Jantung Laela berdegup cepat saat tangannya dengan sigap mengemasi baju-bajunya, lalu dengan langkah jinjit pelan Laela melangkahkan kakinya lewat pintu belakang, agar paman yang selama ini merawatnya tak mengetahui kepergiannya.
Malam itu Laela berencana kabur dari rumah pamannya itu karena tak tahan lagi atas perjodohan dirinya dengan lelaki kaya anak kepala desa.
Dengan langkah setengah berlari membelah pekatnya malam melewati pematang sawah, tak peduli kadal ataupun ular langkahnya terus menderu tanpa henti hingga sampai di perempatan jalan di sudut desa, Laela dengan nafas yang masih tersengal matanya merayap ke segala arah mencari seseorang yang seharusnya telah menunggunya disana.
"Kamu nyariin aku yaa...???" Bisik seorang laki-laki sembari menepuk pundak Laela.
"Aaahh kamu kirain gak nepatin janji..." ucap Laela sembari menengok ke arah laki-laki itu.
Dia adalah Adrian, seorang dokter muda yang sedang magang di puskesmas di kampung Wonosari dimana Laela tinggal.
Laela dan Adrian sudah enam bulan ini menjalin kasih. Karena keluarga Laela tak merestui hubungannya, akhirnya mereka putuskan untuk pergi dari kampung itu untuk menemui orang tua Adrian di kota.
Saat mereka hendak bergegas pergi langkah mereka dihadang oleh laki-laki berbadan kekar.
"Tunggu...!!!!" Gertak laki-laki itu dengan nada emosi. Dia adalah Badhar anak pak kades yang hendak dijodohkan dengan Laela.
"Mau kemana kalian...!!!???" Ucap Badhar sembari menunjuk geram.
"Ini bukan urusanmu Badhar..." jawab Laela singkat.
"Jelas ini urusanku karena kau calon istriku..." Badhar makin emosi.
"Laela tak pernah mencintaimu Badhar, mengertilah...
Biarkan kami pergi..." ucap Adrian menghiba. Dengan pembawaan yang kalem Adrian tak terpancing emosi.
"Hei kau...!!!!
Kau tak ubahnya seperti Rahwana yang bermuka rama...!!!
Akan ku habisi kau...!!!" Badhar makin emosi sembari menarik baju Adrian dan hendak memukulnya.
"Cukup Badhar, cukup...!!!!
Ingat, kalo kamu menyakiti Adrian berarti kau telah menyakiti aku...
Bukankah kamu sangat mencintai aku...???
Seharusnya kau biarkan aku bahagia menjalani garis kehidupanku sendiri...
Ingat Badhar, aku sudah tak punya siapa-siapa lagi...
Biarkan aku memilih dengan siapa aku akan menjalani kehidupanku...
Bukan malah memaksa kehendak egomu..." Laela menjelaskan dengan nada tinggi.
Sementara Badhar hanya bisa terdiam diri, terpaku karena kata-kata Laela.
Tak berapa lama mereka pergi meninggalkan Badhar. Melangkah tenang sembari bergandengan tangan lalu hilang ditelan kegelapan malam.
Badhar tetap berdiri kaku, membisu bak patung batu, tak tau harus berbuat apa, ia hanya bisa mengikhlaskan gadis yang dicintainya pergi bersama pujaan hatinya.
"Jika ini yang terbaik untukmu, aku ikhlas Laela...
Semoga kamu menemukan kebahagiaan yang kau cari, percayalah aku disini tetap menyayangimu....." ucap hatinya lirih lalu membalikan badan, melangkah pulang.
*******
Sementara itu, sesampainya di kota Adrian mengajak Laela untuk menemui orang tuanya. Namun tak disangka kedua orang tuanya juga tak merestui hubungan itu.
"Dia perempuan kampung Adrian, dia tak pantas menjadi pendamping hidupmu..." ucap ayahnya dengan nada keras hingga ucapannya sampai di telinga Laela.
Hati Laela pun hancur, mendengar kata-kata orang tuanya Adrian. Ia pun langsung pergi meninggalkan rumah itu, lalu Adrian mencoba mengejarnya.
"Adrian, tak pantas kau kejar dia...!!!" Gertak sang ayah namun Adrian pun tetap pergi tak menghiraukan ucapan ayahnya.
Adrian berlari mengejar Laela yang pergi karena merasa sakit hati.
"Maaf Laela, maafkan kedua orang tuaku...
Mungkin mereka butuh waktu untuk mengerti kita..." ucap Adrian meyakinkan hati Laela.
"Tidak Adrian, memang benar kata ayahmu... aku hanya perempuan kampung yang tak pantas bersanding dengan dokter muda Sepertimu..." ucap Laela tau diri.
"Apapun keadaannya aku akan tetap bersamamu Laela...
Yakinlah kita akan selalu bersama..." Adrian terus menyakinkan Laela sembari memegang kedua bahunya lalu mengusap air matanya.
*****
Sejak saat itu mereka putuskan pergi dari rumah, menjalani hidup bersama di sebuah rumah kontrakan di pinggiran kota.
Sementara sang ayah terus mencari informasi tentang anaknya, anak buahnya disebar di penjuru kota untuk mencari keberadaan Adrian dan Laela. Namun tetap tak membuahkan hasil.
*****
Tiga bulan telah berlalu, Adrian merasa perlu mengajak Laela kembali menemui orang tuanya untuk meyakinkan bahwa Laela lah yang pantas menajdi istrinya.
Namun setelah menemuinya, pendirian orang tuanya tetap teguh bahwa mereka tetap tak merestui hubungan itu.
"Adrian...!!! Apa kau sudah lupa dengan nasib Hermawan kakak kandungmu...???
Apa kau ingin nasibmu seperti dia...!!!???" Gertak sang ayah kembali mengingatkan nasib kakaknya yang hampir mirip dengan kisah hidup Adrian.
Seperti yang Adrian tau, kakaknya telah diusir dari rumah karena nekat mencintai gadis yang tak direstui ayahnya. Hingga saat ini pun sang kakak tak diketahui keberadaannya.
"Kakakmu pun sekarang menjadi gembel karena tak menuruti keinginan papa...!!!" Ayah Adrian terus mengancam.
"Bukankah cita-cintamu ingin melanjutkan studi di Australia....??? Menjadi dokter ternama dan kelak akan mengantikan posisi papa memimpin rumah sakit yang kita punya...???" sang ayah merayu.
"Kamu satu-satunya harapan kami nak..." sang ibu pun ikut menghiba.
Hati Adrian kembali goyah, membahagiakan orang tuanya atau tetap memilih menikahi kekasihnya.
Adrian hanya terdiam diri, pikirannya kacau bagai buah simalakama.
"Liatlah Adrian, surat rekomendasi S2 mu sudah keluar dan tiket pesawat sudah papa siapkan, minggu depan kamu harus berangkat...!!!"
Namun Adrian hanya berdiam diri sembari tangannya tetap menggenggam tangan Laela. Mengisyaratkan bahwa Adrian tak mungkin bisa pisah dari Laela.
Melihat itu sang ayah sangat murka.
"Baik Adrian, papa beri dua pilihan, ambil tiket pesawat ini dan usir perempuan itu atau kau akan dicoret dari daftar pewaris harta papa...!!!???"
Mendengar itu Adrian sangat shock, jiwanya kembali tertekan, seketika pikirannya melayang mengenang kembali ke masa lampau, dimana dirinya teringat saat kecil dulu.
*****
Waktu itu umur Adrian masih sekitar sepuluh tahun, saat sedang bermain di teras rumahnya bersama sang ayah, Adrian bertanya pada ayahnya.
"Papah nanti kalo Adrian besar boleh gak jadi dokter kaya' papah...???" Tanya Adrian polos.
"Kok kamu ngomong gitu sayang...???" Ayahnya balik tanya sembari mengelus rambut Adrian.
"Soalnya aku pingin kaya' papah, bisa ngobatin orang sakit, punya rumah sakit buat nolongin banyak orang..." jawab Adrian dengan nada khas anak kecil.
"Pasti nak, kamu bisa menjadi seperti papah, bahkan kamu harus lebih baik dari papah...
Papah ingin suatu saat nanti kamu yang meneruskan usaha papah, dan aku yakin rumah sakit yang papah punya akan lebih besar jika kamu yang pegang..." sang ayah memberi motivasi pada Adrian dengan kedua tangannya memegang pundak Adrian.
"Iya pah, aku pasti gak akan ngecewain papah..." Adrian berjanji.
"Tapi perlu kamu tau nak, mewujudkan sebuah cita-cita besar itu tak semudah membalikan tangan nak...
Seperti papahmu dulu yang sangat gigih memperjuangankan cita-cita,
Dan semua pasti ada cobaan dan rintangan yang berat..." ucap sang ayah sembari matanya menerawang jauh, semantara Adrian hanya bisa terdiam memahami kata-kata sang ayah.
"Suatu saat nanti kamu akan hilang kepolosanmu, kamu akan menjadi pemuda yang tampan dan cerdas, dan disana godaan itu akan datang, pasti banyak perempuan-perempuan murahan yang akan mengodamu agar kamu terjerumus dalam dunia mereka dan langkahmu akan semakin sulit untuk mewujudkan impian-impianmu itu..." sang ayah kembali menjelaskan panjang lebar.
"Adrian ngerti pah, aku janji akan jaga diri baik-baik..." ucap Adrian sembari menganggukan kepalanya.
"Anak pintar, papah sangat sayang kamu nak..." ucap ayah lalu mencium kening Adrian.
*****
Teringat ucapan-ucapan ayah dahulu, Adrian seketika melepas tangan Laela lalu menampar keras pipinya.
"Dasar perempuan murahan...!!!!
Mungkin kau yang dimaksud papahku dulu, bahwa kau hanyalah perempuan penggoda...!!!" Emosi Adrian seketika memuncah.
"Mas kamu setega itu padaku...!!!???" Laela langsung menangis kencang, tak percaya apa yang dia dengar dari mulut kekasihnya.
"Pergi dari sini pergiiii...!!!" Adrian mengusir Laela.
Tanpa banyak kata, Laela pun pergi dengan hati yang sangat hancur.
Melihat itu Adrian langsung terungkur dengan lutut roboh ke lantai, menangis histeris menandakan jiwanya tergoncang. Lalu kedua orang tuanya langsung memapah Adrian masuk ke kamarnya.
*****
Sementara itu Laela terus berlari tanpa henti, membawa hatinya yang telah hancur berkeping-keping. Semua harapannya telah sirna sekejap mata, tak tau lagi harus kemana dia pergi.
Hingga akhirnya dia menyadari, bahwa laki-laki terbaik baginya hanyalah Badhar. Laki-laki yang selama ini selalu melindunginya, menjaganya dan selalu memuliakannya.
Badhar teman bermainnya sedari kecil, selalu memberi perhatian penuh padanya dan semua itu tak pernah berubah hingga dewasa.
Pikiran Laela melayang ke masa lampau, membayangkan saat-saat kecil dulu.
Waktu itu saat Laela masih kecil, sang ibu masih bekerja di rumah pak Prapto ayahnya Badhar. Tak bisa dipungkiri dulu saat Laela masih kecil ibunya bekerja pada orang tua Badhar, ibunya lah yang merawat Badhar sejak kecil karena orang tua Badhar sangat sibuk oleh pekerjaan.
Sejak itulah Badhar dan Laela sering bermain bersama. Hingga suatu saat Badhar dengan polosnya bertanya dengan ibunya Laela,
"Bik, kalo udah besar nanti boleh gak aku nikah sama Laela...???" Tanya Badhar polos.
"Huutttss kamu itu kan anak orang kaya, sementara Laela kan anak bibik..." jawab sang Bibik.
"Yaa gak papa Bik, aku cuma pingin maen-maen terus sama Laela sampai besar nanti, aku pingin jagain Laela..." ucap Badhar yang waktu itu masih 12 tahun.
"Yasudah yang penting kamu jangan nakalin Laela yaa... jangan bikin Laela nangis..." ucap ibu Laela.
"Iya Bik aku pasti bisa jagain Laela terus..."
Entah kenapa sejak saat itu Badhar selalu perhatian pada Laela, persahabatan sejak kecil hingga remaja.
Hingga akhirnya ibunda Laela menginggal dan Laela harus hidup bersama Pamannya.
Badhar tetap setia menemani Laela, namun makin dewasa Badhar timbul perasaan lebih dari sekedar persahabatan, semakin hari sikapnya semakin posesif, dia juga tumbuh menjadi laki-laki sangar dan arogan. Hingga siapapun yang mendekati Laela pasti dihajar oleh anak buah Badhar. Dan karena itulah Laela mulai tak nyaman dekat dengan Badhar.
Namun dibalik arogansinya sebenarnya Badhar ingin melindungi Laela dari godaan laki-laki yang hanya akan menyakitinya.
*****
Dan saat ini saat semuanya telah terjadi, saat hati Laela hancur oleh laki-laki yang mencampakannya begitu saja, Laela menyadari bahwa apa yang ditakutkan Badhar benar-benar terjadi.
"Maafkan aku Badhar, sekarang aku sadar bahwa kamulah laki-laki yang mampu mencintai aku setulus itu, mengorbankan segalanya demi kabahagiaanku..." hati Laela berucap lirih penuh penyesalan, sembari berjalan dibawah guyuran hujan.
"Badhar maafin aku...!!!!" Laela berteriak kencang, menangis histeris ditangah guyuran hujan, menggambarkan betapa hancur hatinya.
"Seandainya masih bisa, saat ini pula aku ingin memelukmu, mengucapkan maaf yang terdalam dari relung hatiku...
Tapi aku merasa tak pantas lagi untukmu, aku yang tak mampu menjaga kesucianku...
Maafkan aku Badhar..." hati Laela berucap lirih sembari kakinya terus melangkah menyusuri jalan ditengah guyuran hujan. Langkahnya gontai, lesu tanpa arah tujuan.
*****
Semetara itu,
Lima hari telah berlalu, namun Adrian masih tetap mengurung diri dalam kamarnya, hatinya sungguh tergoncang menghadapi jalan hidupnya kini. Di satu sisi Adrian ingin mewujudkan cita-cita dan membahagiakan kedua orang tuanya, namun di sisi lain sebenarnya dia sangat mencintai Laela.
Tetapi Laela sudah terlanjur membenci, telponnya tak pernah diangkat, pesan-pesannya juga tak pernah dibalas, bahkan handphone-nya sudah tak aktif lagi.
Sementara tiket keberangkatan tinggal satu hari lagi, dan besok Adrian harus terbang untuk meneruskan studinya di Australia.
"Tak ada waktu banyak, aku harus menemui Laela untuk meminta maaf atas semuanya...
Dan aku akan berjanji jika semua cita-cita telah tercapai aku akan menikahi Laela..." batin Adrian berucap sembari bergegas pergi mencari Laela.
*****
"Maaf Laela sudah tidak tinggal disini lagi..." ucap ibu yang punya kontrakan.
"Sekarang Laela tinggal dimana bu...???" Tanya Adrian panik.
"Maaf ibu tak tau, tapi bukankah dulu perginya sama mas Adrian...???" Jawab ibu itu.
"Iya bu, tapi dia pergi ninggalin aku bu...
Yaudah bu makasih atas infonya..." Adrian kembali pulang tanpa membuahkan hasil.
*****
Hari ini hari keberangkatan telah tiba, Adrian melangkah lesu dengan menyeret koper ditangannya memasuki ruang bandara yang akan menerbangkannya.
Ditengah langkahnya yang gontai, tiba-tiba ada yang memanggil.
"Adrian..." seseorang memanggilnya dengan suara yang khas, kalem, tenang tapi tegas.
Seketika langkah Adrian terhenti, membalikkan badan mencari sumber suara yang memanggilnya.
Alangkah terkejutnya Adrian melihat sosok yang ada di hadapannya.
"Baru kali ini aku melihat laki-laki dengan nama besar namun hatinya sangat kerdil..." ucap seseorang yang ada dihadapan Adrian.
"Apa maksudmu Badhar...!!!???" Tanya Adrian penuh heran.
"Andai saja almarhumah Laela tak melarangku untuk menyakitimu, mungkin saat ini juga sudah ku pecahkan kepalamu...!!!!" Gertak Badhar geram penuh emosi, sembari menarik kerah baju Adrian hingga kedua wajahnya saling berdekatan. Nampak raut muka Badhar sangat murka sementara Adrian sangat ketakutan.
"Laela kenapa Badhar...???" Adrian shock mendengar ucapan Badhar.
"Dia memilih mengakhiri jalan hidupnya..." jawab Badhar singkat, sembari melempar tubuh Adrian hingga tersungkur ke lantai tak berdaya.
Lalu Badhar pergi meninggalkannya begitu saja, dengan langkah tegap yang menggambarkan kemarahan sosok seorang Badhar.
Yaa, begitulah Bashar...
**************************************
**************************************
Tiga bulan kemudian tiba-tiba tersiar berita di surat kabar nasional dengan judul:
"Seorang dokter muda asal Indonesia ditemukan tewas di apartemennya yang diduga bunuh diri karena depresi"
=============SEKIAN=============
Baca juga cerpen tentang petualangan:
Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah
cerpennya aku suka
ReplyDelete