Curug Cigamea terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari ibukota Jakarta juga lokasinya yang masih cenderung jauh dari hiruk pikuk keramaian kota dan kemacetan (karena memang lokasinya berada di lereng kaki gunung Salak), membuat lokasi wisata ini menjadi salah satu destinasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Terlebih jika di banding daerah puncak Bogor yang selalu macet dan sangat ramai.
Oke, kita mulai ulasannya.
Bila kita ingin menggunakan angkutan umum, maka dapat memulai perjalanan dari Terminal Baranangsiang dengan menaiki angkot 03 jurusan Bubulak, atau jika menggunakan kereta commuter line setelah turun di stasiun Bogor kita bisa langsung menaiki angkot 03 jurusan Bubulak, dilanjut lagi dengan angkot jurusan Leuwiliang.
Turun di pertigaan Cibatok, lalu naik angkot lagi jurusan Gunung Picung dan turun di perhentian terakhir. Dari sini, sebaiknya kita naik ojek karena dari sini sudah tak ada lagi angkutan umum menuju tempat wisata air terjun.
Atau jika menggunakan kendaraan pribadi, setelah sampai di Bogor (sebelum memasuki kota Bogor) kita ambil ke kanan ke arah Tanah Sareal, lurus terus menuju Dramaga, masih tetap lurus sampai pertigaan Leuwiliang, baru ambil kiri. Ikuti jalan itu terus sampai di gerbang Gunung Salak Endah (GSE)
Setelah sampai di gerbang Gunung Salak Endah, kita diwajibkan membayar restribusi sebesar Rp 15ribu/motor. Dan kekurangan dari penarikan ini adalah selain dinilai terlalu tinggi karena ini hanya memasuki kawasan GSE saja belum termasuk retribusi memasuki lokasi wisata. Dan lagi setelah membayar retribusi pengunjung tidak diberikan tanda bukti atau karcisnya, dan ini sangat rentan korupsi.
Setelah memasuki gerbang kawasan Gunung Salak Endah, perjalanan dilanjut kembali lurus mengikuti jalan, sekitar 300 meter baru kita akan menemui gang kecil menuju lokasi wisata Curug Cigamea.
Menurut informasi, jalur menuju curug Cigamea ini ada dua pintu masuk, selain yang kami lalui ini ada satu pintu masuk lagi yaitu masih lurus sekitar 500 meter lagi. Tapi menurut sumber yang kami tanya, dari pintu masuk yang kami lalui ini jalurnya cenderung landai.
Dan pintu masuk yang ini menurut saya pribadi kurang dikelola dengan baik, karena penjaga parkir akan langsung memungut biaya masuk wisata yaitu sebesar Rp 20 ribu (termasuk parkir dan biaya masuk lokasi wisata) dan petugas parkirnya pun tidak mengenakan seragam, hanya ibu-ibu gendut dengan kaos oblong yang terkesan urakan. Tapi yang lebih janggal adalah pengunjung tidak mendapat tiket atau karcis, selain pengunjung tidak memiliki tanda bukti masuk dan otomatis tidak mempunyai tanda klaim asuransi jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Juga hal ini sangat rawan untuk dikorupsi dari hasil retribusi tersebut, karena tidak ada catatan pembukuan dan data pengunjung yang pasti.
Benar saja, jalur yang kami lalui ini untuk menuju air terjun cenderung landai karena posisi pintu masuk dengan daerah aliran sungai hampir sejajar, jika dibanding jalur yang satunya, dari pintu masuk cenderung menuruni lembahan untuk menuju lokasi air terjun Cigamea ini. Dari pintu masuk pertama dan kedua, akan bertemu di satu titik yaitu komplek warung-warung wisata.
Setelah berjalan sekitar 10 menit kita akan ketemu kolam kecil dengan kondisi air yang mulai kotor, mungkin katena efek musim kemarau ini dan sedikit kurang terawat. Tetapi jika diperhatikan, kolam pemandian ini mirip pemandian para raja-raja dahulu karena selain artistik juga terdapat air terjun yang mengalir gemericik melewati tangga-tangga kecil.
Setelah melewati kolam pemandian kecil tersebut dari kejauhan akan terlihat air ternjun dan warung-warung wisata di sekitarnya. Pemandangan ini sangat mirip dengan pemukiman jaman dahulu kala, dimana sebuah pemukiman yang dikelilingi hutan belantara.
Tepat setelah keluar melewati lorong-lorong gang sempit warung-warung tersebut kita akan langsung di suguhi pemandangan dua air terjun yang sangat indah, dengan dikelilingi hutan yang masih asri.
Di area tempat wisata ini banyak terdapat tempat sampah dan plang peringatan agar membuang sampah pada tempatnya, tapi kenyataannya banyak sampah berserakan disepanjang jalur menuju air terjun. Entah team kebersihannya yang kurang rutin membersihkan atau kurangnya kepedulian dari pengunjung itu sendiri.
Kesimpulan:
~kelebihan~
* tempat wisata ini mudah diakses baik dari kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
* di kawasan GSE ini banyak terdapat air terjun dan tempat wisata lain, jadi sekali jalan bisa mengunjungi beberapa tempat wisata sekaligus.
* kondisi hutan masih sangat terpelihara.
* udaranya sangat sejuk dan asri.
* jarak dari pintu masuk ke titik air terjun tidak terlalu melelahkan dan cenderung landai.
* walau musim kemarau panjang debit air masih cukup besar dan keadaan hutan sekitar tetap menghijau, otomatis jika musim penghujan pemandangan air terjun akan lebih indah.
~kekurangan~
* pengelolaannya kurang tertib dan terkesan tidak disiplin, dilihat dari petugas dan fasilitasnya yang kurang terawat.
* pengunjung tidak diberikan tiket walau sudah membayar restribusi, jadi seakan tidak ada asuransi yang menjamin pengunjung.
* tarif masuk yang relatif mahal jika dibanding dengan keadaan fasilitas disana.
* sampah berserakan dimana-mana terkesan tidak terurus.
* walau sudah membayar tiket masuk, untuk masuk ke toilet atau kamar mandi/bilas pengunjung masih dipungut biaya lagi.
* komplek warung cenderung terkesan kumuh.
* sebagai bahan perbandingan, untuk masalah fasilitas, kenyamanan dan tarif masuk, akan jauh lebih unggul Curug Bajing
Demikianlah ulasan kami tentang curug Cigamea, semoga bermanfaat.
Selamat bertualang...
===============================
Oke, kita mulai ulasannya.
Bila kita ingin menggunakan angkutan umum, maka dapat memulai perjalanan dari Terminal Baranangsiang dengan menaiki angkot 03 jurusan Bubulak, atau jika menggunakan kereta commuter line setelah turun di stasiun Bogor kita bisa langsung menaiki angkot 03 jurusan Bubulak, dilanjut lagi dengan angkot jurusan Leuwiliang.
Turun di pertigaan Cibatok, lalu naik angkot lagi jurusan Gunung Picung dan turun di perhentian terakhir. Dari sini, sebaiknya kita naik ojek karena dari sini sudah tak ada lagi angkutan umum menuju tempat wisata air terjun.
Atau jika menggunakan kendaraan pribadi, setelah sampai di Bogor (sebelum memasuki kota Bogor) kita ambil ke kanan ke arah Tanah Sareal, lurus terus menuju Dramaga, masih tetap lurus sampai pertigaan Leuwiliang, baru ambil kiri. Ikuti jalan itu terus sampai di gerbang Gunung Salak Endah (GSE)
Keadaan jalan menuju Gunung Salak Endah (GSE) |
Gerbang GSE |
Setelah sampai di gerbang Gunung Salak Endah, kita diwajibkan membayar restribusi sebesar Rp 15ribu/motor. Dan kekurangan dari penarikan ini adalah selain dinilai terlalu tinggi karena ini hanya memasuki kawasan GSE saja belum termasuk retribusi memasuki lokasi wisata. Dan lagi setelah membayar retribusi pengunjung tidak diberikan tanda bukti atau karcisnya, dan ini sangat rentan korupsi.
Setelah memasuki gerbang kawasan Gunung Salak Endah, perjalanan dilanjut kembali lurus mengikuti jalan, sekitar 300 meter baru kita akan menemui gang kecil menuju lokasi wisata Curug Cigamea.
Menurut informasi, jalur menuju curug Cigamea ini ada dua pintu masuk, selain yang kami lalui ini ada satu pintu masuk lagi yaitu masih lurus sekitar 500 meter lagi. Tapi menurut sumber yang kami tanya, dari pintu masuk yang kami lalui ini jalurnya cenderung landai.
Dan pintu masuk yang ini menurut saya pribadi kurang dikelola dengan baik, karena penjaga parkir akan langsung memungut biaya masuk wisata yaitu sebesar Rp 20 ribu (termasuk parkir dan biaya masuk lokasi wisata) dan petugas parkirnya pun tidak mengenakan seragam, hanya ibu-ibu gendut dengan kaos oblong yang terkesan urakan. Tapi yang lebih janggal adalah pengunjung tidak mendapat tiket atau karcis, selain pengunjung tidak memiliki tanda bukti masuk dan otomatis tidak mempunyai tanda klaim asuransi jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Juga hal ini sangat rawan untuk dikorupsi dari hasil retribusi tersebut, karena tidak ada catatan pembukuan dan data pengunjung yang pasti.
Area parkir |
Di sekitar area parkir juga terdapat kolam terapi ikan |
Loket karcis, tapi jarang ada penjaganya, karena pengunjung sudah dipungut biaya masuk saat membayar parkir |
Fasilitas toilet, walau tidak terdapat penjaganya tapi anehnya saat kita selesai menggunakannya akan ada yang datang untuk meminta pembayaran. |
Saat petama masuk jalur cenderung landai |
Benar saja, jalur yang kami lalui ini untuk menuju air terjun cenderung landai karena posisi pintu masuk dengan daerah aliran sungai hampir sejajar, jika dibanding jalur yang satunya, dari pintu masuk cenderung menuruni lembahan untuk menuju lokasi air terjun Cigamea ini. Dari pintu masuk pertama dan kedua, akan bertemu di satu titik yaitu komplek warung-warung wisata.
Kondisi jalur menuju air terjun |
Jalur munurun tapi tetap landai |
Perjalanan sangat menyenangkan karena suasanya sangat asri dan sepi |
Hutan di sekitar jalur |
Hutan yang menghijau |
Setelah berjalan sekitar 5 menit jalur tetap landai |
Walau musim kemarau suasana tetap hijau |
Setelah berjalan sekitar 10 menit kita akan ketemu kolam kecil dengan kondisi air yang mulai kotor, mungkin katena efek musim kemarau ini dan sedikit kurang terawat. Tetapi jika diperhatikan, kolam pemandian ini mirip pemandian para raja-raja dahulu karena selain artistik juga terdapat air terjun yang mengalir gemericik melewati tangga-tangga kecil.
Kolam pemandian |
Komplek warung-warung wisata di sekitar air terjun |
Setelah mendekat, kita akan melewati gang kecil diantara warung |
Di area ini juga terdapat fasilitas toilet dan mushola |
Terdapat juga halaman untuk istirahat |
Tepat setelah keluar melewati lorong-lorong gang sempit warung-warung tersebut kita akan langsung di suguhi pemandangan dua air terjun yang sangat indah, dengan dikelilingi hutan yang masih asri.
Di curug Cigamea ini terdapat dua air terjun, dan yang ini anggap saja air terjun kanan. |
Air terjun kanan yang debit airnya mulai berkurang karena efek kemarau panjang |
Ujung air terjun kanan |
Yang ini anggap saja air terjun kiri |
Plang peringatan dengan background air terjun kiri |
Plang yang sama dengan background air terjun kanan |
Air terjun kiri yang airnya keliatan keruh, mungkin efek kemarau panjang |
Aliran air dari air terjun kanan, nampak lebih jernih namun debitnya lebih sedikit |
Air terjun kanan |
Saya, dengan background air terjun kiri |
Dan keunikan dari curug ini adalah disekitar air terjun masih terdapat kera-kera liar yang sering muncul. Namun kekurangannya, saat kera-kera tersebut main di tebing batu sangat membahayakan pengunjung dibawahnya karena batu dari tebing tersebut sering berjatuhan, jadi saat kera banyak beraksi diatas tebing pengunjung diharap menjauh dari lokasi tebing tersebut.
Saat kera berkeliaran disekitar tebing, pengunjung dihimbau menjauh dari tebing |
My coffe dengan bacground air terjun kiri |
My coffe dengan background air terjun kanan |
Santai sejenak menikmati sebatang rokok |
Ada pelangi di air terjun kanan |
Kera-kera berkeliaran |
Kera narsiZz |
Area dikuasai komplotan kera |
Sahabat saya, Ahmad Fauzi |
Di area tempat wisata ini banyak terdapat tempat sampah dan plang peringatan agar membuang sampah pada tempatnya, tapi kenyataannya banyak sampah berserakan disepanjang jalur menuju air terjun. Entah team kebersihannya yang kurang rutin membersihkan atau kurangnya kepedulian dari pengunjung itu sendiri.
Plang peringatan,namun dikelilingi banyak sampah |
Tumpukan sampah yang mengganggu pemandangan, jika diperhatikan sampah itu bukan hanya dari pengunjung, tapi juga sampah dari warung-warung disana karena terdapat cangkang-cangkang telur. |
Kesimpulan:
~kelebihan~
* tempat wisata ini mudah diakses baik dari kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
* di kawasan GSE ini banyak terdapat air terjun dan tempat wisata lain, jadi sekali jalan bisa mengunjungi beberapa tempat wisata sekaligus.
* kondisi hutan masih sangat terpelihara.
* udaranya sangat sejuk dan asri.
* jarak dari pintu masuk ke titik air terjun tidak terlalu melelahkan dan cenderung landai.
* walau musim kemarau panjang debit air masih cukup besar dan keadaan hutan sekitar tetap menghijau, otomatis jika musim penghujan pemandangan air terjun akan lebih indah.
~kekurangan~
* pengelolaannya kurang tertib dan terkesan tidak disiplin, dilihat dari petugas dan fasilitasnya yang kurang terawat.
* pengunjung tidak diberikan tiket walau sudah membayar restribusi, jadi seakan tidak ada asuransi yang menjamin pengunjung.
* tarif masuk yang relatif mahal jika dibanding dengan keadaan fasilitas disana.
* sampah berserakan dimana-mana terkesan tidak terurus.
* walau sudah membayar tiket masuk, untuk masuk ke toilet atau kamar mandi/bilas pengunjung masih dipungut biaya lagi.
* komplek warung cenderung terkesan kumuh.
* sebagai bahan perbandingan, untuk masalah fasilitas, kenyamanan dan tarif masuk, akan jauh lebih unggul Curug Bajing
Demikianlah ulasan kami tentang curug Cigamea, semoga bermanfaat.
Selamat bertualang...
BACA JUGA:
Info Lengkap Curug Blanten, Pekalongan.
Info Lengkap Curug Lawe, Petungkriyono.
Info Lengkap Kedung Sipingit, Petungkriyono.
Info Lengkap Curug Lawe, Petungkriyono.
Info Lengkap Kedung Sipingit, Petungkriyono.
*****
Checklis Perlengkapan Mendaki Gunung
Pendakian Gunung Lawu
Pendakian Gunung Lembu
Pendakian Gunung Cikuray
Pendakian gunung Merbabu
Pendakian Gunung Papandayan
Pendakian Gunung Batu, Jonggol.
Pendakian Gunung Lawu
Pendakian Gunung Lembu
Pendakian Gunung Cikuray
Pendakian gunung Merbabu
Pendakian Gunung Papandayan
Pendakian Gunung Batu, Jonggol.
Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng turun via Eyek-Eyek
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung
Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah
wah nice info thx..
ReplyDeleteDestinasi tersebut Bisa jadi hantaran wisata Indonesia Harga Tiket Wisata Air Terjun Ngumpet di Bogor
ReplyDeletelucu foto fotonya, thx infonya gan
ReplyDelete