Saat pertama kali mendengar kapal bersubsidi dari pemerintah diresmikan akhir Januari lalu, yaitu KM Sabuk Nusantara 46 (sekarang diganti Sabuk Nusantara 66), dalam bayangan saya pasti kapal ini sangat ramai diminati oleh para wisatawan khususnya warga Jakarta yang ingin berlibur ke Pulau Seribu. Tapi kenyataannya sudah 6 bulan lebih setelah diresmikan kapal ini tetap sepi peminat. Bahkan perjalanan saya kemarin pas hali libur (17/8/16) tetap saja sepi penumpang, jika dihitung kira-kira tak sampai 50 orang, itupun didominasi oleh pengunjung bapak-bapak yang hoby memancing, bukan wisatawan pada umumnya yang ingin snorkling atau bersantai menikmati pemandangan pantai. Padahal kapasitas daya angkutnya cukup besar yaitu mencapai 114 penumpang beserta 100 ton barang, jadi kalau tanpa muatan barang kapal ini bisa membawa sekitar 250 penumpang, (menurut pandangan saya banyak faktor dan beberapa alasan kenapa kapal ini sepi penumpang, nanti saya ulas di akhir tulisan ini).
Oke, saya disini cenderung ingin membahas perjalanan saya ke pulau Harapan yang notabine pulau terjauh yang di tempuh kapal KM Sabuk Nusantara 46.
Yuukk dimulai saja reviewnya...
Pertama-tama kita harus menuju pelabuhan Sunda Kelapa, karena kapal ini bersandar di pelabuhan tersebut. Lokasinya tepat di samping Batavia Marina.
Untuk mencapai lokasi ini kalau naik kendaraan pribadi dari Kota Tua gedung Fatahilah lurus saja ke utara maka akan mentok sampai di gerbang Pelabuhan Sunda Kelapa, lalu masuk kedalam setelah ada perempatan belok ke kanan, atau tanyakan pada orang disana pasti tau.
Kalau naik angkutan umum dari stasiun Kota naik busway turun di depan pelabuhan Sunda Kelapa.
Bagi yang membawa kendaraan pribadi baik mobil atau motor jangan kuatir masalah parkir, karena sekitar 500m sebelum lokasi kapal bersandar ada tempat parkir yg cukup luas dan aman. Yaitu di depan kantor Syah Bandar, tapi untuk tarif parkir lumayan agak mahal yaitu Rp 20.000,- untuk motor dan Rp 50.000,- untuk mobil. Tapi jika berbarengan bisa didiskon mobil+motor kena Rp 50.000,-
Kantor Syah Bandar, dihalaman kantor ini biasanya penumpang KM Sabuk Nusantara 46 memarkir kendaraannya disini. |
Nomor parkir. |
Sebaiknya sebelum naik kapal persiapkan dulu bekal makanan karena di dalam kapal tidak menyediakan makanan, hanya cafetaria yang hanya menyediakan snack dan minuman ringan. Itupun dengan harga 4x lipat dari harga pasaran.
Buat yang lupa bawa makanan jangan kuatir dulu, karena biasanya disekitar kapal ada ibu-ibu yang menjajakan nasi bungkus, gorengan, kopi dll. Biasanya langganan ibu ini adalah penumpang kapal dan para sopir truk dan ABK.
Penjual makanan keliling yang sering mangkal di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa. Perhatikan spion motornya, bisa sebagai tatakan buat nyeduh kopi. |
Kapal KM Sabuk Nusantara 46 sedang bersandar. |
Untuk masalah tiket, disini tidak ada loket penjualan tiket, jadi sekali datang bisa langsung masuk dan memilih tempat tidur, (karena didalam tidak ada tempat duduk) setelah kapal hendak berangkat barulah ada petugas yang datang menghampiri untuk menjual tiket, persis seperti naik bus Kopaja.
Tiket kapal seharga Rp 15.000,- |
Suasana diatas Kapal. |
Jangan lupa selfie. |
Emaknya pada mabok laut, anaknya tetap asyik bermain. |
Walau harga tiket relatif murah, yaitu Rp 15.000,-perpenumpang tapi untuk fasilitas keselamatan sudah sangat lengkap, baik dari pelapung, perahu darurat, pemadam kebakaran forteble, bahkan fasilitas pendukung sudah sangat nyaman seperti tempat tidur, pendingin ruangan (AC), televisi, cafetaria, toilet, dll.
Cafetaria menyediakan makanan dan minuman ringan. |
Dari kiri: toilet, pemadam porteble, lemari pelampung dan tempat tidur. |
Peraturan dan tata tertib. |
Suasana di dalam kapal, tidak ada tempat duduk tapi disediakan tempat tidur yang lebih nyaman. |
Jangan lupa tidur. |
untuk kecepatan kapal ini memang tergolong lambat, untuk mencapai pulau Harapan membutuhkan waktu hampir 5 jam perjalanan. (waktu tempuh tidak ada patokan tergantung cuaca, karena saat perjalanan pulang kemarin cuma sekitar 4 jam perjalanan). Tetapi kita bosan, kita bisa keluar ruangan untuk menikmati pemandangan, karena sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan gugusan pulau-pulau yang indah dengan hamparan laut yang jernih.
Pemandangan dari jendela. |
Pulau-pulau di sepanjang perjalanan. |
Hamparan laut yang jernih dan dangkal. |
Salah satu pulau disekitar pulau Kelapa. |
Menurut rencana dan jadwal semestinya kapal ini berlabuh di pulau Untung Jawa, pulau Tidung, pulau Pramuka dan pulau Kelapa. Tapi karena beberapa alasan, kapal ini hanya berlabuh di pulau Pramuka dan pulau Kelapa. Karena hanya ada dua pilihan akhirnya saya putuskan turun di pulau Kepala, walaupun rencananya saya ingin ke pulau Tidung.
Setelah perjalanan hampir 5 jam, kita akan sampai di pulau Kelapa, saat kapal bersandar kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menyenangkan, yaitu dermaga sederhana yang berada tepat di depan kantor kecamatan, saat melihat kebawah airnya pun sangat jernih hingga terlihat dasarnya, sangat berbeda jauh dengan laut di Jakarta.
Pemandangan saat pertama kali turun di dermaga pulau Kelapa. |
Saat kita turun dari kapal, mata kita akan dimanjakan dengan hamparan air laut yang jernih yang dipenuhi ribuan ikan, jika dizoom air ini akan terlihat banyak ikan kecil. |
Jika dizoom, foto ini juga berisi ribuan ikan kecil yang berenang di air yang jernih. |
Dari dermaga perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki menuju pulau Kelapa, karena dermaga dan pulau Kelapa dulunya pulau terpisah, yang kedua pulau itu dihubungkan dengan jalan beton sepanjang sekitar 700m.
Setelah berjalan sekitar 5 menit kita akan sampai di pulau Kelapa disini juga terdapat pertigaan, jika ke kiri kita akan memasuki pusat keramaian pulau Kelapa, jika ke kanan kita akan menuju ke pulau Harapan.
Pulau kelapa dan pulau Harapan ini juga dahulunya adalah pulau yang terpisah yang dibangun jalan untuk mempermudah moda transportasi kedua pulau tersebut.
Jalan yang menghubungkan dermaga dan pulau Kelapa, jalan ini disebut jalan kecamatan karena di dermaga terdapat kantor kecamatan. |
Jalan menuju pulau Harapan. |
Di Pulau Harapan tidak banyak lokasi wisata untuk bisa kita nikmati, karena di pulau ini sudah sangat padat oleh rumah-rumah penduduk hingga tak menyisakan ruang terbuka sedikitpun.
Tapi biasanya para wisatawan di pulau Harapan ini hanya transit untuk menyewa homestay, dan wisata sesungguhnya yaitu pulau-pulau disekitarnya.
Tapi untuk sekedar menikmati pantai, di sini juga sudah sangat menyenangkan, selain air nya sangat jernih jika sore atau malam suasanya cukup nyaman untuk jalan-jalan santai. Disini juga tersedia warung makan dan toko kelontong.
Dermaga di pulau Harapan, karena pulau Harapan punya dermaga sendiri yang lebih kecil. |
Di dermaga pulau Harapan ini memang tidak dilalui kapal besar seperti KM Sabuk Nusantara 46 tapi lalu lintas kapal kecil dan perahu nelayan dan wisatawan sangat ramai. |
Menikmati suasana di pantai dengan pemandangan pulau-pulau kecil. |
Jangan lupa selfie. |
Selfie lagiii... |
Selfie boongan, tanpa kamera, hahaa... |
Menikmati sunset dulu... |
Sunset yang berkesan. |
Malamnya pun tetap asyik untuk santai. |
Jangan lupa selfie. |
Istri saya ikut-ikutan selfie, hahaa... |
Gak mau kalah, selfie lagii... haha... |
Di pulau Harapan banyak warung makan, tapi paling enak disini. Rumah Makan pulau Harapan, lokasinya tepat di jalan utama depan dermaga. |
Menunya juga lengkap, dan rasanya pun sadaaappp... |
Jika review dan foto-foto diatas kurang bisa memberi gambaran tentang kondisi keadaan disana secara real silahkan tonton video berikut ini:
Tips dan info tambahan:
• kapal berangkat jam 8 pagi, usahakan satu jam sebelumnya sudah stanby di pelabuhan. Tapi jangan terlalu terburu-buru takut tidak kebagian tiket karena kapal ini jarang full capasity.
Dan menurut pengalaman saya dalam perjalanan kemaren 17/8/16 yang notabine hari libur tanggal merah, kapal tetap sepi dan hanya diisi tak lebih dari 50 penumpang.
• usahakan bawa bekal dari rumah karena di dalam kapal harga makanan dan minumannya sangat mahal.
• bagi yang suka mabuk perjalanan sebaiknya persiapkan obat anti mabuk karena kapal berjalan agak lambat dan bergoyang. Yang memungkinkan penumpang mabuk laut.
• kapal hanya berlabuh di pulau Pramuka dan pulau Kelapa, jadi pertimbangkan dua pilihan tersebut dan jangan berharap bisa melancong ke pulau Tidung atau pulau Pari, nanti bisa kecewa berat. Hahaa...
• untuk jadwal keberangkatan pada hari sabtu, senin, rabo. Sementara jadwal pulang ke Jakarta dari Kepulauan Seribu pada hari minggu, selasa dan kamis, sementara hari jum'at kapal off.
Jadi jika berangkat hari sabtu pulangnya minggu, jika berangkat hari senin pulangnya selasa, jika berangkat hari rabo pulangnya kamis. Semua keberangkatan baik dari Jakarta maupun dari Kepulauan Seribu tepat pukul 08.00wib.
• di pulau Kelapa banyak homestay milik warga setempat dengan harga sewa antara 200-300 ribu permalam, jadi jangan takut kehabisan, karena jumlahnya sangat banyak.
Untuk pengalaman saya kemaren saya menginap di homestay-nya ibu Ida, (nama suaminya) bapak Doyok, Rt 6/Rw 01 no 36 lokasinya yang lumayan nyaman dekat dengan gapura dan rumahnya hanya satu kamar dengan tarif Rp 200.000,- sudah AC, jadi kita tanpa risih karena tidak ada pengunjung lain di homestay ini (satu rumah satu kamar).
Tapi jika rombongan disana banyak homestay yang didalamnya ada 2 kamar (satu rumah dua kamar). Yang biasanya dipatok tarif Rp 300.000,-
• biasanya setiap homestay menawarkan jasa perahu untuk snorkling atau keliling ke pulau-pulau dengan biaya Rp 350.000/perahu.
*****
Masalah KM Sabuk Nusantara 46 jangan kuatir kehabisan tiket, karena menurut info kapal ini jarang terisi penuh oleh penumpang.
Menurut pandangan saya ada beberapa faktor yang membuat kapal ini sepi penumpang:
• kapal tidak berlabuh di pulau Tidung, sementara pulau Tidung adalah pulau yang paling favorit bagi wisatawan. Jadi disini pepatah lama berlaku, semurah apapun produk jika tidak dibutuhkan konsumen maka produk itu tidak akan laku dipasaran, sama halnya dengan kapal ini, walaupun pemerintah sudah mensubsidi 5,9M sehingga tatifnya hanya 15ribu, dengan tujuan untuk meningkatkan industri pariwisata di Pulau Seribu tapi jika jasanya tidak dibutuhkan wisatawan maka jarang wisatawan yang tertarik dan menggunakan jasa tersebut.
• kurangnya informasi kepada masyarakat khususnya warga Jakarta, sehingga sebagian besar masih ragu untuk berwisata dengan kapal tersebut.
• lokasi bersandar di pelabuhan Sunda Kelapa yang notabine pelabuhan angkutan barang (CARGO) sehingga jarang diketahui calon penumpang.
• kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, seperti area parkir, loket pembelian tiket dan dermaga yang nyaman. Sehingga menjadikan nilai minus bagi kapal tersebut.
• banyaknya kapal penyeberangan lain yang menyediakan jasa yang sama, yaitu penyeberangan ke kepulauan seribu, dan mereka memberikan banyak keunggulan yang di tawarkan.
• jarangnya backpacker mania, atau lebih tepatnya wisatawan lebih suka menggunakan jasa agen perjalanan yang sudah dikemas perpaket, dan sebagian besar agen tersebut lebih suka menggunakan kapal ferri atau speedboad yang lebih cepat waktu tempuhnya.
Hal-hal itulah yang kemungkinan besar membuat kapal KM Sabuk Nusantara 46 sampai saat ini tetap sepi penumpang.
Mungkin ini saja review saya tentang perjalanan ke Pulau Seribu dengan KM Sabuk Nusantara 46, semoga bermanfaat dan selamat bertualang...
*****
Revisi karena ada perubahan:
Rabu (24/5) jajaran Kementerian Perhubungan, Pemprov DKI Jakarta serta PT. Pelni (Persero) melakukan Press Confrence Launching KM. Sabuk Nusantara (Sanus 66) rute Sunda Kelapa- Pulau Untung Jawa-Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Kabupaten Kepulauan Seribu untuk mendukung Angkutan Lebaran 1438 H, tahun 2017.
PT. Pelni (Persero) diberi kepercayaan pemerintah dengan penugasan untuk mengoperasikan KM. Sanus 66 yang merupakan pengganti KM. Sanus 46 yang telah dioperasikan pada 28 Januari 2016 lalu. KM. Sanus 66 merupakan satu dari 46 kapal perintis di seluruh Nusantara yang pengoperasianya ditugaskan kepada PT. Pelni (Persero).
Berbeda dengan KM. Sanus 46 yang beroperasi dua hari sekali, KM. Sanus 66 akan beroperasi setiap hari dengan tarif Rp 15.000,- sudah termasuk asuransi. KM. Sanus 66 akan berangkat pada pukul 08.00 dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke Pulau Untung Jawa-Pulau Pramuka-Pulau Kelapa dan Kembali ke Jakarta pukul 16.00 secara reguler atau berjalan setiap hari.
****************************************
****************************************
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung
Menggapai Atap Jawa Tengah...
Gunung-gunung di Jawa Tengah biasanya cenderung mempunyai vegetasi yang terbuka, didominasi padang sabana dan sedikit hutan pinus dibagian kaki gunungnya. Tetapi ada pengecualian untuk gunung Slamet, disini hutannya masih sangat rimbun dan termasuk hutan hujan tropis yang lembab. Jika dipetakan (menurut pandangan saya pribadi) Jawa Tengah termasuk wilayah transisi untuk keadaan hutannya, mulai deretan pegunungan di Petungkriyono ke barat termasuk Gunung Slamet gunung Ciremai terus ke barat Cikurai, Gede-Pangrango, Salak,-Halimun hingga sampai ke pulau Sumatera keadaan hutannya cenderung hutan hujan tropis yang basah, sementara ke timur mulai dari gunung Prau, Sindoro-Sumbing, Merbabu-Merapi, Lawu, Arjuno -Welirang, Semeru dan terus ke timur sampai di Rinjani dan terus hingga ke pulau Komodo, keadaan hutannya cenderung kering dan didominasi padang sabana.
Jadi gunung Slamet termasuk gunung di Jawa Tengah yang mempunyai trek yang cukup adem untuk di daki, dan juga gunung tertinggi kedua di pulau Jawa membuat gunung ini masuk dalam daftar gunung yang ramai dan populer di kalangan para pendaki gunung.
***
Oke, saya disini tidak mau membahas tentang gunung-gunung mana yang paling populer, tatapi saya ingin menjelaskan tentang jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet.
Dan untuk kali ini saya akan mereview perjalanan saya kemaren dalam mendaki gunung Slamet,
Ayoo kita mulai reviewnya,
Sebenarnya untuk mendaki gunung Slamet bisa di tempuh dengan beberapa jalur pendakian, diantaranya:
Via jalur Bambangan,
Via jalur Baturaden,
Via jalur Kali Wadas,
Via jalur Guci,
Via jalur Dipajaya Pemalang,
Dan masih banyak lagi jalur-jalur lain yang bisa dilewati untuk menuju puncak 3.428mdpl ini.
Tapi untuk kali ini saya akan mereview pendakian via jalur Bambangan karena jalur ini dinilai jalur yang paling direkomendasikan.
***
Setelah semua perlengkapan dan perbekalan siap, kami bergegas bersiap untuk melakukan perjalanan ke basecamp Bambangan, karena jarak dari kota kami (Pekalongan) ke Bambangan tidak terlalu jauh, jadi menggunakan motor masih dianggap safety, (tetapi untuk pendakian dengan jarak antar propinsi, menggunakan sepeda motor sangat tidak direkomendasikan karena sangat berbahaya)
Jika kita menggunakan jasa angkutan umum, bisa ditempuh dengan rute transportasi sebagai berikut:
Dari Purwokerto
Dari Terminal Bus Purwokerto naik bus tujuan ke Terminal Bobot Sari. Dari Terminal Bobot Sari di lanjutkan naik kendaraan Angkudes jurusan Bobot Sari - Pratin lewat Goa Lawa. Perjalanan kurang lebih di tempuh 35 menit sampai ke BaseCamp Bambangan.
Dari Jalur Pantura
Lewat Pantura Turun di Pemalang di lanjutkan naik bus jurusan Purwokerto Turun di pertigaan
Desa Karangreja, Purbalingga ( Pertigaan depan Mapolsek Karangreja) Di lanjutkan Naik Angkudes Warna biru telor bebek, langsung ke Basecamp Bambangan.
Dari Jakarta
Dari Jakarta sebaiknya langsung bisa menggunakan bus tujuan Jakarta – Bobotsari (Purbalingga) sehingga tidak perlu transit di terminal Purwokerto / Purbalingga, turun di Serayu. Setelah itu lanjut menggunakan angkotan umum menuju ke Desa Bambangan. Atau jika naik kereta bisa turun di stasiun Purwokerto atau stasiun Pemalang, lalu dilanjut naik angkutan seperti yang sudah saya jelaskan diatas.
Dari Jogja / Surabaya
Dari Jogja atau Surabaya bisa transit terlebih dahulu di terminal Purwokerto setelah itu akses menuju Basecamp Bambangan Gunung Slamet bisa mengikuti arahan yang sudah dijelaskan diatas.
Catatan: sebaiknya sampai di terminal Purwokerto atau di pertigaan Serayu jangan sampai melewati jam 6 sore, karena trayek angkutan umum tidak sampai malam. Jadi intinya jangan sampai kemalaman di jalan.
Start go...!!! |
Oke kita lanjut ke topik, karena perjalanan kami menggunakan sepeda motor, jadi kami memilih belanja logistik di pasar Pulosari, selain pasar ini mudah dijangkau karena banyak pedagang sayur yang berjualan di pinggir jalan jadi kami tak perlu repot-repot parkir motor untuk belanja, dan juga pasar ini cenderung lebih lengkap dibanding pasar Pratin.
Tapi jika menggunakan angkutan umum, biasanya para pendaki akan memenuhi kebutuhan logistiknya di pasar Pratin.
Saya di depan pasar Pulosari. |
Jangan lupa nawar, biar kaya' emak-emak... haha... |
Setelah lama melakukan perjalanan, sesampainya di basecamp Bambangan kita akan disambut oleh beberapa petugas yang ramah dan siap memberikan informasi tentang pendakian ke gunung slamet. Disini kita diwajibkan mendaftarkan diri dan mengisi data diri serta meninggalkan kartu identitas. Demi keamanan kita dalam mendaki.
Untuk biaya restribusi dikenakan tarif Rp 5.000,-/orang. Sementara yang membawa motor dikenakan tarif parkir Rp 10.000,-/motor.
Pose di basecamp. |
Jangan lupa isi data diri dengan lengkap. |
Di sekitar basecamp ini banyak terdapat warung-warung makan yang menyajikan makanan untuk para pendaki dengan harga yang relatif murah. Karena menurut pengalaman kami, untuk cara penyajiannya kita dipersilahkan ambil sendiri dengan porsi sesuka hati. harganya pun sudah dipatok murah, jika lauk telur Rp10.000,- jika lauk ayam Rp 12.000,-
Untuk masalah menginap jangan kuatir, di basecamp menyediakan tempat untuk tidur, dan di warung-warung ini juga menyediakan ruang tamunya untuk istirahat para pendaki. Dan perjalanan kali ini saya memilih tidur di warungnya bu Kuat, tepat didepan basecamp. Selain tempatnya luas dan bersih, disini cenderung lebih kondusif dan tidak sebising di basecamp. Dan paginya pun mudah untuk mengisi perut alias sarapan di warung tersebut.
Ngobrol santai di depan warungnya bu Kuat. Sebatang rokok dan segelas teh hangat cukup membuat rilex suasana. |
Jangan lupa isi perut... hahaa... |
Untuk melakukan start pendakian sebaiknya dilakukan sepagi mungkin, antara jam 6-8 pagi, tentunya setelah selesai sarapan. Karena selain energi kita masih full, juga untuk menghindari terik panas matahari, karena perjalanan dari basecamp ke pos 1 memakan waktu sekitar 3 jam, dan medannya masih cenderung terbuka. jadi jika start jam 8 maka kita akan sampai pos 1 sekitar jam 11 siang, maka saat panas mulai terik kita sudah melewati pos 1 dan memasuki hutan alam yang sangat lebat yang cenderung adem.
Pose sebelum mendaki, biar kaya' kekinian, Hehe... |
Ini dia gerbang yang fenomenal itu... |
Setelah memasuki gerbang kita akan langsung melewati jalur dengan kiri-kanan ladang penduduk. Sekitar satu jam berjalan kita akan sampai di pos bayangan, yaitu sebuah area yang sering digunakan untuk istirahat karena disini terdapat warung-warung sederhana.
Trek pertama melewati ladang penduduk. |
Pos bayangan, banyak warung-warung semi permanen. |
Dan perjalanan dilanjutkan menyusuri hutan pinus yang cukup teduh. Setelah berjalan sekitar 2,5 jam dari basecamp kita akan sampai di pos 1. Disini disebut juga pos gardu pandandang karena terdapat selter dengan view yang cukup indah untuk melihat hamparan ladang penduduk dan pemukiman penduduk dari kejauhan, serta bukit-bukit nan hijau.
Saya di pos 1 |
Suasana di pos 1. |
Dari pos 1 perjalanan dilanjutkan memasuki hutan alam yang masih sangat lebat, walau treknya semakin menanjak namun suasana sangat adem karena sinar matahari jarang mampu menembus kanopi hutan hujan tropis ini.
Trek yang tertutup dengan kanopi hutan hujan tropis yang cenderung adem. |
Suasana pos 2, ada 3 pedagang yang menjajakan makanan dengan lapak sederhana, tanpa bangunan bahkan tanpa atap, hanya meja dan bangku dari kayu yang ditata sedemikian rupa. |
Selfie dulu di pos 2, Pondok Walang. Dan di belakang sana ada cahaya matahari yang menembus dari sela-sela dedaunan. Saya pun langsung berfoto-foto disana. |
Ini hasil jepretannya. |
Pos 3 , disini tidak ada selter. |
Dari pos 3 ke pos 4 membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, dan dari pos 4 ke pos 5 juga membutuhkan waktu 1,5 jam. Di pos 5 terdapat selter dan ada pedagang disana yang menggelar dagangannya berupa gorengan, nasi bungkus, kopi dll. Di pos 5 terdapat aliran sungai yang bisa dimanfaatkan untuk menambah persediaan air. Aliran sungai ini berada disebelah kiri selter dengan menuruni jalur setapak yang cukup curam sekirat 5 menit.
Memasak ala pendaki, lokasi: pos 5 |
Setelah melewati pos 5 vegetasi cenderung terbuka dan pepohonan cenderung pendek. Hutan disini disominasi sengon gunung, akasia, edelweis dan semak belukar. Jarak dari pos 5 ke pos 6 hanya 25 menit, dan di pos 6 ini tidak ada selter atau tanah lapang, hanya tanah datar yang bisa digunakan untuk beristirahat. Jarang para pendaki mendirikan tenda disini.
Pos 6, hanya untuk istirahat jarang ada pendaki yang mendirikan tenda disini. |
Dari pos 6 ke pos 7 membutuhkan waktu tempuh hanya sekitar 20 menit. Di pos 7 terdapat selter dan tanah datar yang cukup untuk mendirikan tenda sekitar 5 - 10 tenda. Biasanya pendaki mendirikan tenda disini karena jarak menuju ke puncak tidak terlalu jauh.
Pos 7, ada selter dan disekitarnya bisa untuk mendirikan belasan tenda. |
Selter di pos 7. |
Dari pos 7 ke pos 8 hanya membutuhkan waktu tempuh 15 menit. Di pos 8 ini vegetasi mulai gersang, didominasi pohon edelweis dan semak belukar, dari sini trek menuju puncak yang cadas juga mulai kelihatan.
Pos 8, hanya untuk istirahat tidak ada lokasi untuk mendirikan tenda. Hanya tanah datar yang sempit. |
Setelah sekitar 30 menit berjalan melewati semak dan pohon-pohon edelweis yang tumbuh disepanjang jalur, kita akan sampai di batas vegetasi, batas antara pepohonan dan jalur batu merah yang cadas. Yaitu pos 9 atau sering disebut pos Palawangan. Dari sini puncak sudah mulai terlihat namun jalurnya sangat ekstrim.
Pos 9, Palawangan. Batas Vegetasi. |
Saya sedang istirahat di batas vegetasi. |
Trek menuju puncak dengan bebatuan terjal. |
My shoes @ Batu Merah trek. |
Dan setelah hampir 2,5 jam perjalanan mendaki menapaki jalur batu yang ekstrim, sampailah kita di puncak tertinggi gunung Slamet 3.428 mdpl.
Rasa lelah, letih dan peluh dalam perjalanan pendakian ini akan terbayar jika kita sudah menginjakkan kaki di atap Jawa Tengah ini. Hamparan gigir kawah yang megah membentang mengitari kawah yang sangat luas. Pemandangan daerah-daerah sekiatnya juga nampak jelas.
Jika cuaca bersahabat, kita bisa menyaksikan kawahnya yang khas kehijau-hijauan. Di puncak ini kita juga bisa merasakan seperti berada di planet Mars. Karena di puncak ini terdapat hamparan pasir yang luas (segoro wedi) dan kepulan-kepulan asap belerang.
Alhamdulillah sampai di atap Jawa Tengah. Sebagai seremonial saya memegang plat penanda puncak ini. |
Sahabat saya Ahmad Dawam juga ikut-ikutan foto sambil memegang platnya. |
Dan bendera Batik Binzah pun dikibarkan. |
Lagi-lagi sahabat saya Ahmad Dawam juga ikut-ikutan mengibarkan. Hahaa... |
Tidak mau ketinggalan saya pun mengibarkan lagi. Lebih tinggi... hahaha... |
Tips dan info lengkap tentang pendakian gunung Slamet:
• untuk mencapai basecamp banyak angkutan umum yang mudah kita jumpai, baik dari terminal Purwokerto maupun dari arah utara yaitu Pemalang, namun sebaiknya jangan sampai sore hari, karena trayek angkutan disini hanya sampai jam 6 sore.
• bagi yang membawa kendaraan pribadi (mobil atau pun motor) di basecamp terdapat parkir yang cukup untuk menampung sekitar 50 motor dan 5 mobil. Namun jika sudah penuh banyak pemuda setempat yang menawarkan tempat parkir yang lokasinya tak jauh dari basecamp.
•untuk pendakian gunung Slamet belum menggunakan sistem kuota, jadi kita tidak perlu booking terlebih dahulu, kecuali untuk 17 agustus karena petugas biasanya membatasi kuota pendaki untuk mengantisipasi membludaknya jumlah pendaki yang masuk.
• untuk logistik kita bisa belanja di pasar Pratin, tapi sebaiknya sampai dipasar pagi atau siang hari, karena kalau sudah sore pasar sepi dan sudah banyak yang tutup. Jadi sebaiknya jika waktu tidak memungkinkan berbelanja sayuran dan kebutuhan logistik dipenuhi di pasar lain.
• di daerah pasar Pratin juga susah ditemui konter penjual pulsa atau mesin ATM jadi untuk masalah ponsel (seperti butuh power bank, tongsis, beli kartu perdana atau isi pulsa) kita harus turun ke pasar Pulosari atau ke Moga, begitu juga dengan urusan perbankan dan ATM.
• untuk masalah menginap kita bisa tidur di basecamp karena disini menyediakan tikar yang cukup luas untuk tidur puluhan pendaki, namun jika di basecamp terlalu ramai dan bising kita bisa menginap di warungnya bu Kuat tepat di depan basecamp, disini cenderung lebih bersih dan nyaman.
• di basecamp tersedia fasilitas tolet untuk keperluan MCK, namun berbayar dan dikenakan tarif 2rb rupiah. Jadi sediakan uang receh yaa...
• jika hendak mendaki sebaiknya start perjalanan sepagi mungkin, karena jika siang terik matahari akan sangat menyengat, karena perjalanan dari basecamp ke pos 1 jalurnya cenderung terbuka dan melewati ladang penduduk. Dan juga untuk mengantisipasi agar kita sampai di pos 5 atau pos 7 sebelum hari gelap, karena biasanya jika sudah kemalaman di pos 5 cenderung sudah penuh dengan tenda-tenda pendaki lain, jadi jangan sampai telat yaaa... nanti bisa gak kebagian lokasi untuk mendirikan tenda, kalaupun masih ada gak bisa memilih temoat yang nyaman sesuka hati.
Oohh iyaa waktu di pos 5 kemaren, setelah saya hitung semua tenda yang telah berdiri disana yang penuh sesak itu, ternyata disana maksimal memuat 30 tenda. Itupun sampai nyempil-nyempil ke semua penjuru disekitar selter pos 5.
• lokasi yang strategis untuk mendirikan tenda adalah di pos 5 dan pos 7. Itu sesuai prioritas, kalau prioritas kenyamanan memasak dengan melimpahnya air sebaiknya ngecamp di pos 5. Tapi jika prioritasnya sunrise pas di puncak sebaiknya ngecamp di pos 7 karena jarak sudah tidak jauh lagi, konsekuensinya persediaan air sepenuhnya diambil dari pos 5.
Kalau ditanya kenapa tidak ngecamp di pos 8 atau 9 saja yang notabine makin dekat ke puncak, jawabannya di pos 8 dan 9 sedikit area untuk mendirikan tenda dan vegetasinya sangat terbuka, resiko terkena terpaan angin sangat tinggi.
• untuk pendakian muncak, sebaiknya semua perbekalan ditinggal dalam tenda, cukup membawa air minum dan snack secukupnya. Dan menurut saya pribadi meninggalkan tenda dalam keadaan kosong di jalur gunung Slamet masih tergolong aman. Tapi jika kuatir terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, bisa salah satu teman kita untuk berjaga di tenda dan tidak ikut muncak.
• untuk yang mendirikan tenda di pos 5 jika ingin sunrise di puncak sebaiknya berangkat sebelun jam 2 dini hari. Tapi jika ngecamp di pos 7 bisa mulai jam 3an.
• menurut petugas basecamp, di puncak tidak diperkenankan berlama-lama, maksimal 1 jam. Dan dibatasi sampai pukul 10.00wib. Jadi usahakan sampai puncak sebelum jam 9 pagi supaya kita bisa menikmati suasana puncak lebih lama.
• konstur bebatuan di puncak merupakan bentuk bebatuan labil atau mudah longsor, jadi saat melakukan selebrasi hendaknya jangan berlebihan, jangan berselfie yang terlalu ekstrim dan tetap safety first.
• jangan lupa sampahmu tanggung jawabmu. Semua sampah non organik wajib dibawa turun. Karena dari pihak basecamp telah memberikan kantong sampah. Dan di basecamp akan dicek bawaan sampahnya.
Demikian ulasan saya tentang pendakian gunung Slamet Jawa Tengah, semoga bermanfaat...!!!
Selamat Bertualang...!!!
Salam lestari dari saya, Ahmad Pajali Binzah.
===================================
===================================
Oiya untuk review yang lebih real, silahkan tonton video berikut ini:
===================================
===================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung