Oleh : Ahmad Pajali Binzah
Gelap malam dan dinginnya udara ibu kota seketika tak terasa lagi, sesaat aku memasuki gedung yang berdiri angkuh tepat di tengah pusat kota ini.
"Disanalah letak surganya dunia..." begitulah orang sering menyebutnya.
Hening malam sama sekali tak terasa, yang ada hanya hingar bingar gemerlap malam. Lampu sorot yang warna-warni mencabik-cabik kegelapan, hentakan musik bertubi-tubi memukul dada menghancurkan gendang telinga, seketika mata enggan berkedip terbelalak disuguhi pemandangan yang syarat akan syahwat.
Gadis-gadis belia berdandan menor duduk berjejer dalam ruang kaca. Kaki-kaki jenjang yang mulus nyaris telanjang, pandangan matanya menggoda seakan berkata,
"pilihlah aku, nanti akan aku puaskan hasaratmu dengan hangat tubuhku..."
Tak berapa lama datang perempuan paruh baya yang dandannya tak kalah menor dengan gadis-gadis di ruang kaca itu. Polesan bedak tebal menutupi pipinya yang sudah mulai layu dimakan waktu. Mucikari, orang menyebutnya.
"Pilih yang mana mas...???
Dijamin service-nya memuaskan...
Kalo dijutekin, lapor saja sama mami..." ucap perempuan itu menawarkan gadis-gadis dagangannya.
Seperti biasa aku hanya tersenyum kecil, sembari sesekali memandangi wajah-wajah gadis yang siap dipilih.
"Bagaimana bro, lu milih yang mana...???" tanya sahabatku Rian, yang sedari tadi sorot matanya sibuk menggerayangi gadis-gadis dalam ruang kaca. Seakan matanya tak berkedip menyeleksi gadis yang siap menghantarkannya ke puncak birahi.
"Malam ini gw off dulu bro, gw lagi gak pengen naik..." ucapku singkat yang menandakan malam ini aku tak ingin memilih gadis penghibur.
"Lhaa terus...???" ucap Rian heran.
"Iyaa gw ingin ke ruang karaoke aja, nemenin yang lain..." jawabku singkat dengan wajah yang tak bersemangat.
"Baiklah, kalo gitu gw mau naik dulu..."
"Mami, gw pilih gadis berbaju merah itu..." ucap Rian pada mami, sembari menunjuk gadis yang memakai dres mini berwarna merah dengan paha yang tersingkap menggoda.
Tak berapa lama gadis itu keluar dari ruang yang mirip aquarium itu. Lalu mengajak sahabatku Rian naik melewati tangga beton menuju ruang pemujaan manusia pada nafsu syetan.
Aku terus memandangi Rian yang berjalan semangat tak sabar untuk melampiaskan hasratnya malam ini, semantara gadis yang di sampingnya berjalan lenggak-lenggok menggoyangkan bokongnya sesekali melirikku seakan berbicara,
"Ayolah mas, pilih cewek salah satu, jangan kalah sama sahabatmu ini..."
Hingga akhirnya keduanya menghilang terhalang di tembok kamar di lantai atas.
Lalu aku kembali menatap ke dalam ruang kaca yang berisi deretan gadis-gadis penjaja cinta. Rasanya aku ingin menunjuk salah satu diantara mereka untuk melepaskan kepenatanku di malam ini. Namun hati kecilku berkata lain.
"Untuk malam ini lebih baik aku habiskan waktu ku untuk minum-minum saja, bukan aku tak bergairah, bukan pula isi kantongku tak cukup tebal untuk membayar cinta, tapi untuk saat ini aku lebih senang ditemani botol-botol yang mampu menghantarkanku kedalam alam khayalanku..." ucapku sembari meninggalkan ruang kaca itu, lalu melangkah menuju ke dalam bilik-bilik bising dengan dinding peredam yang sangat tebal, nampak di meja telah tersaji beberapa botol minuman dan diantaranya sudah dalam keadaan kosong. Sementara di sofa sudah berjejer manusia-manusia yang sudah tak asing lagi di mataku.
"Mari sobat, kita habiskan malam ini penuh suka citaa..." ucap ketiga sahabatku, sembari menyodorkan botol besar yang berlogo bintang.
Yaa, inilah ruang karaoke plus-plus. Disini ketiga sahabatku sedang asyik menyayikan lagu kesukaan mereka dengan suara yang antah brantah, dengan ditemani gadis pemandu lagu (PL) yang siap meliuk manja. Ruang kecil ini terlalu pekat oleh asap tembakau, namun seakan tak terasa menyesakkan dada, terlupa oleh lantunan lagu dan dekapan manja para pemandu lagu yang selalu menjadi candu.
Aku pun duduk di sofa paling tepi, sembari menuangkan bir kesukaanku ke dalam gelas yang sudah terisi bongkahan es batu, lalu segera ku teguk untuk menyegarkan kerongkonganku.
"Perlu PL gak bro..." ucap sahabatku Agustinus menawarkan gadis untuk menemaniku, dengan gaya sok donjuan sembari tangannya bersandar pada paha mulus gadis yang ada di sampingnya.
Sementara sahabatku yang lain lebih memilih cuek dengan asyik melumat bibir lembut gadis PL yang sudah dibookingnya sedari tadi, tanpa menghiraukan sahabat-sahabat yang ada disampingnya.
Lalu Agustinus dan gadis PL itu berdiri sembari melambaikan tangannya,
"Sori bro, gw naik keatas dulu... udah panas niihh..." ucap Agustinus seraya langsung pergi cek-in ke kamar atas.
Semantara aku tetap sendiri di sudut sofa dengan ditemani botol-botol yang sudah mulai kosong.
Saat semua asyik dengan kesenangannya, aku mulai bangkit, dengan langkah sempoyongan aku membuka pintu ruang karaoke itu.
"Mau kemana bro...???" ucap dua sahabatku yang masih di ruang karaoke itu.
"Gw cari angin dulu bro..." ucapku melangkah lunglai meninggalkannya.
"Tunggu bro, gw ikut lu..." ucap Heri dan Ferdi sembari memegang tanganku agar tak melangkah lebih jauh.
"Baik kalo begitu, ayo kita ke Club sebelah aja..." ajakku dengan nada yang agak ngelantur.
"Baik tunggu dulu, kita bertiga kesana... sementara Rian dan Agustinus biar dia nyusul..." ucap Heri sembari menghampiri Ferdi untuk mengajak pergi. Lalu dirogohnya kantong untuk menarik beberapa lembar rupiah untuk memberi tip pada gadis pemandu lagu yang dibookingnya.
"Sori yaa cinta, malam ini gw gak bisa nemenin kamu lebih lama lagi" ucap Heri pada gadi PL pilihannya.
****
Malam ini, aku, Heri dan Ferdi, kami bertiga melangkah meninggalkan tempat karaoke itu, meninggalkan Rian dan Agustinus yang sedang asyik memadu cinta bersama gadis pilihannya.
Sementara kami bertiga menuju club malam tempat biasa kami bersenang-senang.
"Biarin aja mereka bersenang-senang dengan cara mereka, kita juga bisa bersenang-senang dengan cara kita, hahahaa..." ucapku sembari mengangkat segelas minuman penghantar kehangatan malam.
Yaa, di tempat karaoke itu biasa disajikan gadis-gadis penjaja cinta dalam aquarium, ditawarkan dengan tarif yang sudah dibandrol. Sementara di club ini sedikit berbeda. Gadis-gadis disini sengaja mencari kesenangan untuk melampiaskan kepenatan hidupnya. Tak ada tawar menawar harga, disini semua mencari kesenangan sesaat dengan berjoget bersama dalam satu hentakan irama.
Yaa, tempat ini sering disebut diskotik.
Setelah puas minum, kamipun turun melantai bergoyang mengikuti irama yang tersuguhkan oleh seorang DJ ternama. Hentakan musiknya seakan mampu melupakan penat yang ada, semua berjoget dalam satu irama.
Malam makin larut namun hentakan musik tak sedikitpun surut, malah terasa lebih menghentak dengan ritme semakin meninggi. Dan para gadis diskotik pun kian menjadi-jadi, memanaskan atmosfer dalam hingar-bingar kehidupan malam.
Yaa, malam itu malam yang terasa panas diantara dingin yang menyelimuti pusat ibu kota. Malam yang mampu melupakan segala sedih dan derita.
****
Tak terasa fajar mulai menyapa,
Memaksaku untuk mengakhiri segala pesta dan foya, mengajakku untuk kembali pulang ke peraduan.
Sesaat setelah turun dari taksi, dengan langkah lunglai aku menuju tempat dimana aku tinggal. Ku rogoh kantong celana jeans yang aku pakai, lalu ku ambil kunci rumah untuk membuka pintu.
Setalah pintu terbuka, aku mulai masuk melangkah menyusuri ruang gelap di dalam rumah, aku sengaja tak menyalakan lampu karena aku tak ingin kedatanganku mengganggu yang lain.
Aku melangkah dengan menerka-nerka agar langkahku tak menginjak deretan orang yang sedang tidur beralaskan tikar.
Aku langsung menuju ke lantai dua, sesampainya dikamar aku langsung rebahkan tubuhku yang sudah teramat lelah, bukan saja fisiknya yang tak berdaya, namun jiwa ku tarasa lemah tanpa arah.
Lagi-lagi aku menyadari, bahwa semua ini tak mampu mengobati kegalauan yang sedang melanda di jiwa ini.
Senang memang, namun itu hanya sebentar. Yaa, kesenangan itu hanya bersifat sementara, karena saat semua berlalu gundah pun kembali mengganggu.
Mata pun enggan terpejam, siksa kerinduan kembali merejam. Yaa, bayangannya kembali menyiksa, hingga tak menyisakan sedikitpun untuk tak memikirkannya.
Ini tentang kisah yang sedang aku alami, mencintai seseorang yang tak pantas aku cintai. Yaa, aku mencintai adik dari calon istriku sendiri.
Perasaan ini tak bisa aku tepiskan, hingga detik-detik menjelang pernikahan. Aku sungguh dalam kebimbangan, aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan,
"Apakah aku harus meneruskan rencana pernikahan ini atau aku harus jujur tantang apa yang aku rasa...???" batinku makin bimbang.
"Aku harus jujur...!!! Yaa, aku harus jujur...!!!
Aku harus cerita tentang semua ini, bahwa sesungguhnya aku belum siap menjalani pernikahan ini..." sekilas terbesit di pikiranku seraya bangkit dari tidurku.
Lalu aku melangkah ke kamar mandi, Ku lepas baju yang sudah kumal berlumur keringat. ku basuh muka, tangan dan rambutku, agar aku tersadar dari kegelisahan.
Ku ambil handuk lalu ku usapkan ke rambut dan wajahku, sembari berdiri di depan cermin.
"Dasar laki-laki lemah...!!!" Tiba-tiba terdengar suara lantang membentakku.
"Kurang apa calon istrimu...???
Dia yang sudah jelas-jelas mengorbankan segalanya untukmu, untuk kebahagiaanmu...
Namun kau malah mencintai orang yang tak sepantasnya kau cintai..." hardiknya lagi.
Seketika aku terperanjat, melihat bayanganku sendiri berbicara lantang dari dalam cermin.
"Hei, apa yang kau pikirkan...!!!???" Bayangan itu dengan ketus membentakku.
"Aku belum siap menikah dengannya..." jawabku lemah sembari memegangi kepalaku yang terasa sangat berat. Menunduk tak berani menatap bayanganku sendiri.
"Apa kau belum puas menghabiskan masa mudamu dengan berfoya-foya seperti itu...???" suaranya pun makin lantang menghardikku. Namun aku hanya bisa terdiam tak berdaya, menahan sakit yang aku rasa.
"Lihatlah mereka yang ada dirumah ini, yang sedang tidur pulas karena lelahnya bekerja...
Mereka abdikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk bisnismu ini...
Mereka adalah karyawan loyalmu, seharusnya kau pikirkan nasib mereka, bukan memikirkan egomu semata...
Mereka telah bekerja dengan segenap kemampuannya, karena mereka sadar, bahwa nasib keluarganya di kampung ada pada tiap tetes keringat yang mengucur dari tubuhnya, mereka semua menggantungkan nafkah keluarganya di tanganmu...
Tapi lihatlah...!!!???
Apa yang kamu perbuat selama ini...???
Kau hanya bisa merintih kesakitan, meratapi cinta yang tak semestinya kau perjuangkan...!!!???
Hei...!!! Dimana jiwa pengusaha mudamu yang dulu..!!!???
Kamu tak ubahnya laki-laki terbodoh yang pernah ada dihadapanku..!!!" Bayangan itu terus berbicara lantang tanpa henti.
"Tidak...!!! Tidak...!!! Tidak...!!!" Kepalaku makin berat, serasa tak mampu mendengar ucapan dari bayanganku sendiri. Aku bergegas lari menghindar dari cermin.
*****
Akupun mulai melangkah keluar kamar.
Kembali aku tatap wajah-wajah lelah yang sedang pulas dalam mimpinya.
Tidur berjajar beralaskan tikar di bawah meja mesin jahit tempat mereka bekerja.
Kembali aku renungi tentang kehidupanku sendiri, betapa selama ini aku kurang bersyukur atas diriku, mengejar kehidupan dunia yang tiada puasnya, mengejar cinta yang memang tak sepantasnya.
Padahal, Tuhan telah memberikan segalanya dalam kehidupanku, loyalitas para karyawan, putaran bisnis garmen yang lancar dan tentunya calon pendamping yang selalu ada untukku.
Tapi selama ini aku tak pernah mensyukuri semua itu, terlalu terhanyut dalam belenggu cinta yang semu.
"Yaa, sudah sepantasnya aku akhiri semua ini, sudah waktunya aku menjalani kehidupanku dengan pemikiran yang lebih matang..." batinku mulai sadar.
"Apalagi kini usiaku sudah hampir kepala tiga, tak mungkin menunggu dia yang masih sangat belia, tak mungkin pula aku habiskan umurku hanya untuk terus berfoya-foya...
Yaa, aku harus akhiri semua ini, aku harus menikah dan menjalani kehidupanku dengan sewajarnya...
Lalu aku harus fokus pada bisnis dan keluargaku...
Agar masa depanku jauh lebih maju..."
Aku kembali melangkah ke dalam kamar, mencoba merebahkan tubuhku yang sudah teramat lelah. Lalu mencoba memejamkan mata berharap terhanyut dalam pusaran mimpi yang mampu mendamaikan hati.
Yaa, berlahan aku mulai terlelap, rohku terasa ringan, nafasku mulai tenang dan jiwaku merasa lebih damai dari bising kehidupan.
Semoga lelap ini mampu mendewasakanku, hingga nanti saat aku terjaga, aku sudah menjadi diriku yang lebih dewasa.
Untuk masa depan yang lebih sempurna.
============ SEKIAN ============
Ahmad Pajali Binzah
November 17, 2017
New Google SEO
Bandung, IndonesiaGelap malam dan dinginnya udara ibu kota seketika tak terasa lagi, sesaat aku memasuki gedung yang berdiri angkuh tepat di tengah pusat kota ini.
"Disanalah letak surganya dunia..." begitulah orang sering menyebutnya.
Hening malam sama sekali tak terasa, yang ada hanya hingar bingar gemerlap malam. Lampu sorot yang warna-warni mencabik-cabik kegelapan, hentakan musik bertubi-tubi memukul dada menghancurkan gendang telinga, seketika mata enggan berkedip terbelalak disuguhi pemandangan yang syarat akan syahwat.
Gadis-gadis belia berdandan menor duduk berjejer dalam ruang kaca. Kaki-kaki jenjang yang mulus nyaris telanjang, pandangan matanya menggoda seakan berkata,
"pilihlah aku, nanti akan aku puaskan hasaratmu dengan hangat tubuhku..."
Tak berapa lama datang perempuan paruh baya yang dandannya tak kalah menor dengan gadis-gadis di ruang kaca itu. Polesan bedak tebal menutupi pipinya yang sudah mulai layu dimakan waktu. Mucikari, orang menyebutnya.
"Pilih yang mana mas...???
Dijamin service-nya memuaskan...
Kalo dijutekin, lapor saja sama mami..." ucap perempuan itu menawarkan gadis-gadis dagangannya.
Seperti biasa aku hanya tersenyum kecil, sembari sesekali memandangi wajah-wajah gadis yang siap dipilih.
"Bagaimana bro, lu milih yang mana...???" tanya sahabatku Rian, yang sedari tadi sorot matanya sibuk menggerayangi gadis-gadis dalam ruang kaca. Seakan matanya tak berkedip menyeleksi gadis yang siap menghantarkannya ke puncak birahi.
"Malam ini gw off dulu bro, gw lagi gak pengen naik..." ucapku singkat yang menandakan malam ini aku tak ingin memilih gadis penghibur.
"Lhaa terus...???" ucap Rian heran.
"Iyaa gw ingin ke ruang karaoke aja, nemenin yang lain..." jawabku singkat dengan wajah yang tak bersemangat.
"Baiklah, kalo gitu gw mau naik dulu..."
"Mami, gw pilih gadis berbaju merah itu..." ucap Rian pada mami, sembari menunjuk gadis yang memakai dres mini berwarna merah dengan paha yang tersingkap menggoda.
Tak berapa lama gadis itu keluar dari ruang yang mirip aquarium itu. Lalu mengajak sahabatku Rian naik melewati tangga beton menuju ruang pemujaan manusia pada nafsu syetan.
Aku terus memandangi Rian yang berjalan semangat tak sabar untuk melampiaskan hasratnya malam ini, semantara gadis yang di sampingnya berjalan lenggak-lenggok menggoyangkan bokongnya sesekali melirikku seakan berbicara,
"Ayolah mas, pilih cewek salah satu, jangan kalah sama sahabatmu ini..."
Hingga akhirnya keduanya menghilang terhalang di tembok kamar di lantai atas.
Lalu aku kembali menatap ke dalam ruang kaca yang berisi deretan gadis-gadis penjaja cinta. Rasanya aku ingin menunjuk salah satu diantara mereka untuk melepaskan kepenatanku di malam ini. Namun hati kecilku berkata lain.
"Untuk malam ini lebih baik aku habiskan waktu ku untuk minum-minum saja, bukan aku tak bergairah, bukan pula isi kantongku tak cukup tebal untuk membayar cinta, tapi untuk saat ini aku lebih senang ditemani botol-botol yang mampu menghantarkanku kedalam alam khayalanku..." ucapku sembari meninggalkan ruang kaca itu, lalu melangkah menuju ke dalam bilik-bilik bising dengan dinding peredam yang sangat tebal, nampak di meja telah tersaji beberapa botol minuman dan diantaranya sudah dalam keadaan kosong. Sementara di sofa sudah berjejer manusia-manusia yang sudah tak asing lagi di mataku.
"Mari sobat, kita habiskan malam ini penuh suka citaa..." ucap ketiga sahabatku, sembari menyodorkan botol besar yang berlogo bintang.
Yaa, inilah ruang karaoke plus-plus. Disini ketiga sahabatku sedang asyik menyayikan lagu kesukaan mereka dengan suara yang antah brantah, dengan ditemani gadis pemandu lagu (PL) yang siap meliuk manja. Ruang kecil ini terlalu pekat oleh asap tembakau, namun seakan tak terasa menyesakkan dada, terlupa oleh lantunan lagu dan dekapan manja para pemandu lagu yang selalu menjadi candu.
Aku pun duduk di sofa paling tepi, sembari menuangkan bir kesukaanku ke dalam gelas yang sudah terisi bongkahan es batu, lalu segera ku teguk untuk menyegarkan kerongkonganku.
"Perlu PL gak bro..." ucap sahabatku Agustinus menawarkan gadis untuk menemaniku, dengan gaya sok donjuan sembari tangannya bersandar pada paha mulus gadis yang ada di sampingnya.
Sementara sahabatku yang lain lebih memilih cuek dengan asyik melumat bibir lembut gadis PL yang sudah dibookingnya sedari tadi, tanpa menghiraukan sahabat-sahabat yang ada disampingnya.
Lalu Agustinus dan gadis PL itu berdiri sembari melambaikan tangannya,
"Sori bro, gw naik keatas dulu... udah panas niihh..." ucap Agustinus seraya langsung pergi cek-in ke kamar atas.
Semantara aku tetap sendiri di sudut sofa dengan ditemani botol-botol yang sudah mulai kosong.
Saat semua asyik dengan kesenangannya, aku mulai bangkit, dengan langkah sempoyongan aku membuka pintu ruang karaoke itu.
"Mau kemana bro...???" ucap dua sahabatku yang masih di ruang karaoke itu.
"Gw cari angin dulu bro..." ucapku melangkah lunglai meninggalkannya.
"Tunggu bro, gw ikut lu..." ucap Heri dan Ferdi sembari memegang tanganku agar tak melangkah lebih jauh.
"Baik kalo begitu, ayo kita ke Club sebelah aja..." ajakku dengan nada yang agak ngelantur.
"Baik tunggu dulu, kita bertiga kesana... sementara Rian dan Agustinus biar dia nyusul..." ucap Heri sembari menghampiri Ferdi untuk mengajak pergi. Lalu dirogohnya kantong untuk menarik beberapa lembar rupiah untuk memberi tip pada gadis pemandu lagu yang dibookingnya.
"Sori yaa cinta, malam ini gw gak bisa nemenin kamu lebih lama lagi" ucap Heri pada gadi PL pilihannya.
****
Malam ini, aku, Heri dan Ferdi, kami bertiga melangkah meninggalkan tempat karaoke itu, meninggalkan Rian dan Agustinus yang sedang asyik memadu cinta bersama gadis pilihannya.
Sementara kami bertiga menuju club malam tempat biasa kami bersenang-senang.
"Biarin aja mereka bersenang-senang dengan cara mereka, kita juga bisa bersenang-senang dengan cara kita, hahahaa..." ucapku sembari mengangkat segelas minuman penghantar kehangatan malam.
Yaa, di tempat karaoke itu biasa disajikan gadis-gadis penjaja cinta dalam aquarium, ditawarkan dengan tarif yang sudah dibandrol. Sementara di club ini sedikit berbeda. Gadis-gadis disini sengaja mencari kesenangan untuk melampiaskan kepenatan hidupnya. Tak ada tawar menawar harga, disini semua mencari kesenangan sesaat dengan berjoget bersama dalam satu hentakan irama.
Yaa, tempat ini sering disebut diskotik.
Setelah puas minum, kamipun turun melantai bergoyang mengikuti irama yang tersuguhkan oleh seorang DJ ternama. Hentakan musiknya seakan mampu melupakan penat yang ada, semua berjoget dalam satu irama.
Malam makin larut namun hentakan musik tak sedikitpun surut, malah terasa lebih menghentak dengan ritme semakin meninggi. Dan para gadis diskotik pun kian menjadi-jadi, memanaskan atmosfer dalam hingar-bingar kehidupan malam.
Yaa, malam itu malam yang terasa panas diantara dingin yang menyelimuti pusat ibu kota. Malam yang mampu melupakan segala sedih dan derita.
****
Tak terasa fajar mulai menyapa,
Memaksaku untuk mengakhiri segala pesta dan foya, mengajakku untuk kembali pulang ke peraduan.
Sesaat setelah turun dari taksi, dengan langkah lunglai aku menuju tempat dimana aku tinggal. Ku rogoh kantong celana jeans yang aku pakai, lalu ku ambil kunci rumah untuk membuka pintu.
Setalah pintu terbuka, aku mulai masuk melangkah menyusuri ruang gelap di dalam rumah, aku sengaja tak menyalakan lampu karena aku tak ingin kedatanganku mengganggu yang lain.
Aku melangkah dengan menerka-nerka agar langkahku tak menginjak deretan orang yang sedang tidur beralaskan tikar.
Aku langsung menuju ke lantai dua, sesampainya dikamar aku langsung rebahkan tubuhku yang sudah teramat lelah, bukan saja fisiknya yang tak berdaya, namun jiwa ku tarasa lemah tanpa arah.
Lagi-lagi aku menyadari, bahwa semua ini tak mampu mengobati kegalauan yang sedang melanda di jiwa ini.
Senang memang, namun itu hanya sebentar. Yaa, kesenangan itu hanya bersifat sementara, karena saat semua berlalu gundah pun kembali mengganggu.
Mata pun enggan terpejam, siksa kerinduan kembali merejam. Yaa, bayangannya kembali menyiksa, hingga tak menyisakan sedikitpun untuk tak memikirkannya.
Ini tentang kisah yang sedang aku alami, mencintai seseorang yang tak pantas aku cintai. Yaa, aku mencintai adik dari calon istriku sendiri.
Perasaan ini tak bisa aku tepiskan, hingga detik-detik menjelang pernikahan. Aku sungguh dalam kebimbangan, aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan,
"Apakah aku harus meneruskan rencana pernikahan ini atau aku harus jujur tantang apa yang aku rasa...???" batinku makin bimbang.
"Aku harus jujur...!!! Yaa, aku harus jujur...!!!
Aku harus cerita tentang semua ini, bahwa sesungguhnya aku belum siap menjalani pernikahan ini..." sekilas terbesit di pikiranku seraya bangkit dari tidurku.
Lalu aku melangkah ke kamar mandi, Ku lepas baju yang sudah kumal berlumur keringat. ku basuh muka, tangan dan rambutku, agar aku tersadar dari kegelisahan.
Ku ambil handuk lalu ku usapkan ke rambut dan wajahku, sembari berdiri di depan cermin.
"Dasar laki-laki lemah...!!!" Tiba-tiba terdengar suara lantang membentakku.
"Kurang apa calon istrimu...???
Dia yang sudah jelas-jelas mengorbankan segalanya untukmu, untuk kebahagiaanmu...
Namun kau malah mencintai orang yang tak sepantasnya kau cintai..." hardiknya lagi.
Seketika aku terperanjat, melihat bayanganku sendiri berbicara lantang dari dalam cermin.
"Hei, apa yang kau pikirkan...!!!???" Bayangan itu dengan ketus membentakku.
"Aku belum siap menikah dengannya..." jawabku lemah sembari memegangi kepalaku yang terasa sangat berat. Menunduk tak berani menatap bayanganku sendiri.
"Apa kau belum puas menghabiskan masa mudamu dengan berfoya-foya seperti itu...???" suaranya pun makin lantang menghardikku. Namun aku hanya bisa terdiam tak berdaya, menahan sakit yang aku rasa.
"Lihatlah mereka yang ada dirumah ini, yang sedang tidur pulas karena lelahnya bekerja...
Mereka abdikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk bisnismu ini...
Mereka adalah karyawan loyalmu, seharusnya kau pikirkan nasib mereka, bukan memikirkan egomu semata...
Mereka telah bekerja dengan segenap kemampuannya, karena mereka sadar, bahwa nasib keluarganya di kampung ada pada tiap tetes keringat yang mengucur dari tubuhnya, mereka semua menggantungkan nafkah keluarganya di tanganmu...
Tapi lihatlah...!!!???
Apa yang kamu perbuat selama ini...???
Kau hanya bisa merintih kesakitan, meratapi cinta yang tak semestinya kau perjuangkan...!!!???
Hei...!!! Dimana jiwa pengusaha mudamu yang dulu..!!!???
Kamu tak ubahnya laki-laki terbodoh yang pernah ada dihadapanku..!!!" Bayangan itu terus berbicara lantang tanpa henti.
"Tidak...!!! Tidak...!!! Tidak...!!!" Kepalaku makin berat, serasa tak mampu mendengar ucapan dari bayanganku sendiri. Aku bergegas lari menghindar dari cermin.
*****
Akupun mulai melangkah keluar kamar.
Kembali aku tatap wajah-wajah lelah yang sedang pulas dalam mimpinya.
Tidur berjajar beralaskan tikar di bawah meja mesin jahit tempat mereka bekerja.
Kembali aku renungi tentang kehidupanku sendiri, betapa selama ini aku kurang bersyukur atas diriku, mengejar kehidupan dunia yang tiada puasnya, mengejar cinta yang memang tak sepantasnya.
Padahal, Tuhan telah memberikan segalanya dalam kehidupanku, loyalitas para karyawan, putaran bisnis garmen yang lancar dan tentunya calon pendamping yang selalu ada untukku.
Tapi selama ini aku tak pernah mensyukuri semua itu, terlalu terhanyut dalam belenggu cinta yang semu.
"Yaa, sudah sepantasnya aku akhiri semua ini, sudah waktunya aku menjalani kehidupanku dengan pemikiran yang lebih matang..." batinku mulai sadar.
"Apalagi kini usiaku sudah hampir kepala tiga, tak mungkin menunggu dia yang masih sangat belia, tak mungkin pula aku habiskan umurku hanya untuk terus berfoya-foya...
Yaa, aku harus akhiri semua ini, aku harus menikah dan menjalani kehidupanku dengan sewajarnya...
Lalu aku harus fokus pada bisnis dan keluargaku...
Agar masa depanku jauh lebih maju..."
Aku kembali melangkah ke dalam kamar, mencoba merebahkan tubuhku yang sudah teramat lelah. Lalu mencoba memejamkan mata berharap terhanyut dalam pusaran mimpi yang mampu mendamaikan hati.
Yaa, berlahan aku mulai terlelap, rohku terasa ringan, nafasku mulai tenang dan jiwaku merasa lebih damai dari bising kehidupan.
Semoga lelap ini mampu mendewasakanku, hingga nanti saat aku terjaga, aku sudah menjadi diriku yang lebih dewasa.
Untuk masa depan yang lebih sempurna.
============ SEKIAN ============
Kalau ditanya hal apa yang memotivasi saya untuk mendaki gunung Arjuna ini? Tentu saya akan menjawab nama gunungnya yang sangat keren.
Yaa, gunung Arjuna diambil dari tokoh dalam dunia kwayangan yang menggambarkan sosok ksatria yang rupawan, tangkas dan pemberani.
Karena saat mendaki gunung ini istri saya sedang hamil tua, berharap jika nanti anak saya lahir laki-laki akan saya beri nama Arjuna. Istilahnya kerennya pendakian menjemput nama. Hahaa...
Tapi ternyata oh ternyata, Tuhan berkehendak lain, anak saya terlahir perempuan. Sekejap terlupalah nama Arjuna. Dan saya rasa nama yang cocok untuk anak secantik dan seimut anak saya ini adalah Sabina Fitria Rinjani. Hehee...
Oke, kembali ke topik.
Gunung Arjuno (3.339 mdpl) adalah gunung api tua dan sudah tidak aktif, Sedangkan Gunung Welirang (3.156mdpl), masih ada aktifitas yang ditunjukkan dengan adanya kawah belerang. Gunung Arjuno dan Gunung Welirang terletak pada satu gunung yang sama dan terletak dalam satu rangkaian dengan Gunung Anjasmoro dan Gunung Ringgit. Pada lembah-lembah diantaranya, terutama di lereng Gunung Arjuno dan Ringgit, terdapat puluhan peninggalan purbakala yang berserakan dan belum ditangani secara tuntas. Sebagian tertutup semak-belukar.
Menurut informasi, Ada empat jalur yang bisa ditempuh menuju puncak gunung Arjuno dan gunung Welirang yakni sebagai berikut:
1. Jalur Tretes
2. Jalur Lawang
3. Jalur Purwosari
4. Jalur Batu
Tp saya disini hanya ingin mengulas tentang jalur Tretes saja, karena jalur lain saya belum pernah mencoba.
JALUR TRETES
Jalur Tretes-Welirang
Jika dari Jakarta atau sekitarnya, sebaiknya kita naik kereta jurusan malang, dari malang kita naik bis jurusan Surabaya atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti minibus ke jurusan Tretes.
Sebenarnya bisa juga naik bus jurusan surabaya atau Malang, tapi menurut saya menggunakan jasa kereta api adalah pilihan yg terbaik karena selain nyaman, harganya pun masih tidak terpaut jauh.
Naik minibus menuju Tretes |
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata yang sangat terkenal di daerah ini. Terdapat juga air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Dan terus terang saya sendiri belum pernah menyaksikan keindahannya, karena pada waktu pendakian kemaren waktu sangat tidak memungkinkan.
Di Tretes banyak tersedia hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman. Saya sendiri menginap di salah satu losmen tepat disamping hotel Tanjung di sebrang basecamp. Untuk satu malam dikenakan tarif Rp 100.000,- tempatnya luas termasuk 2 kamar.
Pos pendakian gunung Arjuna-Welirang di Tretes |
Dari Pos pendaftaran kita berjalan mengikuti jalan aspal sekitar 200 meter kita akan sampai di pintu masuk Taman Wisata Air Terjun Kakek Bodo yang berada di belakang hotel Surya. Dari pintu masuk ini jalanan sudah di semen hingga Pos Pet Bocor atau Air Terjun.
Berjalan sekitar 200 meter kita akan bertemu dengan percabangan yang ke kanan menuju Bumi Perkemahan dan Air Terjun Kakek Bodo. Sedangkan ke kiri (lurus) menuju Pet Bocor arah menuju puncak Gunung Welirang.
Hingga Pet Bocor jalur masih rapi disemen dengan kemiringan yang sangat tajam, ini membantu untuk awal perjalanan tapi lama-lama akan terasa monoton dan membosankan. Dalam perjalanan kita akan disuguhkan pemandangan yg sejuk karena kiri kanan jalan masih berupa pohon-pohon besar.
Setelah berjalan sekitar satu jam lebih sampailah kita di Pos Pet Bocor. Di Pet Bocor terdapat tempat yang sangat luas untuk membuka beberapa tenda. Terdapat pula sumber air yang berasal dari pipa-pipa saluran air yang bocor. Pada hari-hari libur terdapat warung makanan.
Jalur dari pos pendakian ke pos Pet Bocor, jalan disemen rata |
Dari Pet Bocor perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan berbatu yang sudah rusak. Jalur sangat lebar karena biasa dilewati mobil pengangkut belerang, hingga Pos Kokopan.
Dijalur ini kondisi lahan sangat jarang ada pepohonan besar, hanya ditumbuhi ilalang dan semak belukar, dan sebagian ditanami pohon pisang oleh penduduk untuk menangkal ilalang tumbuh, jadi di siang hari jalur akan terasa sangat panas dan berdebu, sehingga sebaiknya pendakian dilakukan di sore, malam, atau pagi hari.
Jalur mobil jeep pengangkut belerang |
Setelah berjalan sekitar 4 jam lebih pendaki akan sampai di Pos Kokopan. Oiya sebelumnya saya browsing mencari info di internet didapat informasi, katanya dari pet bocor ke Kokopan cuma 1 jam tapi nyatanya lebih dari 4 jam pendakian, ini infonya yang salah atau tenaga saya yang memang sudah manula? Hehehee...
Pos Kokopan berada diketinggian 1500mdpl, disini terdapat pondok-pondok yang didirikan oleh para penambang Belerang. Terdapat pula sungai kecil yang airnya cukup melimpah. Tapi sekedar saran, menurut pengalama saya sebaiknya jika mau mengambil air untuk keperluan masak, ambilah air yg berasal dari pipa yg bocor yang terdapat di kanan aliran sungai, karena air dari sungai berbau sabun, mungkin banyak dari pendaki yang tidak bertanggung jawab yang menggunakan sabun untuk cuci atau mandi di area yang sebenarnya tidak diperbolehkan.
Di sini terdapat pula warung makanan yang hanya buka pada hari-hari libur. Kawasan ini bisa menampung cukup banyak tenda dan dikelilingi pohon-pohon cemara. Nyaman untuk menginap karena cukup terlindung dari hembusan angin.
Ngecamp di pos Kokopan |
Kokopan ke Pondok Welirang
Dari Pos Kokopan perjalanan dilanjutkan menuju Pos Pondokan. Terdapat banyak jalur untuk menuju pondokan. Jalur yang sering digunakan para pendaki adalah jalur utama yang berupa punggungan gunung yang lurus. Jalur berupa jalan berbatu yaitu jalur mobil pengangkut belerang, jika melewati jalur setapak ditakutkan tersesat dan banyak kotoran orang yang buang hajat tidak bertanggung jawab di tengah jalur, walau jalur itu termasuk jalur potongan yg relatif lebih pendek dibanding mengikuti jalur mobil yg berkelok-kelok mengikuti punggungan. Sekali lagi, saya sarankan untuk mengikuti jalur utama.
Jalur utama, dari Pos Kokopan menuju Pos Pondokan, nampak banyak pohon bekas kebakaran |
Keadaan alam disekitar jalur ini lumayan teduh, karena makin mendekati pos Pondokan pohon-pohon besar semakin banyak. Dan burung-burung semakin banyak bersliweran dan berkicau, banyak juga hewan-hewan lain seperti musang, tupai banyak yang menyebutkan di daerah ini masih banyak rusa, tapi sepanjang saya mendaki tidak melihatnya, cuma sebangsa musang saja yg banyak berkeliaran di belukar.
Mendekati pos Pondokan, jalur semakin adem, karena banyak pohon-pohon besar disekitar jalur |
Waktu yang dibutuhkan dari pos Kokopan ke pos Pondokan sekitar 6 jam, karena perjalanan kami sangatlah pelan, dan dijalan sempat tidur selama 1 jam lebih. Dan kami putuskan untuk membuka tenda disini karena disini tempat paling strategis untuk bertenda, disini percabangan antara dua jalur, ke kanan ke arah puncak Welirang dan ke kiri ke puncak Arjuna.
Pos Pondokan, banyak pondok-pondok yang dibangun oleh penambang belerang untuk singgah dan mengumpulkan belerang |
Berfoto bersama di pos Pondokan |
Pos Pondokan ini berupa tanah terbuka yang cukup luas dengan ketinggian berkisar 2250 mdpl. Dinamai pos Pondokan karena terdapat pondok-pondok sederhana yang dibangun oleh para penambang Belerang.
Di sebelahnya terdapat sungai dengan debit air yang sangat kecil. Sumber air berupa bak penampungan yang dialiri air dari pipa-pipa yang berasal dari rembesan air sungai. Tapi keadaan sungai ini sangat memperihatinkan, banyak sampah dan kotoran, lagi-lagi banyak pendaki yang tidak bertanggung jawab yang membuang hajat sembarangan.
Untuk mengambil air, sebaiknya diambil langsung dari pipa-pipa kecil, karena air yang ada dibawah sudah tercemari dan sangat tidak layak minum. Menurut pengalaman saya selama mendaki, gunung ini termasuk gunung yang terkotor, karena sepanjang jalurnya dicemari oleh para pendaki sendiri, dimana-mana banyak kotoran, mungkin karena tidak ada MCK-nya atau mungkin juga karena gunung ini dekat dengan kota besar seperti Malang, Surabaya, Pasuruan sehingga banyak anak-anak alay yang mendaki atau cuma ngecamp yang sama sekali tidak tau etika pendakian, saat BAB yg tidak tau tentang sistem gali lobang tutup lobang, dan membuang pun sampah sembarangan.
Di pos ini pendaki biasanya bermalam untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendakian ke puncak gunung Welirang atau menuju gunung Arjuna.
Persediaan air minum disiapkan dari Pos Pondokan ini.
Menuju Puncak Gunung Welirang.
Jalur dari pos Pondokan menuju puncak Welirang terdapat banyak jalur pintas, jalur utama berupa Jalur penambang tidak terlalu terjal tetapi memutar melipir sisi sebelah kanan. Jalurnya agak lebar sekitar 2 meter yang biasa dilewati gerobak oleh para penambang belerang.
Setelah berjalan sekitar 1jam keadaan jalan masih berupa tanah dan landai sedikit menanjak, banyak pepohonan besar jadi perjalanan lebih adem, tapi setelah berjalan sekitar 2 jam dari pondokan jalur mulai terjal penuh bebatuan dan curam, pohon-pohon khas ketinggian seperti pohon edelweis sudah mulai banyak disisi kiri kanan jalur.
Menjelang Puncak Gunung welirang jalur terbagi menjadi dua. Jalur penambang lurus menuju kawah di mana para penambang mengambil belerang. Jalur pendaki ke arah kanan melintasi punggungan yang sangat curam dan berbatu-batu.
Jalur gerobak penambang, disisi kiri terdapat jurang yang curam, jadi harus lebih hati-hati |
Di kawasan Puncak Gunung Welirang pemandangannya sangat luar biasa indahnya.
Pendaki bisa berkeliling mengelilingi kawah untuk pendaki beberapa puncak-puncak kecil. Bila cuaca bersih kita bisa memandang puncak gunung Arjuna dengan detail yang sangat jelas, gunung Penanggungan juga jelas terlihat sangat dekat, dan juga gunung Anjasmoro terlihat sangat indah terlihat hutan yang lebat dan pegunungan berlapis-lapis. Kota Malang juga terlihat lebih detail dan jelas.
Karena kami sampai puncak tepat jam 03.30wib jadi kami putuskan untuk berlindung dibawah tebing untuk menghindari dingin, dan setelah mulai ada tanda-tanda sunrise kami mendaki lagi kepuncak |
Dibawah bebatuan ini semalem dari pukul 03.30wib kami berlindung dari hawa dingin |
Di puncak Welirang terdapat banyak puncakan dan juga banyak kawah yang masih aktif. Kawah yang paling besar dan dalam adalah Kawah Jero, di sebelahnya adalah Kawah Plupuh. Tebing-tebing di sekitar puncak menghembuskan asap belerang. Beberapa lubang di tebing juga mengeluarkan cairan belerang yang berwarna keemasan.
Asap belerang yang pekat bila berhembus mengenai mata bisa menyebabkan mata bengkak untuk itu segera cuci mata dengan air bersih. Bila terhirup dalam waktu yang cukup lama maka bisa menyebabkan pening dan pingsan. Untuk itu bila asap tebal belerang sedang menyelimuti puncak sebaiknya tidak mendekatinya. Batu-batu di sekitar puncak juga tersa panas bila dipegang atau diduduki.
Terdapat Gua Sriti yang cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang.
Jika kita mendaki pas hari kerja, kita dapat menyaksikan para pekerja sedang menambang belerang disekitar puncak.
Perjalanan dari Pondokan ke puncak Welirang dibutuhkan waktu sekitar 3 jam, entah kami yang berjalan begitu cepat atau petunjuk yang kurang akurat di peta. Karena dipeta tertera 5 jam pendakian dari Pondokan.
Dan perjalanan turun melalui jalur yang sebelumnya dan hanya memakan waktu kurang dari 2 jam.
Dan pendakian dari Pondokan ke Welirang sebaiknya dilakukan di malam hari agar kita bisa menyaksikan sunrise di puncak welirang. Dan sebaiknya semua perbekalan ditinggal di tenda agar pendakian terasa lebih ringan, hanya membawa makanan dan perlengkapan yg diperlukan seperti senter, jaket tebal dan jas hujan.
Bendera Batik Binzah berkibat di puncak gunung Welirang |
Kawah selatan, dengan background gugusan gunung Anjasmoro yang terkesan berlapis-lapis |
Kawah lama, jika kita hendak turun berada disisi kiri jalan, walau termasuk kawah tua tapi masih aktif menghembuskan asap belerang |
Gunung Arjuna dilihat dari puncak Welirang, Dengan background gunung Semeru. |
Gunung Anjasmoro nampak berlapis-lapis |
Gunung Kawi nampak dari puncak gn. Welirang di sebelah selatan |
Perjalanan turun, nampak puncak gn. Welirang yg gersang dan trek bebatuan cadas. |
Menuju puncak Gunung Arjuna
Untuk ke puncak Arjuna, dari pos Pondokan harus mengambil ke arah kiri, setelah berjalan sekitar 20 menit kita akan sampai di pos Lembah Kidang, jalur pendakian dari Pondokan ke Lembah Kidang sudah tidak berupa jalur batu lagi namun jalur tanah.
Lembah Kidang bisa menampung puluhan tenda ukuran sedang. Disini juga terdapat sumber air bersih yang cukup berlimpah, disebelah kanan jalur gemercik dari tebing setinggi 2 meter yg di kelilingi rimbun pepohonan semak. Disini tempat yang tepat untuk bertenda, dari sini pemandangan sangat indah karena terdapat hamparan sabana luas penuh rerumputan hijau dikelilingi pohon cemara. Konon dahulunya lembah ini banyak disinggahi hewan rusa atau bahasa jawanya kidang.
Pesona Lembah Kidang |
Dari pos Lembah Kidang kita juga bisa mendirikan tenda ke Pos Sabana 2, yang jaraknya hanya 10 menit perjalanan. Disini merupakan tempat ngecamp terakhir sebelum summit attack ke puncak Arjuno. Karena disini tempat mata air terakhir, karena menuju puncak Arjuna tidak ada mata air lagi.
Deretan puncak gunung Arjuna terlihat dari pos Sabana 2 |
Karena kami dari puncak Welirang dan masih butuh istirahat, kami hanya pindah tenda dari pos Kokopan ke pos Lembah Kidang dan akhirnya kami putuskan istirahat dan bertenda di sini, karena disini sumber air cenderung lebih bersih, dan dengan asumsi nanti malam kami bisa mulai mendaki dan mengejar sunrise di puncak Ogal-agil.
Dari pos Lembah Kidang ke Puncak Ogal-Agil, jalur awalnya berupa sabana dengan trek agak landai. Vegetasi disini diisi oleh semak belukar yang tinggi sedada orang dewasa dan jarang pohon besarnya.
Karena kami mulai mendaki malam, kami sempat tersesat disini agak lama dan hampir memutuskan untuk kembali ke tenda, tapi setelah istirahat sejenak dan diskusi akhirnya kami putuskan untuk meneruskan dengan orientasi medan, dan akhirnya ketemu dengan jalur utama tepat sebelum jalur menanjak.
Trek selanjutnya adalah jalur tanah dengan trek sangat menanjak mirip trek menuju Arcopodo, Gunung Semeru .
Sepanjang jalur pendakian gn. Arjuna nampak jelas gugusan gn. Welirang |
Gunung Anjasmoro juga terlihat indah dari jalur pendakian gunung Arjuna |
Setelah melewati tanjakan-tanjakan yang sangat terjal, jalur pendakian berubah agak landai dengan rerumputan di sebelah kanan dan kiri.
Mendekati puncak, jalur berubah menjadi menanjak lagi, banyak tanjakan-tanjakan php disini. Seakan sudah hampir sampai puncak tapi ternyata masih jauh juga. Setelah melewati tanjakan terakhir, (yang menurut ini adalah puncak dan ternyata belum) pendaki harus melewati dua bukit lagi untuk menuju Puncak Ogal-Agil, puncak tertinggi Gunung Arjuno.
Butuh waktu sekitar 6 jam lebih untuk menuju puncak Gunung Arjuno dari pos Lembah Kidang.
Dan butuh waktu sekitar 3 jam untuk turun lewat jalur yang sama.
Bendera Batik Binzah berkibar di puncak Ogal-Agil gunung Arjuna |
Salah satu anggota team Batik Binzah berdiri di puncak Ogal-agi |
Dipeta dari pos Tretes ke Kokopan 2 jam tapi real pendakian kami 4 jam lebih.
Dipeta dari pos Kokopan ke pos Pondokan 4 jam.
Tapi real pendakian kami 5 jam.
Dipeta dari pos Pondokan ke puncak 5 jam
Tapi real pendakian kami cuma 3 jam.
Sementara dari Lembah Kidang ke puncak Arjuna di peta tertera 4 jam,
Tapi real pendakian kami sekitar 6 jam.
Berikut saya lampirkan perbandingan petanya:
Peta real perjalanan kami |
Tips dan info lengkapnya
• gunung Arjuna Welirang salah satu gunung yang berada di Jawa Timur, namun masih kalah populer dengan gunung Semeru ataupun Bromo. Otomatis jalur pendakian ke gunung Arjuna relatif sepi karena pendaki dari luar provinsi akan lebih fokus ke Semeru dikarenakan biaya perjalanan yang relatif sama tetapi sensasinya jauh berbeda. Jadi jika hendak ke Semeru tapi quota penuh, atau pas kebetulan pendakian ditutup, mendaki ke gunung Arjuna Welirang adalah solusi yang tepat. Karena pendakian gunung Arjuna-Welirang ini selalu buka sepanjang tahun.
• di daerah basecamp termasuk area wisata, disini selalu ramai oleh pengunjung non pendaki, dan kalau malam hari juga sangat ramai, banyak kedai-kedai kopi lesehan yang ramai oleh muda-mudi untuk bersantai, jadi nongkrong disini sebelum atau sesudah pendakian kita akan punya kesan tersendiri.
• di sekitar jadi basecamp juga terdapat pasar, jadi untuk masalah logistik kita bisa belanja di pasar ini. Disini juga banyak minimarket dan mesin atm, jadi masalah uang cash jangan kuatir.
• jalur pendakian ke Arjuna Welirang sebagian besar terdiri jalan berbatu yang cukup lebar (karena memang jalur mobil angkut belerang) otomatis tidak membingungkan, cukup ikuti jalan tersebut Insya'Allah kita tidak akan tersesat. Namun kekurangannya kaki kita akan mudah lelah karena pijakan yang monoton.
• jalan berbatu cenderung tidak berdebu, namun saat terik siang hari cuaca akan terasa lebih panas karena pantulan hawa panas dari bebatuan, ditambah vegetasi sepanjang jalan cenderung terbuka, hanya ilalang dan semak belukar. Solusinya jangan lupa pakai pakaian yang tertutup, topi, masker dan pakai loution pelembab.
• di setiap pos banyak warung penjaja makanan, jadi kita tak perlu kuatir kelaparan di gunung, solusinya cuma satu, bawa uang cash yang cukup.
• masalah persediaan air, di setiap pos sangat melimpah, so kita tak perlu membawa air berlebihan dari basecamp. Tapi hati-hati dalam mengambil air untuk memasak.
• hal yang paling menjengkelkan dalam pendakian gunung ini adalah banyaknya pendaki alay yang buang hajat sembarangam, solusinya ikuti jalur mobil penambang belerang, jangan ikut jalur potongan. Kalaupun mau mengikuti jalur potong, pilih jalur yang jelas, karena biasanya jalur-jalur tikus banyak ranjaunya.
• dan masalah BAB sembarangan di gunung ini menurut saya ini yang paling sadis dibanding gunung-gunung pada umumnya, bahkan di pos Pondokan (yang notabine hulu mata air), di pos ini aliran sungai yang seharusnya bisa dimanfaatkan malah menjadi tercemar karena ulah para pendaki yang tidak beretika, kotoran manusia berserakan dimana-mana. Solusi, jika hendak mengambil air usahakan ambil dari selang air, jangan sekali-sekali ambil air dari aliran sungai, karena kita tidak tau apa yang terjadi di atas aliran air tersebut.
• waktu tempuh dari pos Pondokan ke puncak Welirang membutuhkan waktu sekitar 3 jam, jadi sebaiknya berangkat start muncak pukur 02.00 dini hari. Jangan berpatokan pada peta yang banyak beredar di internet, karena akurasi waktunya sangat tidak tepat.
• mungkin jalur dari basecamp ke pos Pondokan kita bisa menggunakan sandal karena jalurnya memang jalur mobil, namun trek menuju puncak Welirang cenderung berpasir dan sangat ekstrim, memakai sepatu gunung hukumnya wajib.
• pos Lembah Kidang sangat nyaman untuk mendirikan tenda, tapi usahakan tetap kondusif, karena disini kadang masih terdapat rusa atau kijang yang sedang mencari makan.
• pos Lembah Kidang ke puncak Arjuna melewati jalur semak belukar yang banyak percabangan yang kadang membingungkan, jadi kita dituntut kewaspadaan Agar tidak tersesat dan berkutat diarea Lembah Kidang.
• puncak Arjuna tergolong curam dan dikelilingi jurang yang menganga, jadi saat di puncak hendaknya tetap fokus dan jangan berfoto-foto yang terlalu ekstrim demi keselamatan diri kita.
• yang terakhir, sampahmu adalah tanggung jawabmu, so menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan hukum wajib.
****
Demikian ulasan tentang jalur pendakian gunung Arjuna dan Welirang berdasar pengalaman kami, semoga dapat membantu buat teman-teman semua sebelum melakukan pendakian.
Selamat Mendaki...!!!
****************************************
Pendakian gunung Semeru yang seru, naik dari Watu Rejeng turun via Ayek-Ayek
Kalau dibilang gunung Semeru sekarang tak ubahnya seperti keramaian pasar, mungkin ada benarnya juga. Bagaimana tidak, setiap harinya banyak pendaki yang memadati dan rela antri di sepanjang jalur pendakian. Lebih-lebih kalau long weekend dijamin mau mendaftarkan diri saja (simaksi) kita kudu jauh-jauh hari via online agar bisa mendapatkan quota pendakian.
Tak bisa bisa dipungkiri, semenjak diputarnya film 5cm popularitas gunung Semeru makin melejit, walau sebenarnya sejak tahun 60-an gunung Semeru sudah menjadi favorit pendakian.
Terlepas dari soal popularitas sebuah pendakian gunung, saya disini ingin membahas tentang jalur pendakian gunung Semeru via Watu Rejeng dan turun via gunung Ayek-Ayek.
Jika dilihat dari jalur perjalanannya memang lebih variatif, karena saat kita naik dan turun tidak melewati jalur yang sama. Dan menurut porter yang mengantar kami, jalur Ayek-Ayek adalah jalur potong alias lebih dekat, karena hanya naik satu punggungan dan turun lagi langsung sampai di ladang penduduk, karena jika lewat jalur Watu Rejeng kita akan melipir mengitari gunung dengan naik turun punggungan.
Keuntungan lainnya adalah jalur Ayek-Ayek memiliki padang savana yang tidak kalah cantik dengan Oro-Oro Ombo. Tapi kekurangannya adalah jalur ini sangat terjal hingga sangat menguras tenaga dan memakan waktu tempuh yang hampir sama dengan jalur Watu Rejeng.
Jadi walaupun jaraknya relatif pendek tapi waktu tempuhnya hampir sama, karena tepat ditanjakan lereng gunung Ayek-Ayek ini sangat menguras tenaga.
Oke kita awali ceritanya, untuk mencapai titik awal pendakian basecamp Ranu Pani, bagi yang dari luar kota khususnya yang dari sebelah barat kita terlebih dahulu menuju kota Malang. Dari Malang dilanjut naik angkutan umum menuju pasar Tumpang, berhubung pendakian saya kemarin rombongan, dari stasiun Malang kami mencarter mobil ke Tumpang.
Di pasar Tumpang ini kita bisa mencarter mobil jeep. Karena moda transportasi ke taman nasional Bromo Tengger Semeru hanya mobil jeep ini yang direkomendasikan. Agar lebih murah sebaiknya rombongan, soalnya jika dihitung satuan akan dikenakan biaya Rp 80.000/orang, tetapi jika rombongan bisa nego, jika dihitung-hitung akan lebih murah.
Carter jeep di pasar Tumpang. |
Perjalanan menuju Ranu Pani biasanya akan berhenti di sekitar pinggir caldera gunung Bromo sekedar untuk berfoto-foto. |
Watu Rejeng - Ranu Kumbolo
Setelah mengurus perizinan (simaksi), perjalanan dilanjutkan menuju Gapura selamat datang, sebaiknya setelah menemukan gapura selamat datang ini, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk.
Karena biasanya bagi pendaki yang baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit menemukan jalur pendakian, kadang malah hanya berputar disekitar desa Ranu Pani.
Gapura Selamat Datang. |
Jalur menuju Watu Rejeng. |
Jalur awal yang kita lalui cukup landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kita ikuti saja tanda ini. Menurut saya jalur sudah sangat jelas dan tidak terlalu membingungkan.
Pos Landengan Dowo |
Setelah berjalan sekitar 2,5 jam menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kita akan sampai di Watu Rejeng. Kita akan melihat batu terjal yang sangat indah. Kita saksikan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Dari sini kita bisa menuju pos pendakian di Ranu Kumbolo yang masih harus kita tempuh dengan jarak sekitar 2 jam perjalanan.
Ranu Kumbolo terlihat saat kita pertama kali sampai diatas bukit, dan di seberang sana nampak lokasi yang biasa untuk mendirikan tenda. |
Setelah tiba di danau Ranu Kumbolo, disini kita disuguhi pemandangan yang sangat indah, sekeliling danau berjejer bukit yang indah, bahkan jika fajar tiba di selah-selah bukit sebelah timur akan nampak sunrise yang sangat indah, karena matahari akan muncul dari selah-selah kedua bukit itu.
Dan biasanya para pendaki akan betah berada disini, karena tempat ini area yang sangat strategis untuk mendirikan tenda, ditambah banyak terdapat ikan, kadang datang burung belibis liar yang mencari makan disekitar area danau.
Sebagai informasi, danau Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Danau Ranu Kumbolo |
Sunrise di Ranu Kumbolo, jika musim kemarau embun di rumput dan air danau akan membeku, jadi saat matahari terbit seketika akan menguap dengan asap tebal. |
Air danau yang menguap karena terkena sinar matahari |
Nampak dari sebelah kanan danau |
Tepi kanan danau |
Tepi kiri danau |
Menikmati keindahan danau Ranu Kumbolo |
Berjalan meninggalkan Ranu Kumbolo kita akan diawali dengan mendaki bukit terjal, bukit ini oleh para pendaki disebut sebagai tanjakan cinta. Menurut mitos jika pendaki dapat mendaki tanjakan cinta tanpa berhenti sedikitpun dan tidak menengok ke belakang sampai ujung tanjakan, maka cintanya akan abadi selamanya. Tapi menurut saya pribadi, mitos ini hanya simbol yang menggambarkan perjuangan cinta itu memang tidak mudah, dan harus fokus pada satu cinta, tidak boleh menengok-nengok pada pilihan lain.
Tanjakan Cinta |
Ranu Kumbolo terlihat dari atas bukit Tanjakan Cinta |
Kembali ke jalur pendakian, perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak sekitar 5 km yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2-3 jam. Setelah tanjakan cinta, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, yaitu dihadapan kita terbentang sebuah padang rumput luas yang dinamakan Oro-oro Ombo, padang rumput ini dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan. Tetapi jika musim penghujan akan berubah menjadi hamparan hijau menyejukkan.
Dari balik Gunung Kepolo tampak puncak Semeru menyemburkan asap menunjukkan kegagahannya.
Oro-Oro Ombo terlihat dari atas bukit Tanjakan Cinta |
Gunung Kepolo terlihat dari padang rumput Oro-Oro Ombo |
Trek di Oro-Oro Ombo |
Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gunung Kepolo (3.095 mdpl) merupakan hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan.
Pos Cemoro Kandang |
Istirahat di sebatang pohon di Cemoro Kandang |
Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput luas yang disebut Jambangan yang terletak 3.200 mdpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga edelweis. Dari temapt ini tak berapa lama lagi pendaki akan menemukan Pos Kalimati.
Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar Semeru.
Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweis seluas 20 ha, dikelililngi kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah.
Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan pendakian.
Pos Kali Mati |
Puncak Mahameru terlihat dari Kali Mati |
Disini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air dapat diperoleh dari Sumbermani, yaitu pendaki berjalan ke arah barat / kanan menyusuri pinggiran hutan dengan jarak tempuh 1 jam pulang pergi, di tempat ini terdapat tetesan air dari celah batu yang dikumpulkan sehingga membentuk pancuran air.
Edelweis di pinggir jalur Jambangan, sebelum sampai di pos Kali Mati. |
Pos Kalimati - Arcopodo
Setelah istirahat di pos Kalimati, perjalanan dilanjutkan menuju Arcopodo, dengan menyusuri tepian padang rumput, kita berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rum Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Untuk perjalanan ini sebaiknya kita memakai masker dan kacamata.
Sekedar informasi, Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati lereng yang berpasir.
Arcopodo - Puncak Mahameru
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu sekitar 4 jam perjalanan santai, medan yang dilalui adalah lereng berpasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebaiknya semua barang bawaan kita tinggal di Kalimati. Dan pendakian menuju puncak dilakukan sekitar pukul 01.00 dini hari agar kita sampai puncak tepat pada saat matahari terbit (sunrise).
Perjalanan pada dini hari akan lebih efektif dalam menggunakan air. Jika perjalanan pada siang hari, medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut "Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi.
Di puncak Mahameru (Semeru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 – 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Di puncak inilah para pendaki menyematkan dirinya sebagai orang yang mampu mendaki puncak tertinggi di Jawa 3.676 mdpl.
Setelah kita melakukan selebrasi, sebaiknya kita jangan berlama-lama di puncak Mahameru, karena biasanya setelah pukul 10.00wib angin cenderung mengarah ke utara, yang membawa asap dan gas beracun, ini sangat berbahaya bagi pendaki yang masih berada di puncak tersebut.
Setelah turun melalui jalur yang sama, perjalanan turun akan lebih singkat. Sebaiknya kita bermalam lagi di pos Ranu Kumbolo dan perjalanan dilanjutkan keesokan harinya.
Agar perjalanan lebih bervariasi, lebih baik kita memilih jalur turun via Eyek-Eyek. Tetapi jika kondisi tubuh tidak memungkinkan lebih baik lewat jalur Watu Rejeng, karena perjalanan lewat Ayek-Ayek akan mendaki lagi gunung Ayek-Ayek yang terjal.
Jalur Ayek-Ayek
Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menyusuri padang rumput yang sangat luas yang biasa disebut Pangonan Cilik, setelah berjalan sekitar 45 menit menuju gunung Ayek-Ayek, perjalanan akan dihadapkan pada trek yang sangat terjal, bahkan bisa dikatakan lebih terjal dari Tanjakan Cinta, dengan melipir kearah kanan hingga sampai di puncak gunung Ayek-Ayek, dipuncak inilah kita bisa menikmati pemandangan yang sangat indah dan berbeda dari Tanjakan Cinta. Bahkan puncak Mahameru terlihat jelas dari puncak Ayek-Ayek ini.
Di atas sini pula jika kita sedikit menuruni puncak ke arah utara, kita juga sudah bisa melihat pemukiman penduduk di Ranu Pani.
Tapi jangan bergembira dulu, karena perjalanan turun ke Ranu Pani masih memakan waktu yang lumayan lama.
Karena pengalaman saya, setelah melewati ladang sayuran saya kira sudah hampir sampai tapi ternyata jarak dari ladang sampai kampung masih sangat jauh dan melelahkan.
Tips dan info lengkapnya
~Untuk pendakian gunung Semeru ini sekarang sudah menggunakan sistem full online, untuk keterangan lengkapnya silahkan klik web resminya: KLIK DISINI
~Gunung Semeru merupakan masuk kawasan Taman Nasional, jadi kita harus benar-benar ikuti peraturan yang berlaku.
~Jalur menuju puncak Semeru tergolong sangat ekstrim, sebaiknya pakai sepatu yang mumpuni agar perjalanan kita terasa kebih nyaman saat mendaki dengan medan berpasir.
~Perjalanan menuju puncak dari Kali Mati sebaiknya pukul 01.00wib dini hari agar bisa menikmati sunrise tepat di puncak Mahameru. Karena batas waktu berada di puncak maksimal pukul 10 siang. Jika mendekati puncak dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00wib lebih baik urungkan niat ke puncak dan segera kembali ke turun.
~Untuk mendaki gunung Semeru sebaiknya menyewa Porter agar perjalanan menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Karena saat kita mendaki ke puncak dari pos Kali Mati tenda kita ada yang menjaganya.
~Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, mengingat jika musim penghujan disana sering terjadi badai. Waktu yang tepat untuk mendaki biasanya pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September.
~Untuk BAB sebaiknya menjauh dari danau Ranu Kumbolo dan gunakan sistem gali lobang tutup lobang, (tetapi menurut informasi, pada bulan Juni ini disana telah dibangun WC umum) diharap tetap dijaga kebersihannya.
~Jangan lupa sampah wajib dibawa turun kembali. Karena sampahmu adalah tanggung jawabmu.
"Terimakasih semoga bermanfaat..."
=====================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung
Sekedar informasi, Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati lereng yang berpasir.
Pos Arcopodo |
Arcopodo - Puncak Mahameru
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu sekitar 4 jam perjalanan santai, medan yang dilalui adalah lereng berpasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebaiknya semua barang bawaan kita tinggal di Kalimati. Dan pendakian menuju puncak dilakukan sekitar pukul 01.00 dini hari agar kita sampai puncak tepat pada saat matahari terbit (sunrise).
Perjalanan pada dini hari akan lebih efektif dalam menggunakan air. Jika perjalanan pada siang hari, medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut "Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi.
Di puncak Mahameru (Semeru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 – 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Di puncak inilah para pendaki menyematkan dirinya sebagai orang yang mampu mendaki puncak tertinggi di Jawa 3.676 mdpl.
Winarno Binzah di puncak Mahameru |
Ahmad Pajali Binzah di puncak Mahameru |
Batik Binzah di puncak Mahameru |
Gunung Kepolo terlihat dari puncak Mahameru |
Perjalanan turun harus lebih hati-hati, tetap fokus karena jika kita berjalan meleset ke kanan jalur, kita akan tersesat di jurang blank 75. |
Setelah kita melakukan selebrasi, sebaiknya kita jangan berlama-lama di puncak Mahameru, karena biasanya setelah pukul 10.00wib angin cenderung mengarah ke utara, yang membawa asap dan gas beracun, ini sangat berbahaya bagi pendaki yang masih berada di puncak tersebut.
Setelah turun melalui jalur yang sama, perjalanan turun akan lebih singkat. Sebaiknya kita bermalam lagi di pos Ranu Kumbolo dan perjalanan dilanjutkan keesokan harinya.
Agar perjalanan lebih bervariasi, lebih baik kita memilih jalur turun via Eyek-Eyek. Tetapi jika kondisi tubuh tidak memungkinkan lebih baik lewat jalur Watu Rejeng, karena perjalanan lewat Ayek-Ayek akan mendaki lagi gunung Ayek-Ayek yang terjal.
Jalur Ayek-Ayek
Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menyusuri padang rumput yang sangat luas yang biasa disebut Pangonan Cilik, setelah berjalan sekitar 45 menit menuju gunung Ayek-Ayek, perjalanan akan dihadapkan pada trek yang sangat terjal, bahkan bisa dikatakan lebih terjal dari Tanjakan Cinta, dengan melipir kearah kanan hingga sampai di puncak gunung Ayek-Ayek, dipuncak inilah kita bisa menikmati pemandangan yang sangat indah dan berbeda dari Tanjakan Cinta. Bahkan puncak Mahameru terlihat jelas dari puncak Ayek-Ayek ini.
Pertama memasuki jalur Ayek-Ayek dari Ranu Kumbolo |
Padang Rumput Pangonan Cilik |
Padang Rumput terlihat dari lereng Ayek-Ayek |
Batik Binzah dengan background puncak Mahameru |
Di atas sini pula jika kita sedikit menuruni puncak ke arah utara, kita juga sudah bisa melihat pemukiman penduduk di Ranu Pani.
Tapi jangan bergembira dulu, karena perjalanan turun ke Ranu Pani masih memakan waktu yang lumayan lama.
Karena pengalaman saya, setelah melewati ladang sayuran saya kira sudah hampir sampai tapi ternyata jarak dari ladang sampai kampung masih sangat jauh dan melelahkan.
Peta jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo (merah halur Watu Rejeng, kuning jalur Ayek-Ayek) |
Peta jalur pendakian gunung Semeru |
Peta pendakian gunung Semeru *untuk peta diambil dari berbagai sumber. |
Tips dan info lengkapnya
~Untuk pendakian gunung Semeru ini sekarang sudah menggunakan sistem full online, untuk keterangan lengkapnya silahkan klik web resminya: KLIK DISINI
~Gunung Semeru merupakan masuk kawasan Taman Nasional, jadi kita harus benar-benar ikuti peraturan yang berlaku.
~Jalur menuju puncak Semeru tergolong sangat ekstrim, sebaiknya pakai sepatu yang mumpuni agar perjalanan kita terasa kebih nyaman saat mendaki dengan medan berpasir.
~Perjalanan menuju puncak dari Kali Mati sebaiknya pukul 01.00wib dini hari agar bisa menikmati sunrise tepat di puncak Mahameru. Karena batas waktu berada di puncak maksimal pukul 10 siang. Jika mendekati puncak dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00wib lebih baik urungkan niat ke puncak dan segera kembali ke turun.
~Untuk mendaki gunung Semeru sebaiknya menyewa Porter agar perjalanan menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Karena saat kita mendaki ke puncak dari pos Kali Mati tenda kita ada yang menjaganya.
~Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, mengingat jika musim penghujan disana sering terjadi badai. Waktu yang tepat untuk mendaki biasanya pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September.
~Untuk BAB sebaiknya menjauh dari danau Ranu Kumbolo dan gunakan sistem gali lobang tutup lobang, (tetapi menurut informasi, pada bulan Juni ini disana telah dibangun WC umum) diharap tetap dijaga kebersihannya.
~Jangan lupa sampah wajib dibawa turun kembali. Karena sampahmu adalah tanggung jawabmu.
"Terimakasih semoga bermanfaat..."
=====================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung