Petungkriyono, Menjelajahi Detail Demi Detail keindahannya

Petungkriyono, mungkin bagi sebagian orang masih asing didengar, tetapi bagi masyarakat Pekalongan dan sekitarnya, khususnya buat saya sendiri yang asli Pekalongan, nama Petungkriyono sudah tak asing lagi di telinga. Karena tempat ini sudah menjadi salah satu tujuan wisata di Pekalongan, bahkan akhir-akhir ini nama Petungkriyono mulai dikenal luas.

Menurut informasi dari data Pemerintah, Petungkriyono merupakan daerah pegunungan dimana sebagian wilayah merupakan daerah dataran tinggi kawasan Dieng bagian utara. Luas wilayah 7.358,523 Ha yang sebagian besar adalah hutan Negara seluas 5.189,507 Ha (84%). Luas pemukiman hanyalah 119,652 Ha (16 %) dari luas wilayah. Kecamatan Petungkriyono secara geografis terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Pekalongan dengan batas :

Utara : Kecamatan Talun
Selatan : Kecamatan Wanayasa Kab. Banjarnegara.
Timur : Kec. Bandar Kabupaten Batang.
Barat : Kecamatan Lebakbarang.

Hutan Petungkriyono juga termasuk daerah kawasan lindung terbaik di Jawa Tengah, selain karena hutannya yang masih sangat luas, disini juga terdapat hutan yang benar-benar masih alami, bisa dikatakan hutannya masih perawan. Juga kontur topografinya yang berbukit-bukit, yang menjadikan kawasan ini terlindungi dari tangan-tangan jail manusia.

Agar lebih mengerti apa itu arti kawasan lindung, mungkin penjabaran dibawah ini sedikit memberikan wawasan kepada kita.

Hutan lindung (protection forest ) adalah
kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya --terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah-- tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya.

Sedangkan kawasan lindung memiliki pengertian yang lebih luas, di mana hutan lindung tercakup di dalamnya. Keppres no 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menyebutkan[3] :
„Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.“

Oke, terlepas dari data pemerintah tentang wilayah Petungkriyono, saya disini ingin membahas tentang asyiknya bertualang menjelajah jengkal demi jengkal bumi Petungkriyono, detail demi detail keindahan alam Petungkriyono. Semua akan saya rangkum dalam artikel ini.

***

Yuukk kita mulai...!!!
Untuk mencapai kecamatan Petungkriyono, ada dua sarana tranportasi, naik angkutan umum dan kendaraan pribadi.
Untuk angkutan umum, dari terminal Pekalongan naik bus Binatu jurusan pasar Doro, dari pasar Doro dilanjutkan naik mobil bak terbuka menuju kecamatan Petungkriyono.

Tapi kali ini saya ingin membahas tentang petualangan dengan kendaraan roda dua, alias naik motor atau sering disebut touring.

Dari terminal Pekalongan berkendara selama kurang lebih 25 menit kita akan sampai di pasar Doro.

Jalan dari kota Pekalongan menuju pasar Doro

Setelah sampai di pasar Doro sebaiknya kita belanja makanan kecil atau cemilan jajanan pasar, karena di pasar Doro ini termasuk pasar tradisional jadi banyak dijumpai pedagang-pedagang jajanan pasar.

Pasar Doro

Dan perjalanan saya kemarin mampir ke pasar ini untuk belanja jajanan pasar seperti, klepon, nogosari, ketan, wajik, lepet, puci-puci, awuk-awuk, rempeyek, semangka, DLL. (Habis 25 ribu udah dapet banyak). Dan jangan lupa untuk menghemat budget sebaiknya membeli air minum, rokok dan barang-barang lain disini, karena tentunya semakin memasuki daerah pedalaman dan mendekati objek wisata tentunya semua barang akan menjadi lebih mahal.
Kecuali kalau kita mempunyai pola pikir ingin memberi pendapatan pada penduduk lokal. Itu tergantung individu masing-masing.

Setelah selesai berbelanja, perjalanan dilanjutkan mengikuti jalan aspal ke arah selatan, melewati perkebunan karet milik perhutani. Setelah berkendara sekitar 10 menit sampailah kita di pertigaan jalan, jika ke arah kiri menuju perkebunan teh Jolo Tigo, sedangkan lurus ke arah Petungkriyono, dan di pertigaan inilah terdapat gerbang kawasan lindung Petungkriyono.

Plang petunjuk jalan  sebelum pertigaan gerbang rimba


Gerbang rimba, kawasan lindung


Tepat dibawah gerbang ada plang peringatan


Setelah memasuki gerbang kawasan lindung, kita akan melalui jalan aspal dengan kiri-kanan jalan berupa hutan belantara yang masih terjaga keasriannya, dan bisa dikatakan hampir tak tersentuh tangan manusia, karena disepanjang jalur ini tidak diperbolehkan siapapun untuk memanfaatkan hutan sebagai lahan perkebunan atau ladang, apalagi berburu binatang liar.
Jika kita beruntung, kita bisa melihat kera-kera yang bergelantungan di dayang pohon-pohon, suara burung dan bunyi-bunyian serangga khas pegunungan juga akan selalu kita dengar berdering-dering sepanjang perjalanan.
Menurut informasi, hutan Petungkriyono ini termasuk habitatnya macan kumbang atau macan tutul.

Keadaan jalan setelah memasuki kawasan lindung


Di beberapa lokasi, sinar matahari jarang tembus ke lantai jalan


Plang peringatan di pinggir jalan, di tengah-tengah rimba


Jalan yang membelah hutan belantara


Jalan yang berkelok


Selama perjalanan kita akan jarang menemui tempat yang agak lapang dan terang, karena selain kanan jalan terdapan jurang (jalan selalu melipir punggungan) juga karena biasanya pohon-pohon belukar menutupi pinggir jalan, tetapi biasanya beberapa minggu sekali petugas akan rutin membersihkan tepian jalan.
Tetapi untuk keseluruhan kondisi jalan selalu dalam keadaan baik dan layak dilalui baik motor maupun mobil roda empat ukuran sedang. (Bus dan truk besar tidak memungkinkan lewat sini)

Hanya di titik tertentu bahu jalan yang lebar

Parkir dulu mumpung ada tempat yang luas

Setelah berjalan kira-kira 10 menit dari gerbang kawasan lindung kita akan sering menemukan air terjun kecil jika saat musim penghujan airnya akan deras namun jika kemarau biasanya debitnya akan kecil. Kita juga bisa berhenti sejenak untuk istirahat lagi, tetapi untuk mobil akan sulit parkir karena bahu jalan sangat sempit.

Air terjun pertama yang kami temui di pinggir jalan yang masih teraliri air


Air terjun mini dua tingkat

Biarpun mini tetap oke buat background selfie


NarsiZz dulu


Air terjun mini yang kedua


Kalo musim penghujan, debit air tentunya akan lebih besar dan lebih deras

Karena perjalanan kami kebetulan pada musim kemarau, jadi beberapa air terjun mini dalam keadaan kering, cuma ada tiga yang masih teraliri air. Tapi jika musim penghujan perjalanan akan lebih menyenangkan karena disepanjang jalan kita akan sering menemui air terjun mini.

Setelah berkendara sekitar 25 menit melewati rindangnya hutan belantara, kita akan menemui gapura kecil disebelah kiri-kanan jalan, yang menandakan batas hutan alami, dan dilanjutkan memasuki hutan perkebunan atau ladang penduduk.

Gapura rimba


Hutan pinus, yang tak serimbun hutan belantara


Air terjun ke tiga, tapi airnya sudah mulai tiris


Persawahan penduduk yang berbatasan dengan hutan belantara, yang dipisahkan oleh sungai dibawahnya

Terasering, tetap indah walau belum musim tanam


Persawahan yang berbatasan dengan hutan alam

Setelah melewati batas hutan lindung, dan melewati pekebunan dan ladang, kita bisa istirahat di salah satu warung kopi tradisional asli Petungkriyono. Bahkan di pinggir-pinggir jalan banyak yang menjajakan kopi bubuk asli olahan kampung daerah setempat dengan diolah secara tradisional, yang diberi brand "Owa Jawa". Menurut informasi sebagian keuntungan akan didonasikan untuk pelestarian Owa Jawa dan binatang-binatang lainnya yang dilindungi.

Dan di warung kopi sederhana ini, juga dijadikan sebagai basecamp RIVER TREKKING, sebuah wahana petualangan air jeram dengan menggunakan ban besar dan pelampung badan, untuk menyusuri keeksotisan suangai Welo dengan panjang trek 2km dan waktu tempuh 2-3 jam.
Tapi karena keterbatasan waktu, kami tidak bisa mencicipi serunya petualangan air ini. Hanya sempat berbintang dengan guide-nya saja.

Warung kopi sederhana, pas buat santai

Kopi asli produksi warga lokal


Ngopi sambil nyemil jajan pasar, yang kami beli dipasar Doro. Jangan semua jajan dikeluarin, nanti yang punya warung tau, coz disini cuma beli kopinya aja... hehehe...


Ngopi sambil menikmati pemandangan


Pelapung untuk wahana petualangan air


Poster River Trekking

Setelah beristirahat dan melanjutkan perjalanan kita akan memasuki perkampungan penduduk. Dan biasanya jarak dari kampung ke kampung sangat jauh dan di pisahkan ladang atau bukit.

Kampung yang diapit sawah dan hutan perbukitan


Numpang narsiZz dulu


Biarpun sawah, tapi diseberang sana tetap hutan belantara

Persawahan penduduk, jika musim penghujan atau musim tanam akan terlihat lebih hijau

Setelah melewati kampung demi kampung, sawah demi sawah kita akan sampai di pertigaan kecamatan Petungkriyono, dan 500m sebelum kecamatan kita bisa berhenti sejenak menikmati gardu pandang. Dari gardu pandang ini kita bisa menikmati pemandangan pemukiman disekitar kecamatan yang sudah lumayan ramai dan padat. Dan deretan pegunungan yang berbukit-bukit. Tapi sayangnya gardu pandang ini agak kurang terawat karena memang usianya sudah sekitar 10 tahunan. Jadi pemandangannya juga sudah tertutup pepohonan karena pepohonan disekitarnya memang sudah besar-besar.

Plang petunjuk jalan ke gardu pandang


Perjalanan menuju gardu pandang


Gardu pandang


View dari gadu pandang

Pemukiman penduduk jika dilihat dari atas

Setelah santai sejenak di gardu pandang dan menikmati pemandangan yang tersaji, kita bisa melanjutkan perjalanan ke pusat kecamatan Petungkriyono yang tak jauh dari sini. Di kecamatan terdapatnya kantor polisi, masjid, warung-warung, pertokoan, dan di pertigaannya terdapat tugu monumen perjuangan.

Petunjuk jalan di pertigaan kecamatan


Kantor polisi kec. Petungkriyono


Tugu di pertigaan kecamatan Petungkriyono


Jika kita hendak ke puncak Kendalisodo, setelah melewati pertigaan kecamatan kita ambil ke kiri. Disana akan ada gang kecil yang ada plang penunjuk jalan menuju puncak gunung Kendalisodo. Dan di kampung ini juga terdapat basecamp-nya.
Puncak Kendalisodo merupakan puncak tertinggi di pegunungan Petung Kriyono, juga termasuk puncak tertinggi di Pekalongan. Untuk mencapai puncak tersebut kita membutuhkan waktu kurang lebih 1jam pendakian.

Basecamp pendakian ke puncak Kendalisodo


Hutan yang berbukit


Puncak Anoman Kendalisodo


Tapi jika kita mau menuju tempat wisata air terjun curug Muncar dan curug Bajing dari pertigaan kecamatan perjalanan dilanjutkan ke arah kiri mengikuti petunjuk jalan yang sudah tersedia.
Setelah berkendara sekitar 500 meter kita akan menjunpai lagi pertigaan lagi, disana ada plang petunjuk jalan, jika lurus ke arah bumi perkemahan dan wisata kebun stroberi, sedangkan ke kiri kearah curug Muncar dan curug Bajing.
Karena pertimbangan waktu kami memilih menuju curug Bajing dan curug Muncar. Karena dulu kami juga sudah pernah berkunjung ke kebun stroberi. Jadi untuk kali ini kami fokus ke air terjun.

Perjalanan ke lokasi wisata air terjun, kita akan disuguhi pemandangan ladang-ladang penduduk yang didominasi sayur-sayuran seperti tomat, kol, cabe, wortel, kentang, DLL. Kita juga bisa menikmati padang rumput yang indah serta bukit-bukit yang hijau.

Padang Rumput yang ditengah-tengahnya terdapat sungai kecil


Ladang dan perbukitan

Setelah perjalanan kurang lebih 15 menit dari pertigaan kecamatan, kita akan sampai di pintu masuk wisata air terjun Curug Bajing.

Pintu masuk wisata curug Bajing


Curug Bajing dari kejauhan, jika musim penghujan suasana akan nampak lebih hijau dan asri


Saung dengan background curug Bajing


Jembatan bambu


Curug Bajing dari dekat


Siap meluncur lagi ke curug Muncar

Untuk melihat keindahan jengkal demi jengkal curug Bajing silahkan KLIK DISINI

Setelah dari curug Bajing, perjalanan kami langsung ke curug Muncar yang tak jauh dari sini. Kurang lebih 15 menit perjalanan naik motor.

Curug Muncar terletak di lereng gunung Ragajambangan, tepatnya di desa Curugmuncar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan.

Jalur menuju curug Muncar


Jembatan ikon curug Muncar


NarsiZz dulu


Aliran air dari curug Muncar


Curug Muncar jika dilihat dari atas


Berfoto dengan background air terjun

Demikian ulasan saya tentang Petungkriyono, semoga bisa menjadi referensi bagi teman-teman yang ingin melancong ke daerah pegunungan Petungkriyono ini...

Selamat bertualang....


=====================================

BACA JUGA:

*****

Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post

24 comments:

  1. Bagus sekali pemandangannya, pengen mencoba saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yupz, menjelajahi Petungkriyono dijamin akan memberi kesan dan pengalaman yg berbeda...
      Yuukk dicoba bertualang kesana... dijamin seruu... hehee...

      Delete
  2. mantap gan.. btw boleh minta foto untuk wahan welorivernya ga gan?
    thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena keterbatasan waktu perjalanan kami saat itu tidak mencoba rivernya. Jadi hanya melihat2 aktifitas disana aja...

      Delete
  3. Bagus banget deskripsi penulisannya. Adanya foto2 membuat semuanya semakin jelas dan 'nyantol' di kepala pembaca dan jadi tertarik untuk meluncur kesana.terimakasih banyak... Berangkaaatttt...

    ReplyDelete
  4. menarik artikelnya, terima kasih sudah berbagi. Saya jadi kangen untuk ke Petung lagi. 25 tahun yang lalu, saya beberapa kali ke daerah ini, bahkan saya penelitian tentang Aren di Kasimpar. Dulu, belum sempat menjelajah ke sejumlah tempat di sana, Menuju ke petung, lewat Banjarnegara (Simega atau Gumelem) atau lewat Doro-Sokokembang, saat itu masih harus jalan kaki, bahkan tengah malam. Terima kasih untuk ceritanya.

    ReplyDelete
  5. Hehhee... sama2, sudah berbagi pengalamannya 25 tahun yg lalu...
    Sekarang Petung sudah bnyk perubahan...
    Banyak titik2 tertentu yg sudah dijadikan obyek wisata untuk umum...
    Seperti air terjun, rafting, kebon strowbery, camping ground, puncak2 bukitnya dll...
    Memang sekarang tak sealami dulu, tapi tentunya Petung tetap indah dan asri... hehhee..

    ReplyDelete
  6. Bangga jadi orang petungkriyono. Terimakasih gan sdh mmbentu mempublikasikan petungkriyono

    ReplyDelete
  7. Kalau ke petungkriyono lagi bisa mampir ke rumahku. Hehehehehehe pintu terbuka lebar untuk njenengan. Bisa hbngi aku 2BE42B78

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih banyak brother....
      Insya'Allah kalo ada waktu silaturohmi kesana lagi... coz skrg domisili di Jakarta... :D

      Delete
  8. kalau river trekking berapa yah biayanya gan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh, maaf kebetulan oerjalanan kematen saya juga tidak mencoba dan tanya2 tentang river...
      Jadi saya kurang tau tentang biayanya mas...

      Delete
  9. mantep tenan saiki petung..........

    ReplyDelete
  10. tapi tempatnya lewat hutan gitu,aman gak takut ada begal atau rampok.pengen kesana tapi takut membayangkan jalanan yang sepi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya'Allah aman... dan selama ini tidak pernah terjadi ataupun terdengar kabar yg kurang baik...
      Tapi tetap saja sebaiknya perjalanan dilakukan pagi sampai sore hari (max, maghrib)...
      Karena intensitas lalu lalang kendaraan yg lewat cukup bnyk...
      Kalau malam hari biasanya jarang ada yg lewat, kalaupun ada pasti hanya penduduk setempat...
      Semoga membantu... :)

      Delete
  11. bagus keindahan hutan dan alamnya daerah situ memang masih terjaga. share juga fot hutan lindung yg daerah paninggaran itu gan. thanks

    ReplyDelete
  12. Maaf mas.. Basecamp PPGP bukan basecamp pendakian kendalisodo.. Itu di cokrowati, Klo kendalisodo dr kecamatan ambil kiri masih naik lagi.. CMIIW

    ReplyDelete
  13. Makasih atas masukannya mas, sekarang sudah saya revisi, maaf sebelumnya ada sedikit kesalahan, karena waktu itu untuk mempersingkat waktu, team kami dibagi menjadi dua team, tiga orang ke puncak Kendalisodo, sementara saya dan yang lainnya menuju lokasi wisata air terjun...
    Sekali lagi Makasih, telah mampir ke blog ini... :)

    ReplyDelete
  14. Reportase yg 'menggugah' buat saya yg asli pekalongan tapi 'hanya' nyampai di jolotigo di tahun '80an. Pengin sgra kesana bareng permaisuri ku yg suka adventure ke pegunungan. Trims sob...

    ReplyDelete
  15. cara bikin blog tampilan bgus gmn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha wong punyaku saja masih ala kadarnya kok...
      menurutku penampilan memang penting, tapi lebih penting lagi isinya... hehee...

      Delete
  16. Petaka terjadi dihutan ini.dari dieng kesasar sampai daerah ini sampai jam 9 malam.hujan lebat,gelap,tdk pakai mantol.cuma berboncengan dgn istri dan anaku cewek umur 7thn.ditambah crash ditengah hutan krn panik. semua berdarah2.tidak ada 1 orangpun yg bs dimintai pertolongan.untung motor sy bs menyala lg.dan kami lanjutkan perjalanan dengan badan terasa sakit semua.akhirnya saya menemukan jalur pantura.sungguh senangya.akhirnya perjalanan km lanjutkan sampai weleri. Dan mencari klinik utk obati luka2 kami.pengalaman yg tak pernah lupa

    ReplyDelete

recent posts