[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat #2 (inti cerita)

Untuk cerita sebelumnya KLIK DISINI


Sebelum melanjutkan kisah pendakian ini, alangkah baiknya kita memahami lagi karakter dari keempat pendaki tersebut.

#Faisal: sang pencetus ide sekaligus pemimpin rombongan, perawakan tinggi ideal, berpenampilan rapi, perfecionis, sangat cerdas, ambisius, kepemimpinan tinggi, berfikir rasional, dan gigih dalam berjuang, kadang otoriter.
#Dea: secara pola pikir hampir sama dengan Faisal, rasional, tidak percaya mitos, punya rasa penasaran yang tinggi, lebih modern.
Ikut rombongan karena sepaham dengan Faisal.
#Arya: pendiam, kharismatik, lebih sopan dan lembut, penyayang, setia kawan, pemberani, perawakan gagah, masih sedikit percaya mitos.
Ikut rombongan karena Dea kekasihnya.
#Rio: emosional, perawakan pendek, berfikir dangkal, penakut, sangat percaya mitos.
Ikut rombongan karena Arya sahabat dekatnya.

****


Setelah berjalan berapa lama, tibalah mereka di batas hutan, sebelum memasuki hutan mereka sempat mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada kakek juru kunci.

"Kemaren kakek itu nongol di atas batu ini kan, dan sekarang tidak ada, berarti secara tidak langsung beliau mengizinkan kita masuk..." celetuk Faisal meyakinkan teman-temannya.

"Iya, aku ingat betul kakek itu kemarin disini..." Dea mengiyakan.

"Baiklah kalo begitu, ayoo kita masuk ke hutan..." ajak Arya sembari merangkul Dea.

"Tunggu dulu...!!!" ucap Faisal menyetop teman-temannya.

"Ingat kawan-kawan...!!! Sebentar lagii kita akan memasuki hutan, jadi saat kita didalam sana, tak ada alasan untuk kembali sebelum mencapai puncak, kecuali kalo ada sesuatu yang memang tidak memungkinkan...
Dan sebelum kita memasuki hutan ini, siapa yang masih ragu...???
Jika masih ragu, aku persilahkan mundur..." tegas Faisal.

Semua nampak terdiam, tak ada jawaban sama sekali.
"Baik, kalo kalian diam berarti kita semua sudah mantap untuk melanjutkan perjalanan ini...
Dan sekali lagi ingat, apapun yang terjadi kita harus tetap bersama, jangan sampai terpisah...
Baiklah sebelum kita memasuki hutan ini, mari kita berdo'a agar kita diberi kelancaran dan keselamatan dalam perjalanan ini..." ucap Faisal panjang lebar.


Setelah selesai berdo'a mereka melanjutkan perjalanan memasuki hutan.
Di dalam hutan suasana nampak tenang, rimbun dan pekatnya atap hutan membuat cahaya matahari jarang menembus ke lantai hutan, disini masih ada jalan setapak yang biasa dilalui penduduk dalam mencari kayu atau obat-obatan.


Perjalanan menyusuri jalan setapak sedikit menanjak, makin jauh hutan semakin rapat, banyak berkicauan burung-burung liar dan beberapa kera bergelantungan di ranting-ranting pohon.


Setelah sekitar satu jam berjalan sampailah mereka di danau peri. Tapi alangkah terkejutnya mereka saat melihat kondisi danau tersebut, tak sesuai yang dikatakan orang-orang disekitar kampung tadi.


"Looohh... kok air danaunya gak jernih, jadi pekat putih kehijauan gini...
Lihaatt... banyak ikan dan katak yang mati disana....???" Ucap Dea penuh heran.

"Wah benar yang dikatakan kakek itu, kalo kita waktu itu nekat malam-malam mendirikan tenda disekitar sini, pasti kita akan bernasib sama seperti ikan-ikan itu..." ucap Arya.

"Waahh jangan-jangan benar yang semua ramalan kakek itu, jika kita nekat memasuki hutan ini kita akan celaka..." ucap Rio sembari menggigil ketakutan.

"Tenang tenang tenang Rio, jangan panik dulu..." ucap Arya menenangkan sembari merangkul Rio.

"Ayoo kita pulang saja, kalo gak kita pasti akan celaka..." ucap Rio ketakutan.

"Tunggu dulu, tidak ada yang ganjil dalam hal ini, ini hanya perubahan air danau yang biasa terjadi pada danau-danau bekas gunung berapi. Ini hanya perubahan biasa, jadi jangan terlalu takut pada hal sekecil ini..." jelas Faisal.

"Iya memang, seperti di danau-danau volkanik lainnya, biasanya danau tersebut airnya kadang tiba-tiba berubah warna, dan kadang menimbulkan gas beracun, mungkin juga hal tersebut yang terjadi pada danau ini..." Dea juga mencoba menjelaskan.

"Ayoo kita jangan lama-lama disini, siapa tahu disini masih beracun..." ajak Faisal.

"Tidak, aku tidak mau meneruskan perjalanan ini, ini pasti penuh kutukan, seperti yang diramalkan kakek itu..." Rio menolak tidak ingin melanjutkan.

"Heehh bukankah sudah aku bilang, setelah memasuki hutan ini tak ada alasan untuk kembali sebelum sampai puncak... kecuali memang ada hal-hal yang urgen yang membuat kita harus turun...
Tapi aku tetap yakin, bahwa kita akan baik-baik saja..." ucap Faisal menjelaskan.

"Kamu sungguh gila Sal, demi ekpedisi konyolmu ini rela mempertaruhkan nyawa kami... aku yakin kita pasti celaka, ayoo kita turun segeraa..." ucap Rio panik bukan kepalang.

"Benar kata Faisal Rio, kita semua akan baik-baik saja, dan ini hanya imajinasimu saja..." Arya menenangkan.

Setelah Arya membujuk Rio, Rio pun tenang karena Arya adalah orang yang Rio percaya dan orang yang paling dekat dengannya.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan lagi.
"Ayoo kita pasang pita dari tali rafiah berwarna kuning ini, disetiap pohon yang akan kita lewati, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, agar kita tidak mudah tersesat nanti..." ucap Faisal pada teman-temannya.

Perjalanan berlanjut, setapak demi setapak terus menanjak, sesampainya di punggungan dari atas nampak hamparan hutan yang berbukit-bukit bak permadani yang membentang.


"Woow,,, indah sekali..." Faisal bergumam lirih.
"Waah,,, berarti perjalanan kita masih sangat jauh, kita baru melewati satu punggungan bukit, dan didepan sana masih banyak punggungan-punghungan yang harus kita lewati..." ucap Rio mengeluh.

"Yaaa... bahkan puncak yang terlihat itu bukan puncak sebenarnya, itu hanya puncak bayangan, dan puncak yang sesungguhnya jauh ada dibalik punggungan-punggungan itu..." ucap Faisal menjelaskan.

"Tapi jangan kuatir kawan, perjalanan ini akan kita lalui dengan indah..." ucap Dea dengan senyum manisnya sambil menepuk pundak Rio.

Setelah beristirahat sejenak di puncak punggungan, merekapun melanjutkan perjalanan dengan menuruni punggungan menuju ke lembah, tapi tak lama mereka turun dari punggungan, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan melintas nya seekor ular besar.

"Huuh,,, awaass...!!!" Teriak Faisal yang berjalan didepan saat melihat ular seketika meloncat menghindar dan mengingatkan pada teman-temannya yang berada di belakang.
Seketika semua terkejut dan berteriak kalang kabut.

"Tenang,,, tenang,,, tenang,,," ucap Arya menenangkan teman-temannya.

"Jangan ada yang bergerak, biasanya ular tidak menganggap kita ancaman jika kita tidak bergerak..." tambah Arya menjelaskan.

Seketika semuanya terdiam dan tahan nafas, lalu ular itu pergi dengan sendirinya.

"Lihat...!!! Lihatt...!!! Memang benarkan apa yang diramalkan kakek itu, ada banyak ular disini... ini bahaya, aku gak mau mati disini... ayoo kita pulang sekarang..." lagi-lagi Rio merengek minta pulang.

"Tenang Rio, dihutan memang banyak ular, itu wajar..." jelas Faisal.

"Tidak, ini tidak wajar...!!! Ini persis ramalan kakek itu... kita akan mati diserang ribuan ular disini..." Rio makin panik.

"Heehh... memangnya kakek itu Tuhan apa, tau semua tentang takdir kita...???" Tegas Faisal kesal.

"Percayalah kita akan baik-baik saja...!!!" Tambah Faisal menenangkan.

"Iya Rio kita akan baik-baik saja... sekali kita masuk hutan artinya kita pernah berkomitmen untuk selalu kompak dan terus menggapai tujuan..." jelas Dea.

"Tenang Rio, selama masih ada aku, kamu pasti baik-baik saja, kita semua pasti akan baik-baik saja..." ucap Arya menenangkan.

Setelah semua tenang, perjalananpun segera dilanjutkan.
"Baik, kita ambil jalur melipir... kita jangan menuruni lembahan ini, karena disana ada rawa-rawa yang tentunya berbahaya untuk dilewati...
kita melipir saja mengitari punggungan...
Ambil golok kalian, kita menebas membuka jalur...!!!" Perintah Faisal untuk siap menebas hutan membuat jalur melipir.


Perjalanan dilanjutkan dengan membuka jalur sendiri, hutan dan semak yang lebat membuat langkah mereka makin lambat, tak terasa hari mulai sore, dan mereka putuskan untuk beristirahat dan bermalam di punggungan itu.

"Teman-teman, sekerang jam sudah menunjukan pukul 5 sore, kita hentikan perjalanan kita disini, kita istirahat dan bermalam disini saja, karena disini lokasinya sangat nyaman.." ucap Faisal.

"Iya nih, disini juga gak terlalu rimbun semak belukarnya, jadi lebih bersih dan nyaman untuk memasak dan istirahat..." imbuh Dea.

"Baiklah, Dea dan Rio biar yang urus makanan, aku dan Arya biar yg membersihkan tempat ini dan mendirikan tenda..." jelas Faisal.

"Oke, mari kita kerjakan tugas kita masing-masing..." perintah Arya.

Setelah semua rapi dan makanan telah selesai dimasak, mereka pun berkumpul dan mereka membuat api unggun dari ranting-ranting yang kering sebagai penerangan sekaligus penghangat suasana. Karena api unggun juga mampu mengusir binatang-binatang berbahaya.


"Perjalanan hari ini sangat melelahkan yaa...???" Ujar Dea sambil mengunyah nasi dan gorengan tempe dengan sayur sop penuh kol dan wortel sebagai sayurannya.

"Iyaa, sejak bikin jalur tadi perjalanan jadi lebih lambat..." tegas Arya.

"Yaah gak papalah, yang penting malam ini kita masih bisa makan nasi, setelah seharian tadi cuma roti mulu hehee..." ucap Rio becanda.

"Hahahaa,,, yang penting nikmati saja perjalanan ini, semua akan menjadi kisah seru dalam pengalaman kita dan akan indah jika kita kenang kelak..." jelas Faisal.

"Oiya, ngomong-ngomong berapa punggungan yang harus kita lewati Sal...???" Tanya Arya.

"Kalo dilihat dari peta, sejak awal kita masuk hutan kalo diitung ada 12 punggungan sebelum kita sampai dipuncak... dan sekarang kita baru melewati 1 punggungan saja..." jelas Faisal.

"Waduh, masih 11 punggungan lagi dunk...??? Bisa berhari-hari kita hidup di hutan ini nih..." keluh Rio.

"Yaa gak juga Rio, menurut perkiraanku paling sekitar 3 hari lagi kita sudah sampai puncak dan kira-kira satu minggu kita sudah turun..." jelas Dea.

"Jangan mikirin itu dulu, yang penting nikmati saja perjalanan ini dengan senang hati...." jelas Arya.

Obrolan malam itu sungguh hangat dan mampu melepaskan penat di pikiran...
Secangkir kopi dan sebatang rokok mampu meleburkan beban di pundak.
Setelah selesai makan dan ngobrol, mereka beranjak tidur ke dalam tenda.

***

Pagi itu udara sangat sejuk, cahaya matahari menembus dari sela-sela daun pepohonan yang membuat suasana sedikit hangat, dan merekapun bangun dari tidurnya dengan keluar dari sleeping bag masing-masing bak kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya.



"Wuuuihh... sejuk sekali udaranya..." ucap Arya sembari meregangkan otot-ototnya.
Dan yang lain juga ikut menggerakkan otot-ototnya sembari berjalan menikmati udara di pagi itu.


"Yuukk... bagi tugas kaya' kemarin, ada yang memasak lagi dan yang lain bebenah..." ajak Faisal.

Setelah sarapan dan santai-santai sejenak, merekapun kembali meneruskan perjalanan. Arya mendapat jatah didepan dan menebas jalur.
Vegetasi yang dilalui adalah pohon-pohon besar dengan semak daun lebar, banyak juga pohon pakis dan semak berduri.
Bahkan merekapun saling bergantian menebas jalur.
Setelah berjalan sekitar 2 jam, nampak didepan ada air terjun yang indah.


"Lihat,,, disana ada air terjun..." ucap Arya sembari menunjuk kearah air terjun.

"Woow,,,, indah bangett..." ucap Dea kagum.
"Ini yang dikatakan kakek itu, air terjun bidadari..." ucap Rio.

"Yaaa ini air terjun Bidadari seperti yang dikatakan kakek itu, berarti kita sudah melewati 2 punggungan dan ketinggian kita sudah diatas 1000mdpl..." jelas Faisal penuh ilmiah.


Tak lama mereka sampai dibawah air terjun itu, dan segera melepaskan baju yang mereka pakai untuk segera mandi.

"Cihuuuiii..." ucap Rio girang.
Dan mereka semua pun ikut riuh dalam kegembiraan.

"Arya, aku tau Dea itu kekasihmu, tapi semasih kita berada di hutan ini, aku harap kamu bisa menjaga kesucian tempat ini dengan tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma yang ada..." teriak Faisal pada Arya bersaing dengan bisingnya deburan air terjun. disaat mereka berada di guyuran air yang deras.

"Okee,,, aku tau itu kok... apalagi ini tempat sucinya para bidadari aku sangat menghormati itu..." teriak Arya sambil menyelam kedalam air.

Sementara Rio asyik melompat dari atas batu.
"Hiaaaattt..." "byuuurrr" Rio meloncat.
"Hahahaaa...." mereka asyik bermain air hari itu.

Setelah selesai bermain air merekapun menyalakan kompor dan merebus mie instan dan kopi.
Dengan menikmati pemandangan yang indah dan menyantap mie rebus, mereka merasa seakan berada di surga bersama bidadari kahyangan.

Setelah semuanya rapi, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan menaiki lereng disekitar air terjun.
Perjalanan menanjak hingga keatas punggungan lagi dan terus menyisir kearah lembahan.
Setelah berjalan cukup lama dan melewati beberapa punggungan, mereka putuskan untuk istirahat di lembahan di tepi sungai kecil sambil membuka logistik.

"Hei Arya, buka perbekalan dan ambil roti dan slei coklatnya, udah laper nih..." ucap Faisal.

"Oia, sekalian ambil air juga buat persediaan air kita..." perintah Faisal pada Dea.


Di tepi sungai yang gemericik dan jernih itu mereka istirahat siang dan menyantap snack yang mereka bawa.
Bahkan mereka menyempatkan tidur siang di bawah rimbun pepohonan.

Setelah istirahat sejenak, jam menunjukkan pukul 3 sore, merekapun segera melanjutkan perjalanannya.
Berjalan menanjak menyusuri lereng terjal menuju punggungan dengan hutan yang lebat dan nampak berkabut pekat.


Saat memasuki hutan tersebut, suasana hutan serasa lebih seram dan menakutkan, jalur dipenuhi lumut dan sangat lembab, kabut mulai menutupi pandangan.


"Huuft jalurnya kok jadi serem gini sih..." ucap Dea.
"Iyaa niihh,,, diatas sana juga kabut mulai menutupi pandangan..." ucap Rio sambil menunjuk ke arah depan.


"Huuft,,, jarak pandang jadi pendek..." ucap Arya.
"Waahh ini yang diramalkan kakek itu, kita akan buta oleh kabut ini..." keluh Rio.

"Baik, kita istirahat disini dulu, ingat jangan saling berjauhan..." ucap Faisal.

"Ayoo cari tempat yang agak lapang untuk istirahat..." ajak Dea.

"Disini aja Sal, disini agak lapang..." ucap Arya.
Mereka duduk berdekatan dan sambil menggigil, karena selain berkabut tubuh mereka basah karena lumut yang lembab.

"Ayoo ganti baju kalian dengan raincoat, dan pakai ini..." perintah Faisal sembari memberikan headlamp warna kuning.
Merekapun segera ganti pakaian, dan memakai headlamp dikepala mereka masing-masing.

"Setidaknya dengan headlamp kuning ini, kita bisa melihat satu sama lain, dan jangan lupa jarak kita jangan berjauhan...
Ayoo lanjutkan lagi perjalanan kita..." ajak Faisal.

Kabut pekat yang diiringi gerimis dan jalur yang licin membuat langkah mereka gontai, Faisal yg didepan dengan golok yang selalu menebas membuat jalur, sementara Arya dibelakang sebagai team penyapu.


Saat mereka berjalan menembus pekatnya kabut, tiba-tiba, "braakkk..." tubuh Dea jatuh ke tanah.

"Sal tunggu Saall... Dea pingsan Sal..." teriak Rio yang tepat di belakang Dea.

"Deaaa..." Arya berteriak lari langsung memeluk Dea kekasihnya.

"Dea kenapa Rio...???" Tanya Faisal.

"Dea bangun Dea..." Arya menepuk pipi Dea.

"Baik kita istirahat dulu... sembari menunggu Dea sadar, aku yakin Dea kecape'an..." perintah Faisal.

"Rio bikin bivak, biar Dea gak keujanan..." perintah Arya.

"Tenang Arya, Dea akan baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja..." ucap Faisal menenangkan.


Setelah jas hujan dibentangkan membentuk bivak, mereka berteduh dibawahnya.
Dan semua berganti pakaian kering.

"Masukan air hangat kedalam kantong plastik dan letakkan di perutnya untuk menghangatkan tubuh Dea..." perintah Arya.

Dan tak lama kemudian Dea tersadar, tapi tubuhnya masih lemah.

"Baik malam ini kita istirahat disini saja, aku yakin besok Dea akan kembali fit..." ucap Faisal optimis.
"Iya pasti, yang penting Dea harus tetap doyan makan yaa..." ucap Arya sembari menyuapi Dea makanan.

"Ayoo Rio kamu ikut aku mencari shelter yang lebih luas dan mendirikan tenda disana, sebelum gelap semuanya harus sudah rapi..." ajak Faisal sambil bergegas mencari lokasi bertenda.

Faisal dan Rio membuka tenda dan di depannya dibuat api unggun agar lebih hangat, dengan cara ini kita akan terhindar juga dari binatang-binatang yang berbahaya.

Saat malam beranjak, semua sudah berada didalam tenda dan dengan api unggun yang menyala didepannya.

"Arya, apa sebaiknya kita pulang saja... aku takut terjadi apa-apa sama Dea..." bisik Rio.

"Sebenarnya aku juga menghawatirkan Dea, tapi aku juga gak mungkin menyerah begitu saja..." jawab Arya.

"Tapi apa kamu tidak sadar kalau kita cuma dimanfaatkan sama Faisal, ini semua adalah ambisinya Faisal..." bisik Rio mempengaruhi Arya.

"Tapi apapun itu tidak penting bagiku, yang jelas ini semua memang rencana kita bersama..." Arya tak terpengaruh.

"Kalian ngomongin apa siihh....??? Aku yakin besok Dea akan pulih..." ucap Faisal santai yang ternyata mendengarkan obrolan mereka.

"Tapi Sal, aku punya firasat bahwa kita akan celaka seperti yang diramalkan kakek itu..." balas Rio.

"Hei,,, lagi-lagi itu yang kamu omongin..." Faisal sewot.

"Tapi kenyataannya semua yang diramalkan kakek itu benar, mulai dari danau yang mematikan, ular yang berbahaya, air terjun dan hutan berkabut ini... semua benar..." ucap Rio ngotot.

"Dan lagi kakek itu juga bilang bahwa dihutan inilah para dedemit dan setan itu tinggal... ya kan Arya...???" Ucap Rio lagi.

Arya pun hanya bisa terdiam menganggukan kepalanya.

"Tapi memang ada benarnya juga kata Rio Sal, semua yang terjadi ini sama persis seperti yang diramalkan kakek itu..." akhirnya Arya berucap.

"Tapi bukan berarti kita harus menggagalkan perjalanan ini kan...???" Ucap Faisal.

"Lebih penting mana nyawa Dea dengan ambisi konyolmu itu..." ucap Rio emosi.

"Tidak, ini bukan konyol, ini adalah ekspedisi hebat...!!!" Jawab Faisal optimis.

"Apa kau bilang...??? Hebat...??? Ini yang disebut hebat dengan mengorbankan nyawa temanmu sendiri...???" Ucap Rio.

"Hee jangan asal bicara kamu...!!! Dea akan baik-baik saja..." jawab Faisal.

"Tenang tenang,,, semua tenang...!!! Baik kita tunggu saja kondisi Dea besok, baru kita bicarakan lagi... Lebih baik kita istirahat malam ini..." ajak Arya menenangkan suasana.

Merekapun masuki tenda dan dilanjutkan tidur.

***

Pagi itu nampak cahaya terang yang menembus pekatnya kabut disela-sela dedaunan.
Arya terbangun lebih dulu dan dia terkejut bukan kepalang mendapati kekasihnya sudah tidak ada di sampingnya.


"Dea... Dea mana Dea...???" Ucap Arya panik.
Serentak Faisal dan Rio terbangun.

"Ada apa Arya...??? Apa yang terjadi...???" Ucap Rio gugup.
"Dea menghilang Rio... Dea gak ada disini..." cerita Arya.
"Dimana dia, dimana...??? Ayoo kita cari...!!!" Ajak Faisal.

Mereka pun langsung beranjak dari tidurnya, mengabil headlamp dan langsung mencari Dea.

"Deaaa...!!! Deaaa...!!!" mereka berteriak memanggil di tengah pekatnya kabut.
"Deaaa...!!! Deaaa...!!! Deaaa...!!!" mereka terus memanggil-manggil penuh kepanikan.

Berjalan sudah begitu jauh tapi belum ada tanda-tanda jejak Dea.
Meraka berputar-putar di daerah sekitar tenda pun juga tidak menemukan jejaknya.

"Huaaaa.... Deaa... dimana dirimuu... huhuhuuu..." Arya berteriak menangis histeris.
"Aaaaaachh....!!!" Arya terus menjerit menangis sekencang-kencangnya.

"Arya, tenang Arya... kita pasti menemukannya..." Faisal menenangkan.

"Heeehh...!!! ini semua salahmu...!!! kita semua kehilangan Dea..." gertak Rio sambil mendorong dada Faisal.
Namun Faisal hanya bisa diam, tetap berdiri dengan menundukkan kepalanya.

"Ini karena ambisi konyolmu,,, semua jadi begini... ini semua persis apa yang diramalkan kakek itu... 
Aku yakin Dea jadi tumbal dedemit disini..." imbuh Rio penuh emosi.

"Seandainya kamu gak ngotot mendaki kesini, ini gak bakalan terjadi, kita telah melanggar peringatan kakek penjaga hutan ini, inilah kutukan yang harus kita terima atas kelancangan kita..." Rio terus ngeromet dan berbicara ngawur

"Diam...!!! Aku siap bertanggung jawab atas semua ini, tapi aku yakin Dea akan kita temukan, gak mungkin ada setan memakan manusia, itu tahayul....!!!" Jelas Faisal kesal.

"Tahayul atau tidak, tapi itu kenyataannya..." Rio melawan.

"Apa dengan menyalahkan aku lantas Dea ketemu...??? Tidak mungkin, kita harus mencari lagi... kita harus mencari Dea sampai ketemu...!!!" Ujar Faisal realistis.

"Haaaiii para setan dan dedemit...!!!
kalo memang kamu yang mengambil Dea, kembalikan dia kesini, ayoo hadapi aku sajaa...!!!" Faisal berteriak menantang dedemit penghuni hutan.

Tapi tak ada tanda-tanda balasan dari penghuni disitu, semua tetap vakum terdiam tanpa tanda apa-apa.

"Lihat...!!! Lihat...!!! Dedemit pun tak berani menampakkan batang hidungnya pada kita... mereka pengecut seperti kamu Rio... 
Ingat, namaku Faisal tak takut pada setan atau dedemit manapun..." ucap Faisal lantang.

Melihat Faisal yang emosi dan Arya yang menangis tersedu, Rio akhirnya diam.

Semua terdiam, didepan tenda mereka hanya bisa duduk lesu, Arya nampak paling shok, dia duduk menunduk, menangis tersedu-sedu.

"Haaaaaahhh..." sesekali Arya menangis berteriak.
Faisal dan Rio tak bisa berbuat apa-apa lagi, nampak mereka putus asa.

Saat Arya sedang menangis tersedu-sedu tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Heiii,,,, kamu kenapa sayaaangg..." suara yang tak asing lagi bagi Arya.
Saat Arya menengok dia terkejut bukan kepalang, Arya langsung memeluknya.

"Deaa...???" Dari mana saja kamu..." Arya memeluk erat Dea.

"Aku baik-baik aja kok, tadi pagi tuh aku terbangun duluan, aku kebelet mau buang air, jadi yaa aku mencari tempat yang aman dunk..." ucap Dea ngeledek.

"Tapi kenapa waktu kami teriak-teriak memanggil mu kamu gak jawab...??? Bikin kami panik aja..." ucap Faisal sambil mendekat dan memeluk mereka berdua.

"Iyaa bikin panik aja kamu..." imbuh Rio sambil memeluk juga.
Mereka saling berpelukan erat.

"Heee,,, masa' lagi enak-enak buang air suruh nyautin, nanggung dunkk... nanti kalian pada ngintip lagii... hehehee..." jawab Dea bercanda.

"Syukurlah kalo semua baik-baik saja... ayoo kita istirahat sambil masak-masak..." ajak Faisal.

Setelah mereka sarapan dan istirahat sambil breafing tentang arah perjalanan.

"Sal kira-kira berapa lama lagi kita akan sampai puncak...???" Tanya Dea.

"Untuk lebih pastinya aku sendiri kurang tau, karena disini medannya sangat berkabut pekat, kita dibuat buta orientasi... bagaimana bisa membaca medan, jarak pandang kita saja gak lebih dari 10 meter. Lagian vegetasi disini sangat rapat, jadi kita gak bisa liat tanda-tanda alam sekitar..." jelas Faisal.

"Jadi kita akan berjalan kearah mana nih...???" Tanya Arya.

"Menurut feeling ku kita sedang berada di sekitar sini, jadi kita harus memotong dua punggungan lagi, setelah itu kita sampai di punggungan yang besar ini..." jelas Faisal sambil nunjuk peta.

"Dan dari punggungan inilah kita melipir terus yang akan berujung di puncak...." lanjut Faisal.

"Tapi apakah dipuncak nanti akan berkabut pekat seperti ini terus...???" Tanya Rio.

"Kemungkinan besar tidak, sepengetahuanku biasanya hutan lumut yang berkabut seperti ini hanya ada di badan gunung, sementara di kaki dan di puncak gunung cenderung bersih... dan saat kita melewati lembahan terakhir, dari situ kita harus mengambil air sebanyak-banyaknya, karena yang akan kita lalui berikutnya adalah punggungan terus, biasanya jalur punggungan jarang ada mata airnya..." jelas Faisal panjang lebar.

"Oke, yuukk kita lanjutkan perjalanan kita..." ajak Dea penuh semangat.

Pagi itu sekitar jam 9 pagi mereka pelanjutkan perjalanan.

Dengan melewati hutan lumut yang sangat lembab dan jarak pandang juga sangat terbatas, mereka menyusuri lereng, menuruni lembahan dan mendaki punggungan.
Setelah perjalanan yang begitu melelahkan, akhirnya mereka keluar dari hutan berkabut itu.


"Waaaoooww.... akhirnya sampai juga kita di hutan yang lebih sejuk ini... aku seakan bosan dengan hutan lumut tadi... huuuffftt...." celoteh Dea sambil duduk di tepian hutan.

"Huuuuhhh,,, kita disini seperti di negeri diatas awan yaa..." tegas Arya.

"Yaa... kita telah melewati hutan lembab dengan kabut abadinya... dan kita telah berada di hutan yang lebih kering... yang artinya kita akan segera sampai puncak..." jelas Faisal.

"Yuuhuuuyyy... yeaahh..." ucap Rio girang sambil menikmati pemandangan sekitarnya.


Sejenak mereka menikmati pemandangan yang disuguhkan alam semesta, menatap detail demi detailnya pemandangan sekitarnya...

"Kenapa siihh hutan tadi selalu berkabut terus..???" Tanya Rio penuh heran sambil melihat hutan kabut dibawahnya.

"Yaah namanya juga gunung kemulan, jadi yaa berkabut terus... kalo gak berkabut yaa namanya gunung telanjang..." jawab Arya bercanda.
"Yaaelah ditanya bener-bener jawabannya ngawur gitu..." Rio sewot.

"Disini selalu berkabut karena selain ketinggian disini sudah diatas 1000mdpl, juga kontur tanahnya yang berbukit-bukit yang membuat angin dan suhu disini cenderung stabil dan tenang, apalagi hutan disini masih sangat lebat dan curah hujan yang cukup tinggi membuat keadaan selalu lembab dan basah, inilah yang membuat kabut selalu menyelimuti sepanjang tahun....
Berbeda dengan gunung-gunung yang berbentuk strato yang cenderung kering, apalagi yang hutannya sudah gersang, membuat kondisi semakin kering, jadi kabut hanya melintas saja... kalaupun berkabut pekat itu hanya di jam-jam tertentu saja...." jelas Faisal panjang lebar.

"Dan kelebihan dari gunung yang berbentuk pegunungan yang berundak-undak adalah mata air cenderung lebih banyak, di banding dengan gunung strato... dengan catatan hutannya masih terjaga ..
Makanya gunung-gunung seperti Sindoro, Sumbing, Merapi akan sulit mendapatkan sumber air disana....
Berbeda dengan gunung Argopuro, Gede-Pangrango, gunung Salak, pegunungan Petungkriono dan gunung-gunung lain yang masih lebat hutannya, disana pasti lebih banyak mata air yang berlimpah..." imbuh Faisal panjang lebar.

"Ooooo..." jawab Rio sambil manggut-manggut.
"Makanya kita harus bisa menjaga hutan kita agar tetap lestari..." ucap Dea mengingatkan.

"Baiklah kalo begitu, yuukk kita turuni satu lembahan lagi, sampai disana, kita ambil air sebanyak-banyaknya karena perjalanan kita akan melewati punggungan hingga ke puncak..." ajak Faisal.
"Okee kawan..." sahut Arya penuh semangat.

Setelah sampai di dasar lembahan, disana terdapat sumber air yang lumayan kecil. Disana mereka beristirahat sambil memakan snack yang mereka bawa.


"Inilah lembahan terakhir kawan, dari sini kita akan menaiki punggungan dan mengikuti hingga sampai puncak..." ucap Faisal sambil wajahnya menengadah keatas menatap punggungan yang besar.

"Sal, tapi alangkah lebih baiknya kita masak-masak dulu saja disini, mumpung disini air masih melimpah,,, karena perjalanan kita selanjutnya harus menghemat air...." usul Dea.

"Iyaaa,,, disini kita masak-masak saja mumpung dekat dengan air..." tambah Arya.

"Baiklah kita istirahat lama disini... karena hari juga sudah mulai sore kita buka tenda di sekitar sini,,, tapi harus naik lagi beberapa meter, karena terlalu dekat dengan sungai akan berbahaya..." perintah Faisal.

"Ayoo nyari tempat yang strategis Rio..." ajak Arya.

"Iyaa kita bagi-bagi tugas seperti biasanya..." ucap Dea.

Akhirnya mereka berbagi tugas untuk bertenda di lereng punggungan itu.
Sore itu cuaca sangat cerah, sangat kontras jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang penuh kabut pekat.

"Disini keadaan lebih nyaman, disini juga binatang-binatang seperti Ular, kalajengking, lebah dan binatang-binatang lainnya akan jarang berada disini, biasanya hanya jenis-jenis mamalia dan burung saja yang biasa hidup disini... karena kita sudah berada di ketinggian 2000mdpl... cuma yang bikin galau dinginnya broo... menusuk tulang... hihihiii...." jelas Faisal sambil menggigil kedinginan.

"Iyaa karena makin tinggi udara makin dingin,,,
Huhuhuuu,, dinginnya gak nahan niihh... sleeping bag gak mampu menangkal dinginnya udara disini kayaknya..." tambah Arya.

"Ayoo kita mendirikan tenda dan di sisi-sisinya diberi dedaunan agar lebih hangat..." ajak Dea.

"Jangan lupa bikin api unggun juga Rio..." perintah Faisal.

Kali ini Faisal dan Arya jatahnya memasak, sementara Rio dan Dea merapi-rapikan tenda.
Setelah makan dan ngobrol santai, mereka akhirnya masuk tenda dan sleeping bag masing-masing dan tidur pulas.

***

Pagi itu, sunrise terasa sangat indah. Tak seperti hari-hari sebelumnya, sunrise kali ini sangatah menakjubkan langit seperti bertaburan emas 24 karat.


"Waaaooww... beautyfull...." celetuk Dea.
Yaaa... walaupun sedikit terhalang pepohonan, sunrise terlihat sangat indah..." ucap Arya sambil memeluk Dea dari belakang.

"Sssttt... woooyy... ingat komitmen kita dari awal bro... tempat ini terlalu suci untuk kita kotori dengan ulah kita..." tegas Faisal.

"Yaaelaaahh... cuma beginian doank..." elak Arya.

"Biarin napa Sal, lagian kan cuma berpelukan doank..." bela Rio.

Pagi itu sangat berkesan buat mereka, karena sudah beberapa hari mereka lalui penuh dengan rintangan yang sangat berat.
Dan setelah sarapan dan berkemas mereka segera melanjutkan perjalanan.

"Ayoo kita mulai lagi perjalanan kita yang tinggal beberapa langkah lagi...
Jangan lupa pakai hernes dengan memakai webing seperti yang aku ajarkan kemaren..." ajak Faisal penuh semangat.

"Tinggal beberapa langkah lagi apaan, masih jauh kaleee... liat aja tuh masih jauh gituu..." gerutu Rio.
"Yaaah namanya juga buat penyemangat..." bela Arya.

"Yaudah yuukk pakai hernesnya, kemudian kita lanjut lagi perjalanannya..." ajak Dea.


Setelah mereka berjalan sekitar 30 menit, sampailah mereka diatas punggungan, disana terlihat jelas puncak yang mereka tuju.

"Lihat itu dia puncaknya...!!!" Ucap Faisal sambil menunjuk kearah puncak.

"Hooreeee... asyiikkk... yeee...." merekapun girang bersorak-sorai.


Perjalanan mereka tinggal beberapa langkah lagi, dengan semangatnya mereka melangkah, seakan ada energi tambahan yang merasuki tubuh mereka.
Mereka berjalan menyusuri punggungan yang mengarah ke puncak tertinggi gunung Kemulan.

"Ini adalah mutiara yang tersembunyi selama ini, keindahan yang sengaja leluhur kita sembunyikan agar kelestariannya terjaga... 
Ini adalah alasan mengapa penduduk sekitar mensakralkan tempat ini....
Maafkan aku Tuhan atas kelancangan hambaMu ini, yang telah menerobos kedalam sekat-sekat pembatas keindahan alam yang sengaja Kau ciptakan...
Dan saat ini aku sadar, inilah alasan mengapa Kau ciptakan mutiara yang indah ini begitu tersembunyi dengan dikelilingi pegunungan yang berlapis-lapis...
Dan terimakasih Tuhan atas izinMu kali ini memperlihatkan mutiara yang tersembunyi itu pada kami..." hati Faisal terus berkata-kata sembari terus berjalan menuju puncak yang selama ini diharapkan sambil sesekali menengok ke belakang.

"Waaoooww,,, ternyata kita sudah melewati banyak punggungan...." ujar Faisal dalam hati.


Siang itu tepat pukul 11.15wib, mereka berempat menginjakkan kaki di puncak gunung kemulan. Cuaca sangat cerah, angin berhembus sangat kencang, seakan menyambut kedatangan mereka.

"Dea, ayoo buruan dikit, kamu yang aku persilahkan menginjakan kaki pertama kali..." ajak Faisal sembari mempersilahkan Dea melangkah lebih dulu.
Sesampainya di puncak Dea langsung sujud diatas tanah bebatuan itu.

"Yuhhuuuu... Allahu akbar..." Dea langsung sujud syukur sesampainya di puncak.
Diiringi yang lain, dan mereka saling berpelukan. Merayakan kemenangan mereka.

Dan merekapun segera mengibarkan bendera kebanggaan mereka sebagai simbolis bahwa mereka telah sukses menggapai puncak kejayaan.


"Inilah puncak tertinggi gunung Kemulan, gunung yang selalu aku idam-idamkan...
gunung yang terbesar dari deretan pegunungan disekitarnya...
Bagai setupa terbesar Candi Borobudur yang dikelilingi ribuan setupa-setupa kecil disekelilingnya...
Yaaa, setupa-setupa kecil itulah yang selama ini melindungi setupa besar dari jamahan tangan-tangan jail seperti kami...
Maaf kan aku telah menyentuhmu wahai kesucian puncak abadi..." hati Faisal terus berkata-kata.

"Woiii jangan melamun aja Sal... angin disini sangat kencang, berbahaya kawan..." tegur Arya sambil menepuk pundak Faisal.


Tak lama Faisal berdiri mengambil tali yang kemudian dilemparkan ke teman-temannya.

"Kawan-kawan, ikatkan tali ini ke hernes kalian. Disini angin terlalu kencang dan puncaknya pun tidak terlalu luas, ini sangat berbahaya..."  teriak Faisal sembari melempar tali.

Saat semua telah terikat pada tali dan  telah terancor pada salah satu batu yang kuat, mereka sempatkan bersantai-santai ria sambil memasak air untuk membikin kopi.
Rasa lelah yang sebelumnya mendera, kini semua hilang tergantikan rasa syukur dan bahagia yang tiada tara.

"Toss dulu kawan... Tooosss..." ucap Faisal sambil menghentakan secangkir kopi bersama teman-temannya.

"Yo'iii..." sahut teman-temannya.
"Hahahaaa..." merekapun tertawa bersama.


Puncak gunung kemulan adalah puncak suci yang belum pernah tersentuh sebelumnya...
Dimana puncaknya sangat indah, nampak pemandangan hamparan hutan yang hijau nan luas bak permadani yang bergelombang membentang tak berujung.

*****

Setelah lama di puncak gunung kemulan, akhirnya mereka berkemas dan siap untuk turun.

"Ayoo kawan-kawan kita segera turun kembali melewati jalur yang kita lalui sebelumnya..." ajak Faisal.
"Oke, sebelum kita turun ada baiknya kita berdoa dulu, karena aku yakin perjalanan turun akan lebih sulit dari yang kita bayangkan..." ucap Arya penuh kedewasaan.

Setelah mereka berdoa, akhirnya perjalanan turunpun segera dimulai.
Mereka menyusuri jalur yang mereka buat sebelumnya.
Perjalanan menurun akan lebih cepat karena hanya mengikuti jalur sebelumnya yang sudah terpasang tanda pita kuning dari tali rafia, yang sebelumnya sengaja dipasang sebagai penanda jalur.

"Oke teman-teman, sembari kita turun kita cabut kembali tali rafia yang terpasang..." perintah Faisal.

"Kenapa harus dilepas Sal...???" Tanya Rio.

"Karena aku tidak ingin meninggalkan apapun di tempat ini..." jelas Faisal.

"Tapi kan, itu bisa sebagai tanda jalur untuk pendaki lain..." tanya Rio lagi.

"Aku tidak ingin ada manusia lain yang melakukan kebodohan seperti kita..." jelas Faisal lagi.

"Yaudah yuk kita turun..." ajak Dea.

Setelah itu mereka terus melanjutkan perjalanan turun.
Tidak seperti saat mendaki yang sering istirahat, untuk perjalanan turun ini mereka lebih cepat dan jarang istirahat.

Tak terasa dua punggungan telah mereka lewati, kini mereka siap memasuki kawasan hutan berkabut lagi...


"Huuft... kita memasuki hutan kabut lagi nihh... kita kudu ekstra hati-hati karena perjalanan akan semakin susah saat jalan licin seperti ini..." ucap Faisal.

"Ini nih jalur yang paling membosankan..." ucap Rio.

"Tapi juga jalur yang paling asoy... karena kita jadi sering main plosotan... hahahaa..." ujar Dea bercanda.

Setelah berjalan begitu lamanya, tak terasa hari sudah mulai sore. Kabut makin pekat, cahaya makin redup.

"Hey Sal, gimana nih... mau dilanjutin atau kita bermalam disini...???" Ucap Arya.

Faisal berhenti dari langkahnya, sesaat mengamati sekelilingnya.

"Ayoo kita lanjutin lagi sebentar, cari tempat yang nyaman buat mendirikan tenda..." ajak Faisal.

"Tapi aku terlalu lelah Sal..." keluh Rio.
"Ayoo broo dikit lagi aja..." ajak Arya sambil merangkul Rio.

Merekapun akhirnya melanjutkan perjalanannya, dengan langkah yang mulai gontai mereka terus melangkah, tiba-tiba...
"Bruuugg..." Rio terpeleset jatuh ke lereng yang curam.
Seketika semua teman-temannya langsung lari mengejarnya.
"Rioooo....!!! Riooo.....!!!" Teriak Faisal dan Arya yang suaranya menggema oleh pantulan dasar jurang.
"Rio kamu gak apa-apa kan...???" Teriak Dea makin panik.

Mereka sama sekali tak melihat Rio, karena kabut yang sangat pekat dan hari pun mulai gelap.

============BERSAMBUNG===========

Bagaimana akhir dari perjalanan ini...???
Apakah benar kata kakek juru kunci, bahwa mereka mendapat kutukan, jika sampai di puncak mereka tak akan bisa kembali dan pulang dengan selamat...???

Yuuk, kita lanjut ceritanya yang tentunya lebih seru dan menegangkan, serta banyak hikmah dan pembelajaran yang akan kita dapat...
Karena di ending cerita ini, akan berisi tentang penjelasan misteri yang sesungguhnya terjadi...


Untuk akhir cerita KLIK DISINI



Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post

2 comments:

recent posts