan ga pake logika saat berada dalam hutan dan menghadapi keadaan yg hampir sama seperti cerita ini...

    ReplyDelete
  4. keren deh... berbagi ilmu dan pengalaman melakukan pendakian, melalui karya fiksi 👍👍👍👍

    ReplyDelete
  5. Bagus ceritanya...Walaupun saya belum pernah mendaki

    ReplyDelete

recent posts