Home » , , » [Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi (ending)

[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi (ending)


Untuk awal cerita KLIK DISINI


Dengan penuh penasaran dan sedikit gugup Fathir mulai membuka buku itu.
Halaman demi halaman dia buka satu persatu, mulai dari tentang riwayat hidupnya yang kedua orang tuanya berpisah dan akhirnya ia ikut bersama neneknya, mbok Minah. Hingga dihalaman yang bercerita tentang pertama pertemuannya dengan sahabatnya, Fathir.


Hari ini senin 5 september 2011, awal pertemuan ku dengan seseorang yang bernama Fathir,
Dia bertubuh tegap, tinggi besar dengan tato di punggung yang selalu dia tutupi.
(Hanya aku dan sahabat dekatnya saja yang tau, karena jika sampai guru BP tau mungkin kelar riwayat hidupnya di sekolah ini)
Karena postur, tampang dan keberaniannya, menjadikan dia anak yang ditakuti di sekolahnya.
Dia adalah centeng sekolah.


Membaca tulisan itu Fathir merasa tersanjung dan teringat masa-masa perkenalannya dengan Rey.

Waktu itu saat terjadi tawuran antar sekolah, Rey yang anak baik-baik saat itu sedang asyik membaca buku, dia tak tau menau tentang tawuran yang tengah terjadi di sekitar alun-alun kota Pekalongan. Melihat Rey yang duduk sendiri pihak musuh langsung mendatangi Rey yang masih berseragam satu sekolah dengan Fathir. Tanpa basa-basi Rey langsung dikeroyok oleh rombongan STM Wiradesa musuh bebuyutan STM dimana Rey sekolah.

Melihat anak satu sekolah dihajar musuh, rombongan Fathir langsung datang menolong.
Dan sejak saat itulah Rey berkenalan dengan Fathir, centeng sekolah.

Bersahabat dengan Fathir, lambat laun cara pandang Rey mulai berubah, semula Rey ingin menjadi anak baik-baik, sejak saat itu Rey mulai kenal dengan dunia hitam.

Tak hanya berkelahi, minum minuman beralkohol pun sudah menjadi rutinitas kebiasaannya. Rey yang dulu rajin dan tergolong anak pintar kini menjadi Rey yang sering bolos dan menjadi anak nakal.

Apapun itu, menjadi sahabat Fathir mampu membuat hidup Rey jadi sangat berwarna. Rey merasa menemukan dunianya yang baru dan merasakan indahnya kenakalan dimasa-masa remaja.

*****

Walaupun kami memilih jalan hidup yang gelap dan berlumur dosa, namun Fathir adalah sahabat terbaikku.
Aku kenal betul siapa Fathir, sejahat-jahatnya kami, kami punya aturan main yang manusiawi....
Saat tawuran kami tak pernah membawa senjata tajam, walaupun pihak musuh membawa kami tak sedikitpun gentar...
Kami tak pernah melukai atau menghina saat musuh sudah tak berdaya....
Kami juga gak akan menyakiti perempuan walaupun itu dari pihak musuh...
Dan semabuk-mabuknya kami, kami tak pernah membikin onar...
Serusak-rusaknya prilaku kami, kami tidak pernah merusak prilaku orang...
Yaa, begitulah prinsip yang kami pegang...

Membaca tulisan itu Fathir teringat masa-masa saat remaja dulu, hari-hari yang begitu indah telah dilaluinya bersama sahabat sejatinya Rey. Tak terasa air mata Fathir menetes haru, membayangkan sosok tulus dari persahabatannya dengan Rey.

*****

Hari ini 7 desember 2011, aku berkenalan dengan bidadari yang selalu hadir dalam mimpiku, begitu indah terasa saat itu, hingga saat-saat perkenalan itu selalu terbayang-bayang di kepalaku.
Dia adalah Raisya, adik dari sahabatku sendiri. Aku mengenalnya saat aku datang ke rumah sahabatku itu, Fathir.

Melihat tulisan itu seketika mata Fathir terbelalak, jiwanya tersentak seakan tak percaya sahabatnya mencintai adiknya.
Sudah empat tahun lebih Rey menyimpan rahasia itu darinya.

"Tapi kenapa Rey menyembunyikan semua ini dariku...???
Bukankah Rey juga yang mendukung dan membela mati-matian saat Raisya hendak pacaran dengan Rendi...???
Kenapa Rey yang menjelaskan padaku agar aku merestui hubungan Raisya dengan Rendi sementara Rey sendiri mencintai Raisya...???" Hati Fathir terus bertanya-tanya.

Ditengah pikirannya yang kacau, Fathir kembali membuka lembar demi lembar buku itu.

Hari ini, 16 juli 2012 aku bersama sahabat-sahabatku, kami semua sedang asyik minum, tak disangka sahabatku Dodi yang sudah mabuk berat tiba-tiba mulutnya ngeromet dan berkata ngelantur, bahwa ternyata Dodi juga mencintai Raisya adik Fathir.
Mendengar itu, Fathir yang juga tengah mabuk tak terima.
Fathir berprinsip, sejahat-jahatnya dia, dia ingin adiknya pacaran dengan cowok baik-baik.
Berawal dari kata-kata ngelantur Dodi, karena sama-sama mabuk perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Dodi dihajar habis-habisan oleh Fathir.

Atas kejadian ini aku jadi sadar, aku tak mungkin bisa memiliki Raisya. Biarlah aku simpan dalam-dalam rasa cinta ini....

Lebih baik aku merasakan perihnya menyimpan rasa cinta, dari pada harus merasakan kehilangan sahabat yang sudah aku anggap sebagai saudara...

Bukankah jika aku bersahabat dengan Fathir, aku tetap bisa dekat dengan Raisya...???
Sementara jika aku kehilangan Fathir, itu artinya aku juga kehilangan Raisya...

Bukankah mencintai tak harus memiliki...???
Jika melihatnya saja sudah bisa membuatku bahagia, kenapa harus ada ego untuk memilikinya...???

Dengan membaca tulisan itu, akhirnya Fathir tau mengapa selama ini Rey menyembunyikan perasaannya pada Raisya.

*****

Kini 7 desember 2015 genap empat tahun aku bersahabat dengan Fathir, Fathir yang dulu arogan kini sudah mulai berubah lebih dewasa.
Aku ikut bangga saat ini dia bisa masuk universitas teknik negeri di Bandung. Walaupun kami harus berpisah karena aku meneruskan kuliah di Pekalongan, karena aku ingin tetap membantu warung simbokku.

Tapi setidaknya tiap liburan aku masih bisa bertemu dengannya. Mendaki gunung bersama, begadang sampai malam atau sekedar kebut-kebutan di jalan raya.
Bagiku itu sudah cukup untuk mewarnai hidupku bersama Fathir.

"Fathir, you is my best friend..."

Semua kata-kata Rey dalam buku itu mampu membuat Fathir terharu dan bangga padanya.

"Kau benar-benar sahabatku Rey..." bibirnya berucap lirih. Sembari memeluk buku itu.

Namun disaat hatinya sedang haru biru, tiba-tiba hatinya tersentak mendengar ucapan petugas SAR yang sedang berbicara lewat HT dengan team SAR yang berada diatas, bahwa sebanyak 26 pendaki yang terjebak di Pasar Bubrah telah berhasil dievakuasi dengan selamat, dan saat ini mereka sedang berjalan menuju basecamp.

Mendengar itu hati Fathir sangat lega, wajahnya berbinar dan ingin segera menyambut kedatangan sahabatnya itu.

"Rey, aku bangga atas keberanianmu...
Kau mampu menyelamatkan banyak nyawa..." bibirnya kembali berucap lirih. Seakan siap menyambut dan siap memeluk kedatangan Rey.

****

Tak berapa lama, nampak di kejauhan iring-iringan lampu senter yang menandakan kedatangan para pendaki yang sudah dinanti-nantikan kedatangannya.

Namun saat rombongan itu telah tiba, Fathir tak menemukan sahabatnya itu, satu-persatu para pendaki itu memasuki basecamp diperhatikan, namun Fathir tetap tak menemukan Rey, bahkan ada sebagian yang dipapah karena cidera kaki, ada pula yang ditandu karena terserang hipotermia pun semua tak luput dari perhatian Fathir.

"Dimana kamu Rey...???" Ucapnya penuh kekhawatiran.

Ditengah kepanikan yang membakar jiwanya, tiba-tiba terdengar suara salah seorang team SAR yang sedang berbicara dengan anggota yang masih berada di atas. Bahwa telah ditemukan tiga pendaki dalam keadaan meninggal dunia, diduga karena terserang hipotermia.

Seketika hati Fathir terasa tersambar petir, mendengar kabar itu. Matanya terbelalak, ototnya serasa kejang dan denyut jantungnya berdebar kencang.

"Tidak... tidak... Rey akan baik-baik saja..." hatinya mencoba mengelak dari firasat di dalam pikirannya.

*****

Sementara itu, kabar meninggalnya tiga pendaki itu langsung menyebar di media sosial, grup-grup pendaki gunung di facebook langsung membicarakan kabar itu. bahkan berita itu sampai di redaksi televisi yang segera menerjunkan wartawannya untuk menuju tkp, basecamp Selo.

Hiruk-pikuk di basecamp semakin ramai, bahkan dari pihak kepolisian pun datang untuk meninjau dan mengkonfirmasi kabar itu.

Tepat pukul 00.00 dini hari petugas berhasil mengevakuasi ketiga jenazah pendaki itu. Para wartawan dari berbagai media berkumpul, petugas kepolisian, team SAR, team medis, dll. Semua sudah siap menunggu kedatangannya.

Tak terkecuali Fathir, dia berada paling depan untuk menunggu dan memastikan bahwa ketiga jenazah itu bukan sahabatnya Rey.

Saat rombongan team SAR yang membawa ketiga jenazah itu sampai, para petugas basecamp langsung menghalau, hanya team medis saja yang diperbolehkan masuk.

"Pak... tolong izinkan aku masuk...!!!
Aku ingin memastikan sahabatku...!!!" Teriak Fathir pada petugas yang berdiri di depan pintu.

Sementara para wartawan hanya bisa memotret dan mewancarai petugas SAR dari luar.

Fathir terus berusaha merengsek masuk, namun tetap dihalau petugas. Saat team medis selesai mengindentifikasi barulah Fathir diizinkan masuk.

Alangkah terkejutnya Fathir, saat melihat orang yang berbaring di kantong jenazah itu sahabatnya sendiri, Rey.

"Rey....!!!! Reeeyyy....!!!!" Fathir berteriak sekencang-kencangnya, sembari memeluk tubuh Rey.

Tak terbayang betapa sedihnya Fathir saat sahabat setianya telah terbujur kaku di perlukannya. Fathir terus berteriak histeris, tak menghiraukan sekelilingnya.

Lalu dengan pelan Fathir merebahkan tubuh Rey dengan pelan, dipukulnya dada Rey tiga kali keras sekali. Tak hanya itu, dibenturkannya kepala Rey ke kepalanya sembari menangis dan berucap,

"Seperti janjiku Rey, kalau sampai aku tau kau mencintai adikku, akan ku pukul dadamu tiga kali, dan ku benturkan kepalamu di kepalaku...
Rey... kenapa kamu tidak terus terang padaku Rey... kenapa...!!!???" Fathir terus berbicara sendiri penuh emosi, sembari menggoyang-goyangkan tubuh Rey.

"Seandainya aku tau kamu mencintai adikku, aku pasti merestui itu Rey...
Kau bukan orang jahat, kau orang terbaik yang aku kenal...
Kau sungguh orang baik Rey..." bibir Fathir terus berucap, namun nadanya mulai lemah seiring tubuhnya yang telah lunglai.
Fathir mulai tak sadarkan diri, dia berbaring lemas disamping jenazah sahabatnya.

*****

Sementara itu, berita meninggalnya tiga pendaki terus menyebar luas, di televisi dan di sosial media terus membicarakannya. Apalagi dari ketiga pendaki itu ada satu yang tidak memakai perlengkapan standar, hanya memakai kaos oblong, dan celana pendek tak memakai alas kaki.
Hal inilah yang mengundang banyak bully dari berbagai pihak.

"Pemirsa, kali ini kami melaporkan langsung dari basecamp pendakian gunung Merapi, dimana saat ini telah terjadi insiden badai besar yang menewaskan tiga orang pendaki yang diduga meninggal karena serangan badai dan udara dingin yang ekstrim..." ucap reporter televisi didepan kameramen untuk menyiarkan langsung kejadian itu.

"Tapi pemirsa, yang perlu digaris bawahi disini adalah perlunya kita meningkatkan standarisasi keselamatan dalam pendakian, selain dari pihak pengelola, dari para pendaki itu sendiri harus meningkatkan persiapan baik dari segi mental dan perlengkapan...
Disini bisa kita lihat masih ada saja seorang yang mendaki gunung dengan memakai perlengkapan yang tidak memenuhi standar , sehingga saat terjadi sesuatu diluar dugaan ini akan beresiko tinggi..." ucap reporter terus menjelaskan tentang kejadian ini.

Setelah diizinkan masuk untuk meliput, reporter itu lalu mendekat ke jenazah yang dimaksud tadi yang diikuti kameramen yang terus menshoot secara live, setelah mendekat ke jenazah itu, yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek, reporter tadi terus menjelaskan secara detail kondisi jenazah tersebut.

"Pemirsa, disini terlihat bahwa masih saja ada pendaki yang tidak mementingkan keselamatan dirinya sendiri, terlihat dari cara berpakaiannya yang alakadarnya. Bukankah di gunung kita harus membawa perlengkapan yang safety, mulai dari sepatu, baju hangat dan yang terpenting raincoat untuk melindungi kita saat terjadi hujan..." reporter tersebut terus berbicara secara live dan seakan ikut membully atas kejadian ini.

Namun saat Fathir berbaring di samping jenazah sahabatnya, sayu-sayu dia mendengar apa yang diucapkan reporter tadi.
Merasa tak terima Fathir langsung berdiri tepat di depan reporter yang sedang live.

"Maaf mbak, bukan ikut campur urusan pekerjaan anda...!!!
Apakah anda sudah konfirmasi dulu pada orang terdekat korban kenapa korban dalam keadaan demikian...???" Suara Fathir lantang melawan reporter tadi.

"Seharusnya mbak konfirmasi dulu pada saya atau saksi-saksi di TKP sebelum menjustifikasi seperti itu...!!!
Demi Allah saya saksinya, dia sahabat saya mbak... dia sependakian dengan saya...
Saya melihatnya sendiri dia sebelum kejadian itu berpakaian lengkap, lebih dari sekedar safety seperti yang anda ucapkan tadi..." Fathir menjelaskan dengan nada yang meninggi. Dia tidak terima sahabatnya disudutkan seperti itu, apalagi dia sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Mendengar ucapan Fathir, reporter tersebut hanya diam dan meminta maaf.

Dan tiba-tiba ada pendaki lain yang datang dan ikut menimpali ucapan Fathir.

"Yaa benar, aku saksinya dia pendaki terhebat...
Karena dialah nyawa kami selamat...
Dia yang tiba-tiba datang lalu berteriak kencang, memerintahkan agar kami harus segera turun karena hujan yang terjadi bukan hujan biasa, tapi badai besar yang ekstrim...
Raincoat yang aku pakai ini adalah pemberiannya saat raincoatku terhempas angin saat hendak aku pakai, dan dialah yang memberikan raincoatnya untuku..." ucap salah satu pendaki yang juga menjadi saksi kejadian itu.

"Yaa, sepatu ini juga sepatunya...
Saat kami hendak turun tapi sandal yang aku pakai putus dan dialah yang melepas sepatunya untuk diberikan padaku..."
Ucap salah satu pendaki lain lagi.

"Begitu pula dengan celana panjang ini, dia yang memberikan padaku...
Dia orang yang terbaik yang pernah aku temui..." ucap pendaki lainnya.

"Yaa, saat semua sudah turun, dia melihat sepasang senter yang  bersinar dari atas, tepat sebelum puncak...
Setelah dipastikan ada dua pendaki yang baru saja turun dari puncak terjebak di lebatnya badai, dia nekat naik keatas untuk menyelamatkannya. Kami disuruh turun sementara dia mendaki ke arah dua pendaki tersebut...
Setelah itu kami tak tau lagi nasibnya...
Hingga akhirnya saat ini kita ketahui bersama, bahwa dia akhirnya gugur bersama keberaniannya..." ucap para pendaki yang menyaksikan sendiri aksi heroik seorang Rey.

*****

Sementara itu, pagi pukul 06.00wib berita itu telah menyebarkan di berita televisi.
Betapa sedihnya Raisya, melihat berita musibah itu. Tubuhnya seketika bergetar, menggigil tak kuasa menerima kenyataan ini. Air matanya tak kuasa terbendung, menggambarkan betapa kesedihan yang tengah dialami.

"Rey..." bibirnya berucap lembut memanggil nama seseorang yang selama ini memberi perhatian penuh padanya.

Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu yang menandakan ada orang yang datang.

Lalu dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada, Raisya mencoba berdiri, melangkah ke pintu depan.

Setelah dibuka, betapa kagetnya dia, melihat sosok yang tengah berdiri dihadapannya.

Raisya langsung memeluknya. Erat, erat sekali hingga berapa lama tak terlepas.

"Yang sabar yaaa Sya..." laki-laki itu berucap lirih sembari membelai rambut Raisya yang masih berada dalam pelukannya.

"Kenapa ini harus terjadi pada Rey kak...???" ucap Raisya menangis sesunggukan.
Fathir tak mampu berucap apa-apa lagi, hanya bisa memeluk erat adik yang sangat dicintainya.

Lalu Fathir melepas pelukan Raisya, dan dengan pelan memberikan bungkusan kresek hitam titipan dari Rey.

"Baca ini, ini satu-satunya titipan dari Rey untuk kamu Sya..." ucap Fathir pelan lalu pergi memasuki kamarnya dengan langkah yang gontai tak berdaya.

Semantara Raisya tetap berdiri didepan pintu memandangi bungkusan itu.
Lalu Raisya melangkah masuk, dibawanya bungkusan itu ke dalam kamarnya.

Sesampainya di kamar, dibukanya bungkusan itu yang berisi catatan harian Rey, seseorang yang dengan tulus mencintainya selama ini.

Dibukanya halaman demi halaman yang menceritakan tentang kejadian-kejadian yang dialami Rey. Hingga tangannya berhenti di satu halaman yang menceritakan awal pertemuannya dengan dirinya.

Hari ini aku seperti bermimpi, bertemu dengan seseorang yang selama ini ada dalam mimpiku...
Aku tak percaya bahwa bidadari dalam mimpiku itu nyata...
Dia adalah Raisya, adik dari sahabatku sendiri...
Aku yakin suatu saat aku bisa berkenalan dengannya...
Dan untuk saat ini aku cukup senang bisa memandanginya...

Tulisan dari Rey itu mampu membuat bibir Raisya tersenyum, lalu tangannya kembali membuka ke lembar-lembar berikutnya.

Hari ini 7 desember 2011, aku berkenalan dengan bidadari yang selalu hadir dalam mimpiku, begitu indah terasa saat itu, hingga saat-saat perkenalan itu selalu terbayang-bayang di kepalaku.
Dia adalah Raisya, adik dari sahabatku sendiri. Aku mengenalnya saat aku datang ke rumah sahabatku itu, Fathir.

Membaca itu, angan Raisya terbang kembali ke era dimana dia baru pulang sekolah yang sedang memakai seragam putih biru, diajak kenalan oleh teman kakaknya. Memang dalam hati Raisya moment itu tak berarti apa-apa, namun baru dia sadari ternyata moment yang tak berarti itu sungguh sangat berkesan bagi seorang Rey.

*****

Hari ini 14 februari 2011 aku sengaja menyelipkan sebatang cokelat di tas sekolahnya. Karena aku tau saat ini dia belum punya pacar dan ingin sekali dapet cokelat seperti teman-teman yang lain.

Membaca itu dia baru sadar kalau selama ini dia yang memberikan perhatian penuh padanya, untuk kebahagiaannya.

Raisya terus membuka lembar demi lembar buku catatan itu, yang menjadikannya tau tentang pengorbanan Rey selama ini.

Bahkan dialah yang meyakinkan pada Fathir saat Raisya berpacaran dengan Herman. Fathir yang semula tidak setuju atas penjelasan Rey akhirnya mengizinkan Raisya pacaran, walaupun akhirnya hubungan itu kandas ditengah jalan.

Hingga akhirnya Raisya bertemu dengan Rendi, Rey lah yang berusaha membujuk Fathir agar hubungannya direstui. Padahal sesungguhnya Rey sendiri sangat mencintai Raisya.

Namun bagi Rey, kebahagiaan Raisya jauh lebih penting dari kebahagiaan dirinya sendiri. Walaupun dalam hatinya hancur melihat orang yang dicintainya bersama orang lain.

*****

Hari ini 12 februari 2016 aku sangat merasakan kesedihan yang mendalam, dia yang aku cinta sedang sakit di rumah sakit...
Saat aku hendak menjenguknya, ternyata Rendi telah ada bersamanya...
Terpaksa aku harus menunggu diluar hingga Rendi pulang...
Tapi ternyata buah yang aku bawa sama persis seperti buah yang Rendy bawa...
Dan yang lebih menyakitkan, Raisya lebih memilih memakan buah yang dibawakan Rendi...

Membaca itu Raisya teringat saat di Rumah Sakit, walau dia tak pernah menganggapnya ada, namun Rey lah yang setia menemaninya sampai semalaman di Rumah Sakit.

Rey akan memberikan segalanya untuk kebahagiaannya, walaupun selama ini selalu diabaikannya.

Setelah Raisya putus dengan Rendi, barulah Raisya sadar, bahwa Rey lah yang selama ini dengan tulus mencintainya, menantinya...
selalu ada disaat dia membutuhkannya...

Namun disaat Raisya mulai mencintainya, Rey harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Raisya terus membuka lembar demi lembar buku itu, yang menjelaskan betapa sayangnya Rey padanya. Setiap bait kata menceritakan keagungan cintanya yang menguras air mata untuk dibaca.
Hingga diakhir tulisannya,

"Jika memang aku tak mampu meneruskan kisahku untuk menjaga hatimu, setidaknya aku ingin kamu tau bahwa akulah orang yang tulus mencintaimu..."

Raisya menangis tersedu, merasakan penyesalan yang mendalam.
Ditutupnya buku itu lalu dipeluknya erat-erat.
Kemudian Raisya membantingkan tubuhnya ke tempat tidur. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya.
Raisya memejamkan mata, hingga dari sudut matanya meneteskan air mata yang mengalir melewati kening hingga telinga. Merasakan setiap hembusan nafasnya sendiri, untuk menenangkan jiwanya, untuk mendamaikan hatinya.
Raisya mencoba terlelap, berharap ini semua hanya mimpi.

Yaa, semoga ini semua hanya mimpi belaka...

=============SEKIAN=============



Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post

0 comments:

Post a Comment

recent posts