Untuk awal cerita KLIK DISINI
Setelah itu mereka semua melepas kerinduan yang telah lama tersimpan, hampir seharian Pramono menemani Dirga bermain, Haryo dan Sumiati juga mendampingi, seakan mereka semua melupakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Hingga sore harinya Pramono pamit pulang.
"Titip Dirga yaa, bagaimana pun juga dia adalah satu-satunya kebanggaanku, jika kau rindukan aku, peluklah dia, karena dia adalah aku..." ucap Pramono pada Sumiati, sembari menyentuh pipinya, matanya menatap sendu seakan menyimpan kerinduan yang dalam. Lalu Pramono pun melangkah ke arah Haryo.
"Titip Sumiati sobat, bagaimanapun juga dialah orang yang sangat berarti di hatiku, sayangi dia, jangan pernah menyakitinya...
Aku percayakan dia padamu..." Pramono memeluk Haryo sahabat lamanya yang sekarang menjadi suami dari mantan istrinya.
Lalu Pramono melangkah pergi meninggalkan rumah yang dulu sempat menjadi surga kecil baginya. Kini dia harus pergi entah kemana meninggalkan semua kenangan di masa lalunya.
"Yaa, namaku Hardi Pramono, putra dari Soeryadi Pramono pejuang kemerdekaan yang gugur di medan perang....
Kata Hard diawal namaku yang artinya keras dan kuat, mungkin ayahku dulu memberi nama itu agar aku menjadi orang yang tangguh dan kuat...
Sepertinya ayahku sudah tau apa yang akan terjadi pada anaknya ini...
Cobaan ini terasa berat bagiku. Tapi aku harus kuat seperti apa yang diharapkan ayahku..." Pramono mengenang ayahnya, sembari melangkah menyusuri jalan aspal tanpa tujuan.
"Jedeerr... Deeerrr...!!!!"
Seketika petir menyambar dua kali keras sekali, dan hujan pun turun dengan derasnya.
Mengingatkan Pramono pada kisah cintanya di masa muda dulu bersama Sumiati.
Saat ini hatinya memang porak-poranda, tapi Pramono tetap tegar menjalani hidupnya.
Didalam keterpurukan, teringatlah sosok yang dulu pernah membangkitkan semangatnya, yang dulu pernah mengisi hari-harinya dalam keterasingan.
Yaa, dia adalah Rehinaty de Raujo Teme, nama yang susah dieja oleh lidah-lidah orang Jawa, namun susah untuk dilupakan semua kenangan bersamanya.
***
Setelah 6 bulan tugas di kodam Diponegoro, akhirnya surat tugas ke Timor Timur diterbitkan. Ini merupakan kabar baik yang Pramono tunggu-tunggu. Kembali ke tanah Timor, bertemu Naty dan ingin segera menikahinya.
***
Setibanya di kota Dili, wajah Pramono berbinar-binar, menyaksikan pembangunan kota yang mulai bebenah. Nampak bekas reruntuhan gedung dan rumah-rumah mulai dibangun kembali, jalan-jalan mulai diperlebar dan dirapikan. Keamanan kota yang makin terkendali, ini menunjukan pemerintah pusat Republik Indonesia serius memikirkan nasib rakyak Timor Timur.
Sesampainya di markas besar, Pramono pun istirahat. Keesok harinya Pramono meminta izin agar ditugaskan menjaga keamanan di daerah tempat dimana Naty tinggal, dan izinpun dikeluarkan beberapa hari berikutnya.
***
Pagi itu hari yang ditunggu-tunggu tiba, Pramono beserta rombongan bergegas meluncur menggunakan truk tentara menuju perkampungan yang dulu pernah dia tinggali selama hampir 3 tahun itu.
Nampak dalam perjalanan, kampung-kampung pun mulai terlihat aktivitasnya, penduduk mulai kembali ke kampungnya masing-masing. Pertanian dan perniagaan mulai berjalan nomal. Nampak setiap sudut jalan, terdapat pos-pos penjagaan TNI untuk menjaga kesetabilan keamanan. Suasana nampak aman terkendali walaupun kabarnya sisa-sisa pejuang Fretilin masih tetap melakukan penyerangan geriliya
Karena jarak yang lumayan jauh dan kondisi jalan yang masih berbatu, membuat perjalanan pun memakan waktu hampir 4 jam.
Dalam perjalanan itu, wajah Pramono nampak terus berseri-seri seakan tak sabar ingin bertemu wanita yang dirindukannya.
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya truk tentara yang membawa rombongan TNI mulai memasuki perkampungan-perkampungan di pedalaman.
Alangkah terkejutnya Pramono melihat dari kejauhan, kampung yang pernah ditinggalinya dulu terlihat membumbungkan asap tebal tinggi ke langit. Membuat hati Pramono terus bertanya-tanya,
"Apa yang sesungguhnya terjadi...!!!???"
Setelah sampai di kampung itu, Pramono langsung melompat dari truk dan berteriak lari ke rumah yang sudah roboh terbakar.
"Naty....!!!" Pramono berteriak histeris menyaksikan rumahnya telah porak-poranda.
Ternyata kampung itu baru saja mendapat serangan dari Fretilin karena dianggap pro TNI. Dan beberapa TNI yang berjaga disana juga banyak yang tewas.
"Kakek...!!!" Pramono histeris melihat kakeknya terkapar berlumuran darah.
"Kek bertahanlah kek... bertahanlah...!!!" Pramono menangis sekencang-kencangnya, melihat kakek yang dulu pernah merawatnya telah meninggal dengan cara mengenaskan.
"Kakek maafin aku kek...." Pramono menangis histeris sembari mengoyang-goyang tubuh kakeknya berharap masih ada tanda-tanda mehidupan.
Namun kakek itu tetap diam tak bergeming, kakek itu telah tewas ditembus beberapa peluru yang keluar dari moncong anggota Fretilin. Darahnya masih segar menandakan tragedi itu belum lama terjadi.
"Naty...!!! Naty dimana kamu...!!!" lalu Pramono berdiri dengan mata yang menyapu pandangan, mencari keberadaan Naty. Raut wajahnya pucat pasi yang menggambarkan kekhawatiran yang mencengkeram batinnya.
"Naty....!!!" Pramono terus berteriak histeris.
Sesaat terdiam menahan kobaran api yang menyulut emosi dan dendam yang membakar jiwanya, lalu Pramono mengangkat senjatanya tinggi-tinggi dengan wajah garang seperti singa.
"Ayoo... kita habisi mereka...!!!
Kita cari persembunyiannya...!!!" perintah Pramono pada anak buahnya.
Namun belum lama melangkah, salah satu dari anggotanya mendapat kabar bahwa sebagian warga yang selamat, ternyata diungsikan oleh anggota TNI yang berjaga disana.
Para warga yang kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak itu diungsikan ke kampung Caibada yang tak jauh dari kampung itu.
"Tolong urus pemakaman kakek dan orang-orang yang meninggal dalam tragedi ini, makamkan mereka secara layak..." perintah Pramono pada beberapa anak buahnya.
Lalu Pramono dan sebagian prajuritnya segera naik kembali ke truk dan langsung menuju Kampung Caibada kecamatan Baucau.
Setelah sampai, nampak disana tenda-tenda besar TNI telah berdiri kokoh yang diisi ratusan pengungsi.
Hiruk-pikuk suasana pengungsian sangat terasa disini.
Dari kerumunan pengungsi itu, nampak seorang perempuan mendekati truk TNI yang baru saja tiba. Alangkah bahagianya Pramono, gadis yang dirindukan selama ini ternyata selamat dan menyambut kedatangannya di tanah Timor ini.
"Naty...???!!!" ucap Pramono langsung memeluk tubuh Naty erat-erat. Mencium keningnya dan memeluknya lagi. Seakan mereka berdua tak menghirauakan adegan mereka ditonton orang-orang yang ada disana.
"Maafin aku Nat, maafin aku...
Aku benar-benar sayang padamu Naty...
Maafin aku...
Saat ini aku sadar, aku benar-benar takut kehilanganmu..." ucap Pramono sembari tetap memeluk tubuh Naty tanpa lepas begitu lamanya.
"Iyaa mas aku juga sangat sayang padamu, bahkan jauh-jauh hari sebelum kamu sayang padaku..." jawab Naty berbisik lirih.
Setelah itu akhirnya Pramono dan Naty melangsungkan upacara pernikahan, walau pesta itu dilangsungkan di tenda Pengungsian namun acara itu tetap berjalan penuh hikmat dan meriah.
***
Setelah menikah Naty yang bernama lengkap Rehinaty de Raujo Teme berganti nama menjadi Naty Nurbaiti. Dan mereka pun menjalani sisa hidup mereka dengan bahagia.
Setelah beberapa tahun, kebahagiaan mereka semakin sempurna setelah dikaruniai tiga orang anak. Mereka Tinggal di Kota Dili, Timor Timur. Hari-hari mereka berjalan normal dan bahagia seperti pada umumnya masyarakat yang tinggal di Kota Dili. Karena pada masa itu presiden Soeharto memang memberi perhatian khusus pada propinsi baru ini.
***
Namun keadaan berubah seketika, saat di pemerintahan pusat Soeharto dilengserkan, digantikan dengan Bj Habiebie. Bumi Loro Sae yang semula mulai berangsur membaik kini kembali kacau, sisa-sisa pasukan Fretilin kembali membuat kekacauan, mereka mulai merektut anggota-anggota baru dan mulai melakukan perlawanan.
Apalagi pihak asing seperti Australia, Portugal dan PBB ikut campur tangan, yang membuat pihak pro kemerdekaan semakin menjadi-jadi.
Hingga akhirnya pada tanggal 30 Agustus 1999 diadakan lah referendum, di bawah perjanjian yang disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal, dan mayoritas penduduk Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia.
Pada tahun 2002
Timor Leste resmi merdeka dan menjadi negara yang berdaulat.
Dan setelah itu semua tentara dan peduduk yang mendukung pro Indonesia harus segera angkat kaki dan keluar dari wilayah Timor Leste.
Tak terkecuali Pramono dan keluarganya, mereka harus pergi meninggalkan kota yang selama bertahun-tahun ditinggalinya.
Sementara masyarakat yang pro Indonesia lebih memilih mengungsi ke Timor Barat, Atambua NTT dan kota Kupang, namun Pramono dan keluarganya lebih memilih kembali ke tanah kelahirannya, Pekalongan Jawa Tengah.
"Anggap saja ini kado menjelang hari pensiunan papah...
Lagian aku belum pernah liat kampung halaman papah..." ucap anak-anaknya yang mulai beranjak dewasa.
"Kalian disana pasti akan lebih bahagia nak,
Kita akan tinggal di tanah yang jauh dari aroma darah...
Tanah dimana selalu memberikan kesejukan...
Tanah dimana penghuninya menjunjung tinggi keramah-tamahan...
Tanpa ada rasa curiga satu sama lain...
Kita akan mudah menemui senyum di wajah-wajah yang selalu memberi ketulusan..." ucap Pramono bijak pada istri dan anak-anaknya. Sembari membelai rambut mereka.
Naty sang istri pun mengangguk bahagia, sembari memerhatikan wajah suaminya yang mulai menua, rambutnya sudah mulai memutih, dan dimatanya terdapat kerutan-kerutan halus yang menandakan semakin bertambahnya usia mereka.
***
Setibanya di Pekalongan, sesaat Pramono terdiam, menyaksikan sekeliling yang mulai banyak perubahan, lalu matanya terpejam dan menghirup udara dalam-dalam, merasakan suasana yang sedari dulu dirindukannya.
"Inilah Pekalongan nak, kota dimana ayahmu dulu dilahirkan...
Kota yang menjanjikan kedamaian...
Dan semoga saja Bumi Loro sae akan sedamai dan setenang ini...
Semoga selepas kemerdekaannya, negeri Timor Leste tak lagi ada pertumpahan darah...
Tak ada lagi dendam, tak ada lagi kebencian..." ucap Pramono penuh harap sembari memeluk anak dan istrinya.
"Amin..." semua anak dan istrinya mengamini.
***
Kini 14 tahun telah berlalu semenjak Pramono menghabiskan masa pensiunnya di tanah kelahiran, Pekalongan. Anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan memberikan beberapa cucu untuknya. Sungguh indah menikmati hari senja bersama istri dan anak cucu tercinta.
***
Pagi ini, 7 Februari 2016 seperti biasa setelah sholat subuh Pranomo berjalan di sekeliling rumahnya, berjalan pelan dengan tongkat kayu sebagai penopang langkahnya, tubuhnya sudah tak setegap dulu, kulitnya yang keriput serta rambutnya yang sudah memutih semua. Menandakan usianya sudah mencapai 3/4 abad.
Lalu Pramono duduk di kursi rotan di teras rumahnya, yang telah tersaji secangkir kopi dan pisang rebus yang sudah disediakan sang istri tercinta.
Tiba-tiba,
"Jedeerr... Deeerrr...!!!!"
Seketika petir menyambar dua kali keras sekali, dan hujan pun turun dengan derasnya.
Hati Pramono tersentak pada kisah kenangannya yang sudah terkubur puluhan tahun yang lalu.
"Petir itu mengingatkan tentang masa lalu ku...
Ada apa ini...??? hati Pramono bertanya-tanya sambil memandangi derasnya guyuran hujan lalu menyeruput kopi yang telah dihidangkan istrinya.
"Jedeerr... Deeerrr...!!!!"
Lagi-lagi petir menyambar dua kali keras sekali, seketika hati Pramono terperanggah. Pikirannya tertuju pada satu nama, Sumiati.
"Tututt,, tututt.." hape nya tiba-tiba berbunyi menandakan ada pesan singkat yang masuk.
Dengan sigap Pramono mengambil hape nya dan langsung membaca.
"Pramono sahabatku,
Kiranya berkenan, sudilah datang ke rumahku...
Sumiati sakit keras Pram, kami butuh kedatanganmu..."
-Haryo-
***
Tanpa pikir panjang Pramono bergegas berdiri, walau tubuhnya makin renta seakan tak peduli, dipakainya seragam TNI kebanggannya dulu yang sudah sekian tahun tergantung tak pernah tepakai semenjak masa pensiunnya tiba.
Pramono pamit izin pada sang istri tercinta untuk menjenguk mantan istrinya dahulu yang sering diceritakannya.
Tongkat kayu dengan pongkol melengkung sebagai pegangan, menuntun setiap langkahnya.
***
Pagi itu saat kabut tipis samar-samar masih menyelimuti hamparan sawah, bahkan sinar mentari pun belum mampu mengusir sang embun pagi yang setia membasuh dedaunan sesaat diguyur hujan. Nampak laki-laki tua sedang berjalan tertatih dengan tongkat kayu sebagai penopang langkahnya yang gontai, laki-laki tua itu memakai seragam loreng tentara kebanggaannya.
Dia adalah Pramono, yang kini usianya genap 75 tahun. Sudah tidak muda lagi memang, namun cinta dan semangatnya tak akan pernah luntur dimakan usia.
Setelah berjalan sekian lama, sampailah dia di pertigaan besar jalan raya Capgawen yang menghubungkan kecamatan Kedungwuni dan Karangdadap, mengingatkannya waktu masih muda dulu, saat berboncengan dengan kekasihnya Sumiati.
Namun saat ini keadaannya sudah jauh berbeda. Jalan sudah tak berbatu, kini beraspal lebar.
Di kanan-kiri nya sudah tak nampak hamparan pematang sawah lagi, kini berubah menjadi deretan kios-kios dan ruko.
Sawah yang dulu luas membentang kini banyak yang sudah menjadi perumahan.
Hilir mudik kendaraan bermotor sudah sangat padat, hingga jarang menemukan becak dan pedati yang lewat.
Inilah gambaran kabupaten Pekalongan saat ini.
***
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya sampailah dia di rumah Sumiati, di depannya telah terparkir beberapa motor dan mobil, yang menandakan banyak sanak saudaranya yang berdatangan menjenguk keadaan Sumiati yang sedang sakit keras.
"Assalammualaikum..." suara Pramono yang sudah serak karena faktor usia, yang sontak langsung disambut sahabat dekatnya, Haryo.
"Wa'alaikumsalam, mari masuk Pram..." Haryo menyambut dengan rangkulan hangat, lalu mereka berjalan tertatih bersama memasuki kamar tengah rumah itu, di dalam nampak Sumiati yang sudah terbaring lemah.
"Sumiati sudah hampir seminggu ini koma Pram..." dengan nada serak pula Haryo mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi.
Kedua orang yang sama-sama sudah renta itu saling tertunduk melihat orang yang mereka cintai berbaring lemah tak sadarkan diri.
"Kata dokter, hidupnya sudah tak mungkin lama lagi...
Kami semua sudah berusaha mengikhlaskan nya, namun sudah seminggu Sumiati masih tetap koma seperti ini..." Haryo bercerita dengan nada pelan sambil sesekali menghela nafas, fisik Haryo pun sama seperti Pramono sudah rapuh termakan usia.
"Ada yang bilang, mungkin Sumiati punya isen (ilmu kekebalan) yang diwariskan leluhurnya dulu, karena biasanya di jaman dahulu para orang tua memberi isen pada anaknya untuk melindungi dari nara bahaya...
Jika isen itu belum dilepas, maka yang memiliki isen tersebut akan sulit menemui ajal...
Tapi setelah aku panggilkan orang pintar, bahkan sudah dicabutnya hal ghoib yang ada di tubuhnya itu, tetap saja Sumiati masih sama keadaannya..." lanjut Haryo menceritakan sembari tertunduk meneteskan air mata.
"Aku tak tega melihatnya seperti ini, kami semua sudah siap, kami semua sudah ikhlas..." Haryo menangis sesunggukan.
Lalu Pramono memeluk tubuh Haryo, mereka yang sama-sama renta namun masih sanggup menguatkan satu sama lain.
"Hingga akhirnya aku ingat, dulu Sumiati sering menceritakan tentang kamu Pram, saat kalian masih menjalin kasih...
Kalian pernah berjanji jika salah satu dari kalian harus mati, maka saat itu pula tangan kalian akan saling menggenggam, saling memandang satu sama lain hingga akhirnya salah satu diantara kalian menghembuskan nafas terakhir..." ucap Haryo sambil merangkul sahabatnya Pramono.
"Temui dia Pram...
Aku tau Sumiati masih tetap mencaintaimu, hingga diusia yang senja ini...
Kamu lah cinta sejatinya..." ucap Hayo lirih.
Lalu Pramono dengan sekuat tenaga mencoba bangkit, dengan langkah tertatih mendekati Sumiati dan duduk tepat disampingnya.
Digenggamnya tangan Sumiati yang lemah, kulitnya tak sekencang dulu namun perasaan Pramono masih tetap sama saat dia menggenggam tangannya saat masih muda dulu.
Getarannya hatinya masih sama seperti saat dia memandang wajah cinta sejatinya puluhan tahun yang lalu.
Tubuh mereka bisa berubah menjadi renta, namun cinta mereka tetap sama tak termakan usia.
"Sum, ini aku Pramono...
Kekasihmu, pujaan hatimu..." bibir Pramono berbisik lirih, pelan penuh makna sembari meneteskan air mata.
"Kini aku kembali padamu Sum, ingin menepati janjiku dulu..." lanjutnya sembari menggenggam erat tangan Sumiati.
"Lihatlah aku disini Sum...
Menggenggam erat tanganmu dipenghujung usia kita...
Kita telah membuktikan pada dunia, bahwa raga kita boleh terpisahkan, namun hati kita tetap menyatu..." bisik Pramono lirih terpatah-patah karena nafasnya yang makin berat seiring tubuhnya yang makin rapuh.
Tangan Sumiati yang sudah seminggu terkulai lemah, kini di genggaman Pramono mulai menunjukan sedikit gerakan.
Pramono makin erat menggenggam tangannya dan menciuminya. Gerakan tangan Sumiati makin terasa, begitu juga dengan gerakan di matanya.
"Sum... lihatlah aku...
Orang yang sangat menyayangimu..." mulut Pramono berucap tanpa henti.
Sumiati mulai terlihat tanda-tanda sadarkan diri. Tanggan, mata dan bibirnya mulai bergerak.
Lalu beberapa saat kemudian matanya mulai sedikit membuka, pupilnya terlihat menerima rangsangan cahaya, matanya seakan mencoba menatap Pramono, dan Pramono pun makin gugup menciumi tangannya.
Bibir Sumiati seakan tersenyum lalu bergetar dan sempat berucap lirih.
"Mas Pram..." suara Sumiati lirih samar tak terdengar. Namun mampu membuat hati Pramono kembali bergetar.
Dan mulut Sumiati kembali membuka seakan ingin berucap lagi. Lalu Pramono mendekat ke wajahnya,
Sumiati pun kembali berucap lirih, samar hampir tak terdengar,
"Asshaduallailahaillalah Waashaduanna Muhamadar Rosulullah" itulah kata terakhir yang diucapkan Sumiati.
Lalu tangis dari sanak keluarganya pecah, diiringi bacaan surat Yasin dan lafat-lafat suci Al-Qur'an...
"Jedeerr... Deeerrr...!!!!"
Seketika petir menyambar dua kali keras sekali, dan hujan pun turun dengan derasnya.
Pagi itu, Sumiati menghembuskan nafas terakhir di pelukan sang kekasih sejatinya, Pramono.
=====================================
============== SEKIAN =============
=====================================Catatan penulis:
Cinta memang mampu membuat seseorang menjadi lebih kuat, tegar dan setia...
Namun sekuat dan sesetia apapun kita, terkadang terhalang takdir yang berkehendak lain...
Itu sebabnya banyak orang yang menjalani garis takdirnya namun tetap setia pada orang yang dicintainya...
Karena setia itu, tidak harus memiliki orang yang kita cintai...
***
Oiya satu lagi,
Tak ada kemenangan yang hakiki dalam suatu peperangan, yang ada hanya kehancuran dan penderitaan... -Ahmad Pajali Binzah-
======================================
Referensi:
*Dari buku sejarah.
*Dari keterangan narasumber.
*googling:
https://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_Seroja
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Timor_Leste
*foto: ilustrasi
======================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah
Waw... Cerpen anda sangat mengagumkan...
ReplyDeleteTerimakasih utk kisah ini...
film action & love are best
DeleteMakasih sudah membaca... :)
ReplyDeletesmp melelelh nih air mata....sedih bgt
DeleteBagus bgt mas,ak suka ceritanya sngt menyentuh,n kl boleh ak ksh masukan mas br critanya mkin mendkti sebenarny itu di pekalongan bukan batalyon 507 mas tp 407 trs pimpinan di situ kapten sbg komandan kompi bukan komandan batalyon krn komandan batalyon kedudukanya di markas batalyon / induk pasukan yg berada di slawi tegal,itu aj masukan dr saya mas trims
DeleteSetahu saya juga kompi tapi itu bisa jadi kalau jaman dulu.... Saya yakin ada bumbunya... tapi juga ada benarnya... Sepertinya hampir sama dengan kisah yon Zipur yang di bantai habis di perbatasan jalan menuju Viqueque. Kalau menikam banyak orang dan ditembak banyak peluru terus terjun itu yang sulit kupercaya... Mungkin satu peluru atau berapa asal sesuai dengan kenyataan kan bangus. Hampir sama film di indonesia India Amerika... Tapi teladannya juga bagus...
DeleteTerimakasih atas masukanya
DeleteKerennnnn......
ReplyDeleteThanx... :)
ReplyDeleteIzn Share ya?! Sy mau membagikan cerpen yg sngat bgs ne buat Kwn2 dan Pacar Sy,,,,
DeleteIzn Share ya?! Sy mau membagikan cerpen yg sngat bgs ne buat Kwn2 dan Pacar Sy,,,,
DeleteMonggo silahkan...
DeleteBangga bercampur sedih
DeleteBaguss banget ceritanya....sampai menangis tersedu2 loh...
ReplyDeleteapakah ini diangkat dari cerita asli?, atau hanya sebuah cerpen.tp ceritanya benar-2 mantap mas. salut.
ReplyDeleteDiilhami dari kisah nyata, seorang tentara yang terjun dimedan perang di daerah Timor-Timur namun setelah pulang istrinya telah menikah lagi...
DeleteTapi untuk alur ceritanya dibumbui sedikit adegan-adegan fiksi agar lebih dramatis...
Hehheee..
Mantp cerpenx mas, bikin terbawa suasana...
Deleteharuuuu, sangaaat mnginspisari....
DeleteCeritanya seru & menyentuh gan, ijin copas & share ya
DeleteIni bisa jadi pujangga angkatan milenium..
ReplyDeleteNetes air mata :'(
ReplyDeletesumpah ni cerita sangat berkesan buat w pribadi ampe w tahan air mata takut ketahuan ma orang coal nya w lgi di warnet...moga mereka berdua disatukan di surga.amiin ya allah
ReplyDeleteGood job,, kerreeen banget,,
ReplyDeletemantap...! romanc, action...sumpah bikin haru bangett! good luck..
ReplyDeleteHwaaa...aku cengeng...
ReplyDeleteCinta sejati, sampai mati
ReplyDeleteSangat Sangat keren dan mengharukan..
ReplyDeleteSemoga Cerpen-Cerpen berikutnya sebagus dan seharu ini ya @Ahmad.Pajali.Binzah
Cinta memang tak harus memiliki,,,ceritanya menarik sekali dan mengharukan sampai membuatku bertanya benarkah ada kisah nyata yang begitu mengharukan ini...????
ReplyDeletecerita ini bagus tuk di flim kan,,, hik hik hik hik hik,, jadi terharu aku baca nya
ReplyDeleteCerita yg mengharukan..
ReplyDeleteKalau boleh menegaskan dialog, "Ayoo tembak komandanmu ini...!!!
Ayoo tembak kalo kalian berani...!!!
Aku jendral purn Hardi Pramono...!!!
Pemimpin batalion infantri 507...!!!
Asalku dari Kodim Diponegoro...!!!"
Aku berteriak kencang penuh emosi, hingga air ludah pun memercik kemana-mana dengan keringat membanjiri wajah dan tubuhku..."
Disitu Pak Pram menyebut, "Aku jendral purn Hardi Pramono..." (purn) maksudnya purnawirawan? Atau?
Oohh maaf mungkin saya kurang paham masalah gelar dalam militer, coz setahu saya purnawirawan itu gelar untuk militer yang sudah tidak aktif lagi...
DeleteTapi untuk narasumber dalam cerita ini (kebetulan tetangga saya sendiri) memang seorang purnawirawan...
Terimkasih sudah mengingatkan... :)
Sampe nangis bacanya
ReplyDeleteJadi teringet sama pacarku yg lagi tugas di lebanon
mas Winarna Ngudi utama, komen sampyn keren dewe... yg lain pd memuji kalo sampyn mengkritisi..... Mas Ahmad Panji memang hebat... smoga tdk ada yg komen buruk... soalnya biasanya suka ada yg reseh...xixixixi
ReplyDeleteImas winarna betul banget. Satuan yonif memang blm ada yg jenderal maks letkol.dan adanya kodam diponegoro mas ya bukan kodim. Btw cerita mengharukan, sosweet n kereen banget. Ijin share ya
ReplyDeleteCerita yang sangat mengharukan
ReplyDeleteSungguh mengharukan..
ReplyDeleteTerimakasih atas koreksinya, perhari ini penyebutan gelar dan markas besar sudah saya revisi, seperti penyebutan Kodim sudah saya ganti menjadi Kodam.
ReplyDeleteMohon maklum karena saya kurang begitu paham dalam dunia militer...
Dan disini saya hanya fokus dalam menampilkan kisah cinta dan sejarah perang di Timor Timur....
Buat yang sudah membaca, thanx atas apresiasinya... :)
Mas Ahmad, hehe maaf ane saran kalau bisa pangkat aslinya mas Hardi tu diketahui, soalnya tidak mungkin seorang Letnan Kolonel terjun langsung dimedan perang terlebih hanya bermodal 30 pasukan (tersisa 5). Melihat jumlah pasukan yg hanya 30, kemungkinan mas Hardi adalah seorang Letnan satu, paling tinggi Kapten. Karena untuk jabatan sekelas Letnan Kolonel sendiri itu membawahi 150-300an orang. Dan kalau terjun dimedan perang biasanya yg Letkol itu hanya memberi perintah di markas besar dan jarang sekali turun langsung ke medan hutan. Juga kalau dia letkol biasanya setelah masa pengabdiannya 20 tahun setelah lulus dari militer, jadi bisa dilihat dari tahun abdi mas Hardi sendiri di cerpen diatas. Jadi inilah koreksi dari ane pangkat mas Hardi adalah Letnan 1 atau Kapten. Trims
ReplyDeleteOk terimakasih atas masukannya... :)
DeleteLulusan AMN: AKADEMI MILITER NASIONAL YA LETNAN. LETDA..YO BENER DAN Q WAKTU ITU
DeletePak Ichsan Ibnu Ilyas, jd mas hardi dalam cerita ini memang bener, berarti cerita ini memang bener di ambil dari sejarah nyata ya pak
DeleteHiks... hiks... hiks... endingnya sedih bikin mewek... terharuu... :'(
ReplyDeleteMau nangis malu...ada anak2, g nangis sakit banget nih leher nahan nangis....bagus bgt ceritanya,ngebayangin dia sendirian di hutan di kepung sm musuh tp berhasil selamat....ksatria bgt.tp kasian pas dia pulang istrinya udah sm orang lain,sdngkn dia dulu bertahan dr godaan2 demi istrinya.sediiiihhhhhh :( :( :(
ReplyDeleteMantappp,,,,
ReplyDeleteada yg menggganjal pikiranku. dikisahkan diawal saat diterjunkan ke medan perang, dia sdh berpangkat letnan. Seharusnya sdh melanlang buana ke seluruh indonesia kemudian pensiun. Ini koq dr menikah thn 78 menetap terus di Dili sampai tomor leste referendum. Seharusnya Tokoh cerita ini sdh jadi jendral jika startnya dr akabri.
ReplyDeleteHehhee...
DeleteSeperti yg saya katakan sebelumnya, cerita ini saya angkat dari kisah nyata namun dibumbui alur2 fiksi agar lebih dramatis dan mengena ke inti cerita... saya juga kurang paham tentang dunia militer (terutama tentang pangkat dan jabatan), jadi mohon maklum...
Disini saya cuma ingin mengangkat cerita percintaan seorang tentara dan sejarah tentang Timor leste...
Jadi untuk menginformasikan kepada pembaca bahwa Timor Leste mengadakan referendum dan merdeka dari Indonesia tahun 1999, maka saya buat di cerita ini bahwa tokoh utama tinggal dan menetap di kota Dili.
Dan tentunya untuk mempersingkat cerita, kalau diulas perjalanan tugas tokoh utama akan lebih panjang ceritanya dan tidak fokus ke sejarah Timur Leste...
"Nanti kalau saya ulas tentang tugasnya di Bandung, Tegal, Aceh, atau kota2 lain, tentunya jadi gak fokus ke nuansa Timor Leste nya... Hehhee..."
Tapi untuk tokoh dalam cerita ini memang benar2 ada, seorang tentara yg bertugas di medan perang tapi pas pulang istrinya sudah menikah lagi dengan sahabatnya yg juga seorang tentara...
mengharukan.
Deletetapi q pngen jadi pahlawan, kok gak bisa ea.
tak akui jempol jiwa bpak yg lemah lembut, sang pemberani.
itu contoh yg sangat muliaaa
Cerita sangat mengharukan..
ReplyDeleteJujur nangis bacanya ceriritanya... 2 jempol buat mas Ahmad Pajali Binzah
Waaww keren critanya..
ReplyDeleteYang baca jga ngikut nangis/ bahagia nie kgak tau...
Di bikib layar lebar lbih mantap nie gues..
Izin shere ya.. .
ReplyDeleteSangat mengharukan
Monggo silahkan... :)
DeleteYa ceritanya sangat bagus menggambarkan seorang pejuang yg kesatria baik dalam pertempuran di Medan perang nyata dan kesatria juga dalam pertempuran gejolak di dlm jiwanya sehingga dapat mengambil keputusan yg bijaksana dengan akal sehatnya itulah perjuangan yg terberat menurut saya dan juga itulah kemenangan yg terbesar yaitu mengalahkan nafsunya..
ReplyDeleteSdah brulngkali sya bca certa ini..dan tetap sya kagum dan trharu dgn crta ini.terlebih saat ini sya di Timor leste dan skrang jga msih di Dili...kisah patriot yg tangguh di medan perang dan jga tangguh dlm mmperthankan cinta sejatinya...ditunggu crta''slnjutnya mas,..mantap
ReplyDeleteKeren mas bro cerita nya,,,merinding bulu gudug saya membaca nya,,kisah ini sungguh sangat" mengharukan.sudah lama air mata ini tak kuteteskan,,dan bru kali ini airmata ini mengalir...terima kasih karna cerita ini saya telah mengerti akan arti cinta sejati...MERDEKA.
ReplyDeleteSalut dan hormat pada pak Pramono yg telah berjiw besar untuk bangsa dan negara juga untuk sesama manusia itulah satria sejati....
ReplyDeleteKalau bleh tahu alamatnya mana? saya orang Lebakbarang
Makasih sudah membaca, untuk tokoh utama dalam cerita ini ada di desa Jrebeng Kembang, Karangdadap, kabupaten Pekalongan...
DeleteRumahnya ada di dukuh Jrebeng, tepat di pinggir jalan, Capgawen - Karangdadap... :)
Mas ahmad nanya dikit ya, mas makannya apa sih kok bisa nulis sebagus ini ? Apa gak ada niatan buat dijadiin buku aja toh mas, pasti banyak yg tertarik. Hehehe sekedar saran sih mas, oh iya salut juga buat pak hardi pramono nya, sekakian nanya itu nama asli atau emang samaran aja ya mas ? sukses terus mas, lahirkan lagi lebih banyak karya seperti ini.
ReplyDeleteHehehee.. makasih suport nya semoga cerita2 selanjutnya lebih baik lagi... :D
DeleteUntuk nama sedikit disamarkan, untuk menghormati privasi yang bersangkutan, karena usia beliau jg udah tua...
Tks...cerita yg sangat hangat Dan mengharukan..disaat sedang memutar lagu Ba Ikat Janji,versi lagu Timor Leste..
ReplyDeleteSalut kawan..Aku simpatik,krn Kita keluarga Pejuang...
Ditunggu filmnya
ReplyDeleteLuar biasa sekali.... cerita yang sangat luar biasa.... sangat menyentuh, sangat menginspiratif. Sekali lagi luar biasa sekali.
ReplyDeleteKeren :)
ReplyDeleteKeren!!
ReplyDeleteKalo boleh tau tokoh Hadi Pramono nama aslinya siapa bang??salut untuk perjuangannya di medan perang & perjuangan cintanya yang luar biasa!!...
Ceritanya mantab..... asyik, dan mengharukan.... Jempol buat Abang Ahmad Pajali..... Slm dari kami di Atambua, batas negara RI - RDTL...
ReplyDeletewow...Cerpennya sangat luar biasa n mengharukan sekali....
ReplyDeleteKeren ceritanya mas, cuman masukan aja, mungkin perlu riset lebih dalam lagi karena cerita ini berhubungan dengan setting sejarah yang nyata, jadi lebih "match" dengan kejadian sebenarnya. Kebetulan ayah saya pelaku sejarah pasukan seroja angkatan 70. Tapi tetep kereeeennn... sukses dengan cerpen2 selanjutnya...
ReplyDeleteHehhee... makasih sudah membaca dan makasih jg atas masukannya...
DeleteTapi untuk sejarah, tanggal dan tempat kejadian tentang perang Seroja, saya sudah mencari referensi secara mendalam...
Jadi untuk masalah ketepatan sejarah di cerita ini, insya'Allah sudah sesuai dengan referensi yg saya cantumkan diatas...
Cuma kelemahannya, saya kurang paham masalah pangkat di dunia militer... hehee...
Kereen banget,,,,asli kereeen dan sangat mengharukan
ReplyDeletelezat sekali bacanya....tks
ReplyDeleteHilang ngantuk mmbaca kisah ini..
ReplyDeleteMantap masbro.. kisahnya tidak bertele_tele, setiap kalimat membuat penasaran.
Semoga diangkat kelayar lebar.
cerita ny benar2 keren bikin terharu
ReplyDeleteCerita yg sgt luar biasa, mohon izin share ya
ReplyDeleteMakasih sudah membaca...:)
DeleteMonggo silahkan...
kayak film hollywood pearl harbor... mantap nih klo diangkat ke layar lebar..
ReplyDeleteCeritanya mantap bro. Sip...
ReplyDeleteMengharukan, saya sebagai laki2 setelah membacanya sampai tak sanggup menahan airmata,
ReplyDeleteMungkin inilah yang namanya cinta tak harus saling memiliki 😭
jdi pngen tw sosok asli nya mas pramono...
ReplyDeleteBagus bgt critany mas,sangt menyentuh hati,tp kl boleh sy ijin ksh masukan mas spy critanya mendkti keadaan yg sbnry itu di wonopringgo itu bukan kodim 507 tp yg bener kompi A tp skrg berubah jd kompi c yonif 407,komandan kompiny pangkt letnan satu sampai kapten jd pak pramono belum komandan batalyon krn kedudukan danyon di markas batalyon di slawi tegal,dan pangkt danyon itu kl gk mayor ya letkol itu aj mas masukan sy,smg penulis tmbh suksess
ReplyDeleteAmin... makasih sudah membaca dan makasih juga atas masukannya... :)
Deleteijin share ya
ReplyDeleteCari produser di film kan bagus ini
ReplyDeleteDi film kan di layar lebar bagus ini ada kisah perang nya ada kisah cinta nya ada rasa nasionalis di cerita ini kalau di film kan
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDeletesangat baik
ReplyDeletebagus banget...
ReplyDeleteKereeen banget kisah cerit'y,
ReplyDeleteSemoga bisa smpe lanjut ke layar lebar,
Aamiin
Mantaffff critanya..appreciated
ReplyDeleteKisah mengharukan.. cinta dan patriotisme.
ReplyDeleteAsli keren, ceritanya, apalagi diangkat dari kisah nyata.
ReplyDeleteHanung... Mana Hanung.... Ayo kisah ini harus dibuat Film.. Base From True Story....
ReplyDeleteSangat terharu
ReplyDeleteDi angkat jadi film aaja Masa saya yakin ini akan lamu Habis di pasaran
ReplyDeleteKarena ada cerita militer Dan cinta nya
mencampur adukan perasaan sampai abis...
ReplyDeletebagus ceritanya,kronologinya juga runtut
salut !
Luar biasa pak....sru...!!
ReplyDeleteMellhkn air mata dngn kestian cnta mreka mski tk dpt mmiliki hngga akhr waktu ...
ReplyDeleteTpi apkh msh ad prshabtn sprti pramono dan haryo????
sungguh luar biasa cerpennya..
ReplyDeleteijin shere ya mas....
Cerita xg sangat luar biasa pahlawn negar yang sngt hebat n kesetian pada pujaan htix serta akn arti pershabatn keilasn akan takdir.....1000:1 orng yang seperti beliau
ReplyDeletesubhanallah banyak hikmah yang dapat kita ambil dari cerita kehidupan Hardi Pramono
ReplyDeleteTerima kasih atas ceritanya sobat...sngat mendalam dan bisa menginspirasi...banyak hikmah yg bisa di ambil dari cerita ini...sekali lagi terima kasih sobat....
ReplyDeleteIni kalau difilmkan bisa menyamai "Save Privet Ryan" nih..
ReplyDeleteSaving private ryan bro bukan save
DeleteApalagi kalau saya sutradara nya.. hehehe
ReplyDeletebenar2 berjiwa dan berperilaku ksatria....
ReplyDeleteMatap nih ceritanya, roman nya juga berlogika...
Top abiz..mengharukan sekali maz
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBikin meweekk... Ada ya kisah cinta kya gtu, kirain cm di film ato novel.
ReplyDeleteSalut q bt pak Hardi, krn dgn ikhlas menerima takdir, salut jg utk pak Haryo dan bu nety.. Masih tetap mencintai pasangan nya, wlopun tau bhwa dihati pasangan nya ada pria dan wanita lain yg dicintai, dan utk bu sum.. Anda Sungguh beruntung bu.. :')
Trmksh bt mas Ahmad krn sdh mengemas kisah nyata ini jd cerita yg indah.. Two tumbs up for you.. Jemvoolll
Bikin meweekk... Ada ya kisah cinta kya gtu, kirain cm di film ato novel.
ReplyDeleteSalut q bt pak Hardi, krn dgn ikhlas menerima takdir, salut jg utk pak Haryo dan bu nety.. Masih tetap mencintai pasangan nya, wlopun tau bhwa dihati pasangan nya ada pria dan wanita lain yg dicintai, dan utk bu sum.. Anda Sungguh beruntung bu.. :')
Trmksh bt mas Ahmad krn sdh mengemas kisah nyata ini jd cerita yg indah.. Two tumbs up for you.. Jemvoolll
Ceritanya mengharukan. Terima kasih mas Ahmad Pajali Binzah, atas kisa cerpennya yang sangat bagus.
ReplyDeletecoba kirim ke net tv sapa tau bisa jadi sinetron bermutu. bahkan mungkin bisa jadi film yang luar biasa
ReplyDeleteLuar biasa.... Sukses berkarya mas...
ReplyDeleteTerinspirasi tuk kerja. Jadi pimpinan harus low profile, siap berkorban. Cerpen yang penuh motivasi. Two thumbs up
ReplyDelete#HANUNGBRAMANTYO #MIRALESMANA #DJAROT AYO BANGKITKAN JIWA PATRIOTISME ANAK BANGSA BUAT FILMNYA...
ReplyDeleteMenggugah..ijin share mas
ReplyDeleteWaaah Aku juga wong pekalongan iki. Sak kampung yo 😄 ,
ReplyDeleteTp pekalongan kota ne.
bagus sekali cerpennya, sungguh memberikan pelajaran tentang bagaimana kesetiaan yang sebenarnya.
ReplyDeleteMungkin kesempurnaan punya allah semata. . .
ReplyDeleteTapi bagi ku cerpen ini Sempurna. . .
Sebuah ilmu kehidupan yang tertuang dalam cerpen,membuat pembaca larut dalam alur cerita. Semoga kita semua bisa mengambil pelajarannya. Aaamiiin.
ReplyDelete.sampe nangis bacanya
ReplyDelete.ijin share gan
sumpah, jadi bawak perasaan bacanya. terus keinget mantan. mantap ceritanya. untuk mas Ahmad Pajali Binzah, lapang dada saja mas. namanya juga pembaca, pasti bnyak yang koment inila itula. sama seperti sepak bola, penonton pasti bnyak menyalahkan pemain. harapan saya, semoga cerpen ini bisa di angkat di layar lebar.
ReplyDeletenangis bacanya.....
Alhamdulillah.... Apik Mas, senang membacanya, Salam
ReplyDeleteCerpen yang bagus, sekuat dan setegar apapun kita bekerja untuk mendapatkan apa yg kita inginkan. Tuhan yg menentukan semuanya.
ReplyDeleteSatu kata..."KEREN"
ReplyDeleteLayak dibikinkan film-nya... karena menyangkut sejarah dari dua negara yang berbeda, dan dua kota yang berbeda pula, diharapkan bisa ditayangkan di bioskop2 pada hari Pahlawan di bulan Nopember mendatang...
ReplyDeleteInsya Allah waktunya nutut...
Hmmm...hanyut betul bacanya..sampe" kayak ada yg nyangkut di tenggorokan..Heroik dan Romantis serta mengharukan. Mantap mazzz..teruskan berkarya, saya share ya mazz...atur nuwun.
ReplyDeleteSaya ikut nangis membacanya
ReplyDeleteKerja Lembur Long Shift ku jadi tak terasa sambil membaca ini cerita ... manntaabz.. semoga Ahmad Pajali Binzah menjadi penulis Top yang bisa menginspirasi banyak orang!!
ReplyDeletesumpah ceritanya sangat menyentuh bisa nangis aku
ReplyDeleteceritanya keren keren
Cerita ny sgt bagus mas, terbawa suasana..
ReplyDeleteMkasih bnyak ceritany mas..
Nice story. I love it!
ReplyDeleteSemoga terus sukses dalam menghasilkan karya yang hebat.
Luar biasa mas Ahmad, saya sangat tersentuh membacanya, kalau seandainya dibuat film, akan sangat menarik, coba ajukan saja naskahnya ke salah satu sutradara film Indonesia,...ayat2 cinta saja bisa menjelma jadi film, kenapa cerita semenarik ini tdk bisa? sukses selalu dan ditunggu karya terbarunya, 2 thumbs up!!!
ReplyDeleteLuar biasa....
ReplyDeleteMantap... masih penasaran dengan anaknya Pramono dari sumiaty.
ReplyDeletesangat amat keren dan bagus sekali. semoga di terima di sisi Allah Swt amieenn ya Allag
ReplyDeleteHebat...ceritanya mengagumkan...antara prajurit perang setia kawan belanegara n pengorbanan..cinta n kesetiaan....
ReplyDeletebagus ceritanya,,
ReplyDeletetapi kayak mengada ada
Saya orang yang sangat jarang sekali membaca cerpen,Ini adalah cerpen yang mampu membuat hati saya penasaran, mampu membuat saya ingin membacanya terus sampai habis,mampu membuat saya menjadi terharu dengan alur ceritanya,cerpen ini sungguh berbeda dari yang lain,Saya tunggu film nya di Bioskop Indonesia,,,BRAVO Ahmad Pajali Binzah
ReplyDeletegood !
ReplyDeletelanjutkan..!
*sambil usap air mata..
Bagus mas sampai terharu saya
ReplyDeletesip 👍
ReplyDeletesip 👍
ReplyDeleteBagus bgt cerpen-nya
ReplyDeleteIjin share share gan
Bagus bgt cerpen-nya
ReplyDeleteIjin share share gan
Mantav bang.. seru banget.. lanjutkan terus berkarya bang.. ane tunggu..
ReplyDeleteMoga cinta q dan cinta seseorang yg tak bisa bersama... Bisa seperti cinta mereka sampai di penghujung usia ttp menjaga cinta
ReplyDeleteHanya 1 kata " HEBAT"
ReplyDeleteHebat penulisnya, hebat tokoh ceritanya.
Hebat untuk penulisnya...
ReplyDeleteHebat atas kebesaran hati Pramono....
Mantap,,, mantap,,,,
ReplyDeletehabat ......
ReplyDeleteselamat berkarya .....
sukses slalu .....
Mantap mas... salut ma penulisnya,
ReplyDeletetak terasa sy narik tissu karna terharu...
hebat, keren, semoga bs melahirkan karya2 inspiratif lainnya
sukses...!
Luarrr biasaa tengah malem ampe imsak bacanya bikin penasaran dan mengandung pesan moral yg apik
ReplyDeleteTerbaik dari yg terbaik....saran saya d buat film layar lebar mas...ada kisah cinta,heroik,persahabatan smuanya dpet buat edukasi mas.pkoknya bgus bgtttttttttttttttttt....maaf alay hehe
ReplyDeleteWah sampe mencair mataQ membacanya.. bagus bngt...
ReplyDeleteMudah2an suatu saat ada salah satu poduser film membaca cerpen ini dan sekaligus mengangkatnya di layar lebar.Buat penulis Cerpen saya sangat apresiasi pada anda.
ReplyDeleteluar biasa kisah nya....sangat bagus di buat filem nya ....
ReplyDeleteada kisah cinta,perjuangan yg heroik....nasionalisme sangat cocok buat masa sekarang....smoga ini kisah bisa di angkat layar lebar...salam buat penulis...
Bagus banget alur ceritanya, sukses buat penulis, lebih cocok lagi diangkat ke layar lebar.
ReplyDeleteMantep ceritanya mas, sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang anggota TNI yang harus bejuang untuk membaktikan dirinya kepada negara meskipun nyawa dan kebahagiannya yang harus menjadi taruhannya. Dan juga cerita tentang perjuangan seorang yang harus bisa berlaku bijaksana dalam menyikapi kenyataan hidupnya. Alur ceritanya sangat bagus, ngga jelimet dan membuat orang bosan serta membuat orang penasaran untuk menunggu kelanjutan ceritanya. Bahkan sy sendiri sampe ngga kuat menahan haru karena trebawa emosi dengan kenyataan hidup yang di alami oleh tokoh utama dalam cerita ini.
ReplyDeletesaya sampe penasaran bagaimana ending dari cerita ini, tapi alhamdulillah, akhirnya rasa penasaran sy terjawab dengan ending cerita ini. ini sekedar usul mas, kenapa ngga di buat buku dan film sekalian mas. karena cerita ini mengajarkankan kepada kita semua tentang jiwa nasionalisme dan patriotisme untuk mengabdi kepada negara. Juga mengajarkan kepada kita semua tentang pelajaran dalam kehidupan yang ngga selamanya mulus, namun kita harus bisa mengambil keputusan yang arif dan bijaksana, ngga hanya mengutamakan emosi yang terkadang bisa membuat kita gelap mata. tapi ini mengajarkan kepada kita bagaimana kita bisa melawan nafsu dalam diri kita yang akhirnya kita bisa bijak dalam mengambil keputusan dalam hidup ini.
salut dan hormat buat tokoh utama dalam cerita ini, Tidak lupa titip salam buat beliau ya mas.
wasalam
Hendra
Keren mas, keren banget, tpi tidak ada Gading yang tidak retak bukan.
ReplyDeleteSaya hanya mencoba membantu memperbaiki biar terkesan makin nyata (jangan tersinggung ya mas)
1 Kisah ini berawal sekitar 55 tahun yang lalu, saat sepasang kekasih yang saling mencintai, saling berjanji untuk setia sehidup semati, namun pada akhirnya harus terpisahkan oleh takdir. (mestinya 75 tahun yg lalu biar sincron sma endingnya artinya Pramono kelahiran tahun 1943 (tepat, dia sempat melihat ayahnya sebagai pejuang kemerdekaan).
3 utk bagian dramatis saat dikejar musuh tolong utk dialog dari Haryo (sebaiknya jadi sersan Haryo) sama Toni (kopral Toni) jangan sebut pram utk memanggil Danton mereka (tidak etis oleh tentara) cukup panggil Dan atau Ndak sajaç
ReplyDelete4
ReplyDelete"Ini perintah...!!! Saya komandan kalian... cepat ikuti perintah...!!!" gertak Pramono.
-----> "ini perintah Danru!!! Segera ikuti perintahkan, bawa sisa anggota regumu!!!" perintah Pramono
5 Setelah sampai di Jawa dan tiba di maskas besar Yonif 407 Wonopringgo Pekalongan, Haryo langsung bergegas menghampiri rumah Sumiati, untuk menyampaikan kabar tentang suaminya yang gugur di medan perang.
Delete-->> tidak perlu markas besar cukup markas saja.
Sebaiknya penjelasan siapa Haryo di tempatkan di bagian setelah ini :
DeleteSesampainya di atas bukit, Haryo dan ketiga kawannya istirahat, menyaksikan pasukan Fretilin menyerbu komandannya dengan berondongan peluru dan denduman granat. Mereka berempat menangis haru tak tega membayangkan nasib komandan sekaligus teman seperjuangannya.
Kalo boleh menambahkan begini bunyinya :
Haryo adalah sahabat Pramono sejak Sma namun dia mendaftar tentara sebagai seorang Bintara yang kemudian menjadi Komandan Regu dalam Peleton yang dipimpin oleh Pramon.
Laki-laki berbadan kelar alangkah lebih baik Kalau di tambah
DeleteLaki-laki berbadan kelar berangkat Kopral.
Terus ini
"Ayoo tembak komandanmu ini...!!!
Ayoo tembak kalo kalian berani...!!!
Aku Letnan Hardi Pramono...!!!
Dari Yonif 407...!!!"
Tanpa perlu menyebutkan dia komandan karena konteksnya dia berbicara dengan tentara setiap tentara pasti tau kalo yg berangkat Letnan ke atas adalah komandan mereka.
Bagian ini kacau banget
Delete"Yaa, aku ingat...!!!
Kamu komandan Yonif yang dikepung pasukan Fretilin 3 tahun yang lalu itu kan...???
Aku ingat sekali saat anak buahmu melintasi bukit untuk menyelamatkan diri dan bertemu pasukan kami.
Yaa, waktu itu mereka bercerita bahwa kamu adalah komandan yang rela mengorbankan nyawanya demi anak buahnya...
Kamu benar-benar ksatria Ndan..." laki-laki bertubuh kekar itu memelukku lalu menepuk-nepuk pundakmu.
"Kami bangga padamu..." laki-laki itu memberi hormat ala militer, dan diikuti semua pasukan TNI yang ada disitu.
Kalimatnya sangat tidak etis sekali utk diucapkan kepada komandan
DeleteMestinya gini
"siap, saya ingat...!!!
Komandan yang dikepung pasukan Fretilin 3 tahun yang lalu itu kan...???
Saya ingat sekali saat sersan Haryo dan anggotanya melintasi bukit untuk menyelamatkan diri dan bertemu pasukan kami.
Yaa, waktu itu mereka bercerita bahwa komandan rela mengorbankan nyawanya demi anggotanya...
"Ijin Dan,.." laki-laki bertubuh kekar berangkat Kopral itu memberi hormat dan memelukku.
"Kami bangga padamu, Dan..." laki-laki itu berisik. dan diikuti dengan hormat senjata oleh pasukan lainnya.
Delete"Lihatlah Suamimu ini Sum, betapa dia setia mendampingi hari-harimu, aku melihat di matanya ada cinta yang banyak untukmu..." ucap Pramono dengan tegar sambil menepuk pundak Haryo.
Kalo ditambah gini gimana?
"Lihatlah Suamimu ini Sum, betapa dia setia mendampingi hari-harimu, aku melihat di matanya ada cinta yang banyak untukmu. Dia adalah sosok yang setia baik sebagai tentara maupun sebagai seorang sahabat. Karena Dia telah berjanji padaku akan menjaga, Dia telah memenuhi janjinya padaku." ucap Pramono dengan tegar sambil menepuk pundak Haryo.
Agak susah utk sinkronisasi endingnya mas.
DeleteKrna kelahiran 1943 pensiun tahun 1998.
Gimana kalo disebutkan disitu
Setelah mengalami berapa kali rotasi dan berpindah2 untuk mengisi jabatannya akhirnya Pramono pensiun di tahun 1998 dan Pramono memutuskan utk tinggal di tanah kelahiran istrinya Timor Timur utk menikmati masa pensiunnya. Lalu bla bla...
Artinya dialog dgn keluarganya ya sedikit diubah.
Sory,banyak komentar tapi ini utk sedikit membuat cerpen ini lebih "nyata" bukan maksud menggurui lho.
Ok, makasih mas atas masukannya, sangat membantu sebagai bahan pertimbangan...
DeleteNanti segera saya revisi... :)
Dijadiin film bagus ni mas..
DeleteKalau bisa umurnya diganti klo 75 tidak masuk logika, dg umur rentan waktu penugasan dan lulus, klo umur 75 dia lahir 1941, masuk akademi 60 an, klo timtim operasi 1975 berarti uda dinas 15 tahun sudah tidak muda lagi
ReplyDeleteMau tanya Apa benar dari kisah nyata?
Terharu��
ReplyDeleteSalut
ReplyDeleteSemoga cerita ini di angkat ke layar lebar. Luar biasa untuk mas ahmad.
ReplyDeleteSetuju.... hehe
DeleteCerita yg sangat luar biasa, tak penting bagiku, apakah kisah nyata atau bukan, banyak pelajaran didalamnya. Trima kasih
ReplyDeletemantap mas,,, terus berkarya.
ReplyDeleteKeren banget mas ceritanya :')
ReplyDelete" Cinta emang ga harus memiliki :( "
inpiratif banget ceritanya ....
berkarya terus mas
kisah yg sangat mengaguum kan,,ter inspirasi banget,,atas cinta kasih dan perjuanagn nya demi tanah air,,,lanjut ken kisah2 berikut nya,,,
ReplyDeletecerita yang bagus penuh perjuangan, heroik dan tegar dan tulus, semoga bisa di layar lebarkan sangat bagus dan heroik bagi pejuang negeri.
ReplyDeleteCerita yang menyedikan tapi menyeyankang di hati sesema.
ReplyDeleteBagus kisahnya, kisah ini cerita film pearharbour versi indonesa. Kerennn mas.....
ReplyDeleteCeritanya sejarahnya sangat bagus mas, apa lg di ambil dari kisah nyata.
ReplyDeleteSaran saya agar jabatan, pangkat, usia, agar di koorsinasikan dengan instansi terkait supaya lebih singkron serta foto asli pak pramono agar di tampilkan dengan tujuan supaya tidak terlupakan, karna banyak pejuang2 kemerdekaan dan pertahanan yg terlupakan karna seiring waktu.
Utk pembuatan film, coba koordinasi dengan personil PENDAM (penerangan kodam) atau PENREM (penerangan korem) agar cerpen ini bisa di kembangkan menjadi sebuah film, apa lg ini kisah nyata.
Izin share ya mas
Cerpen yg menarik. Terima kasih sudah share.
ReplyDeletedr segi alur cerita sebuah drama udah bagus.yg harus diperhatikan dalam sebuah cerita dengan setting sejarah adalah; AKURASI dengan sejarahnya itu sendiri.
ReplyDeleteyg cukup mengganggu selain dari kepangkatan militer dan kesatuan tempur tokoh utamanya yang sedikit melencang, hal lainnya yang cukup mengganggu adalah; penyebutan "Timor Leste" sebelum resmi berintegrasi dgn NKRI menjadi provinsi ke 27 tanggal 7 Juli 1976. Sebelum tanggal itu bukan bernama Tim-Les atau bahkan bukan Timor-Timur, yg betul adalah TIMOR PORTUGIS/TIMPOR.
Hal lain yang mengganggu adalah pasukan Fretilin & kakek yang menyelamatkan si tokoh utama di desa pedalaman TIMPOR yang berbahasa indonesia dengan lancar seolah bahkan menjadi bahasa mereka, padahal kenyataannya TimPor di era 1975-1976 penduduknya berbahasa TETUN.
Uniknya dalam cerita ini, sang istri yang gadis Timor asli dari awal kenal si tokoh utama memanggil dengan sebutan "mas", sebuah sebutan kaka dalam bahasa jawa.
Demikian sedikit koreksi saya, semoga tulisan cerpen lainnya menjadi lebih baik,khususnya jika bersetting sejarah.
Salam hormat.
Bisa tuh di angkat dlm layar lebar
ReplyDelete