[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati Di Gunung (ending)

Untuk cerita sebelumnya KLIK DISINI


Hari itu Putri seharian membantuku di warung bakso yang aku miliki.
Dan malamnya saat semua telah beres, Putri mengajakku jalan-jalan.
Dengan mobil honda jaz warna merah, Putri mengajakku berkeliling kota, dan kami pun istirahat dan ngobrol santai di Kota Tua.

"Put, kenapa sih kamu mau membantuku hari ini, dan aku perhatiin kamu juga sangat antusias...???" Tanyaku disela-sela obrolan.
"Karena prinsip hidupku kalau mengerjakan sesuatu gak boleh setengah-setengah..." jawabnya simpel.

***

Malam itu dia menceritakan panjang lebar tentang latar belakangnya, mulai dari pernikahan kedua orang tuanya, ayahnya yang orang chinese dan ibunya yang orang Jawa. Dia dibesarkan di keluarga yang harmonis.
Hingga disuatu hari, saat Putri usia 14 tahun ayahnya meninggal, saat itu ibunya sedang mengandung anak kedua, tapi dengan tekat dan ketulusan seorang ibu, ia terus berjuang membesarkan anak-anaknya sendiri. Saat itu toko peninggalan ayahnya harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya dengan bekal pengetahuan yang diajarkan suaminya, ibundanya mencoba membuka usaha tailor.
Alhamdulillah usahanya sedikit berkembang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi saat Putri umur 18 tahun, nasib malang menimpanya kembali, sang ibunda meninggal dunia.
Dengan jiwa wirausaha yang diturunkan ayahnya dan sikap sabar yang diturunkan ibunya membuat Putri sukses meneruskan usaha ibunya, dari tailor yang semula kecil-kecilan kini berkembang menjadi butik yang lumayan terkenal, bahkan langganannya banyak yang datang dari artis-artis papan atas.

Ia hidup di Jakarta ini hanya bersama adiknya Siska kecil dan pembantu yang merawat adiknya, tapi dengan bisnis butik yang semakin maju, dia mampu menyekolahkan adiknya dan bisa meneruskan kuliah dengan biaya sendiri.

Bagiku dia adalah tipe cewek yang super hero. Dan obrolan malam itu sungguh menginspirasi hidupku agar lebih giat lagi.

***

"Kriiingg... kriiingg... kriiingg..."
Disuatu sore Putri menelfonku.

"Assalamualaikum..." ucap Putri dalam telfon.
"Wa'alaikumsalam... iyaa ada apa Put...???" Jawaku.
"Hari ini kamu sibuk gak...???" Tanya Putri.
"Yaa gak begitu sii, lagian ada adikku bantuin  di warung..." jawabku.
"Kamu aku jemput yaa... aku ingin ajak kamu ke rumahku, pingin ngenalin kamu ke adikku..." ajaknya.

Sore itu Putri mengajakku ke rumahnya dan mengenalkan aku dengan Siska kecil adik satu-satunya Putri, wajahnya sangat mirip dengan Putri, matanya yang agak sipit dan kulitnya putih mulus ala Chinese, dan rambutnya yang hitam lebat juga senyumnya yang manis khas orang Jawa.

Aku berada di rumahnya serasa di rumahku sendiri, Putri dan Siska kecil sangat akrab denganku.
Kami ngobrol dan bermain bersama bahkan sampai larut malam, hingga Siska kecil ketiduran di pangkuanku.

Saat aku sedang mengusap-usap rambut Siska kecil sambil nonton tivi, tiba-tiba Putri mencium pipiku dengan lembutnya.
Sontak aku terperangah dan tubuhku langsung menggigil bak dipuncak Himalaya.
Tak berapa lama Putri menyandarkan tubuhnya di dadaku, aku makin salah tingkah dibuatnya.

"Ndi' makasih yaa kamu dah mau memasuki kehidupan kami... jujur kami selama ini sejak kami ditinggal kedua orang tua, kami tak pernah merasakan seperti yang aku rasakan hari ini...
Sejak aku mengenalmu, aku merasa hidupku lebih berarti, karena selama ini aku terlalu fokus pada adik dan pekerjaanku, hingga aku lupa aku butuh sosok laki-laki yang bisa membuatku nyaman, seperti saat ini..." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya bisa diam membisu seribu bahasa, aku merasa terenyuh mendengar kata-katanya.

Malam itu Putri mengungkapkan rasa cintanya padaku, alangkah bahagianya aku saat itu. Aku yang sudah sekian tahun menjomblo akhirnya ketiban pulung mendapatkan kekasih yang menurutku begitu sempurna.

Sejak saat itu kami selalu sempatkan waktu untuk sekedar ngasih kabar atau bertemu. Banyak hal yang diajarkan Putri tentang kewirausahaan. Dan dengan saran-sarannya warung baksoku semakin ramai, warung bakso yang dulu terkesan jadul kini berubah menjadi lebih bersih dan modern, bahkan dengan penggabungan ilmu manajemen yang dimiliki Putri dan sikap pekerja keras yang aku miliki, kini kami telah mempunyai beberapa cabang baru yang aku serahkan pengelolaannya pada adik-adikku. Aku dan Putri hanya bertugas memantau perkembangannya saja baik butik maupun warung bakso kami.

Putri sangat bangga padaku, karena sikap pekerja keras dan pantang menyerah yang aku miliki, hanya diberi sedikit masukan darinya telah mampu mengantar bisnis ini sampai ke puncak kesuksesan.

Karena bagiku berbisnis sama seperti mendaki gunung.



***

Kini, 3 tahun telah berlalu. Bisnis kami berkembang pesat melampaui perkiraan kami, pundi-pundi rupiah telah kami kantongi, rumah dan kendaraan telah terbeli, dan mungkin inilah saatnya aku harus menikahi Putri.

"Putri sayang, bisnis kita telah berkembang begitu pesatnya, semua yang kita cita-citakan telah tercapai, kadang aku merasa ada yang kurang dalam hubungan kita...
Semua ini tak akan mampu membuat kita lebih bahagia, selain kita mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan sayang...
Aku ingin segera menikahimu sayang..." ucapku memberanikan diri.

Putri hanya terdiam tak menjawab apa pun dari ajakanku menikah.
Nampak mukanya yang pucat pasi, seakan menyimpan suatu rahasia yang selama ini ia simpan.
Sekejap aku bingung untuk berucap apa lagi, saat itu kami hanya bisa diam membisu begitu lamanya.

"Ya sudahlah... mungkin kamu belum siap untuk menikah denganku... aku tak apa..." jawabku sambil meninggalkan Putri yang tetap berdiam diri di bangku depan teras rumahnya.

Saat itu aku sungguh kecewa, untuk berjalan seakan lunglai tak berdaya.
Putus sudah harapanku untuk menikahi wanita yang aku cintai. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya.

Tapi saat aku berjalan sampai depan gerbang rumahnya, tiba-tiba Putri memanggilku lirih.
Aku pun menengoknya dan melihat Putri telah berbaring lemah di teras rumahnya.

Seketika aku lari mengejarnya.
"Putriiii...!!!!" teriak ku sambil memeluk tubuhnya.

Akupun langsung mengantar Putri ke Rumah Sakit tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya disana Putri mendapat pertolongan medis dengan segera.

Aku hanya bisa menunggu diluar ruang rawatnya, waktu itu aku sungguh sangat gelisah.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya dokter yang menangani Putri keluar dari ruangan dan ingin berbicara denganku.

Sang dokter menjelaskan semua tentang penyakit yang diidap Putri.
Dokter menjelaskan bahwa sebenarnya Putri telah menjadi pasien rumah sakit ini sejak lama dan menjalani rawat jalan dengan rutin berkonsultasi, karena Putri telah divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.
Bahkan dokter sebenarnya telah memprediksi bahwa nyawa Putri tak akan bertahan sejak 3 tahun yang lalu, tapi entah keajaiban apa yang dialami Putri, ternyata Putri mampu bertahan sampai hari ini.

"Yaa jujur kami sangat senang Putri bisa bertahan selama ini dari prediksi medis kami, Putri pernah menceritakan bahwa sejak bertemu seseorang 3 tahun yang lalu, ia merasa lebih bergairah menjalani hidup, mungkin ini yang membuat ia bertahan sampai hari ini..." jelas dokter panjang lebar.

"Tapi dok, apa penyakit Putri bisa disembuhkan...???" Ucapku panik.

"Saya tidak bisa berspekulasi lagi, karena saat ini penyakitnya sudah sangat kronis, saya tidak bisa menjamin pasien bisa bertahan lebih lama lagi, saat ini hanya Keajaibanlah yang bisa menolongnya... 
Tapi kami akan selalu berusaha semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk Putri...." ucap dokter.

Mendengar ucapan dokter tadi, hidupku seakan hancur seketika, aku tak menyangka selama ini Putri menyembunyikan sakitnya yang dialami.
Aku benar-benar takut kehilangannya, aku sungguh belum siap.

Saking shock dan lelahnya, aku sampai ketiduran ditempat tidur Putri di rumah sakit.

Tiba-tiba Putri siuman, tangannya menggenggam tanganku.
"Putri kamu telah sadar sayang...???" Aku terkejut penuh kegembiraan.

Aku melihat dia ingin berbicara, tapi kondisinya masih sangat lemah.
Akupun memencet bell untuk memanggil perawat. Dan tak lama kemudian perawat datang dan mengecek kondisi Putri.
Perawat itu mengatakan kondisi Putri mulai membaik. Akupun sangat senang mendapat kabar tersebut.

****

Pagi itu suasana dikamar tempat Putri dirawat sangat hening, hanya ada 3 pasien di kamar itu, itupun mereka sedang istirahat.

"Sayaang..." ucap Putri lirih sambil mengusap-usap rambutku.
Seketika aku terbangun dari tidur dan menatap wajahnya.

"Kamu udah bangun sayang..???" Tanyaku antusias.
"Iyaa sayang  aku udah mendingan..." jawabnya.
"Syukurlah kalau begitu, sekarang aku suapin makan yaa... ini menu sarapannya sudah siap..." tanyaku mengajak sarapan. 
Dan Putripun menganggukkan kepalanya.

Sembari menyuapin Putri sarapan aku terus mengajaknya ngobrol, agar hatinya merasa senang.

"Sayang, maaf jika aku sengaja menyembunyikan semua ini darimu, karena aku tak ingin membebani hidupmu..." ucap Putri memelas.
"Jujur setelah dokter memvonis aku dan menyatakan hidupku tak akan bertahan lama...
Saat itu aku sungguh sedih, bukan aku menyesali hidupku, tapi aku tak tega memikirkan nasib adikku Siska kecil, karena kami hidup sebatang kara...
Keluarga dari ayahku entah dimana, karena mereka tidak setuju ayahku pindah keyakinan menjadi mualaf dan keluarga ibuku aku juga tak tahu karena sebelumnya mereka memang tak merestui pernikahan orang tuaku...
Dan jika aku pergi nanti, bagaimana dengan nasib Siska kecil...???" Putri menjelaskan penuh kesedihan.
Akupun menggenggam tangannya erat mengisyaratkan bahwa aku akan selalu ada untuk Putri dan Siska kecil.

"Karena itulah, 3 tahun yang lalu aku berusaha mencari seseorang yang aku anggap baik dan mampu meneruskan mengasuh Siska...
Saat di kereta itulah aku menemukanmu, sosok yang tepat untuk Siska kecil dan membuat sisa hidupku lebih berarti....
Dan benar, saat aku bisa bertahan sampai hari ini dokterpun sungguh heran, karena mereka memprediksi aku sudah tak mungkin bertahan dari 3 tahun yang lalu...
Tapi kenyataannya, kamu mampu membuat ku mampu bertahan selama ini..." ucapnya sembari menatap mataku, akupun mengecup keningnya karena aku sungguh merasa tersanjung dan tak mampu berucap apa-apa lagi.

"Sayang... selama ini kamu selalu menceritakan puncak-puncak gunung yang indah, kamu selalu menggambarkan tentang keindahan-keindahan negeri diatas awan...
Apa kamu mau mengantarkan aku menyaksikan keindahan itu sayaang...???
Sebelum aku benar-benar pergi..." pinta Putri.
Dan aku hanya bisa terdiam.

"Pliiisss,,, anggap saja ini permintaan terakhirku..." pinta Putri memelas.
"Sssttt...." aku memotong pembicaraannya sembari menyentuh bibirnya dengan jariku.

Aku menganggukkan kepala, walaupun sesungguhnya aku tak tega mengajak dirinya yang selemah ini ke puncak tertinggi negeri diatas awan...
Tapi dari matanya mengisyaratkan bahwa dia bersungguh-sungguh menginginkannya.

Setelah konsultasi dengan dokter, bahkan dokterpun mengisyaratkan bahwa Putri umurnya tak akan bisa bertahan lama, akhirnya dokter mengizinkan untuk memenuhi keinginan Putri, yang sesungguhnya aku juga tau, bahwa ini adalah permintaan terakhirnya.

***

Hari itu, setelah persiapan yang matang dan semua perbekalan telah siap. Kami memulai perjalanan ini dengan gundah-gulana tapi aku mencoba tegar menjalani hidup seperti Putri yang begitu tegarnya menjalani sisa-sisa usianya.

Pagi itu setelah diantar mobil jeep yang aku carter dari pasar Tumpang, Malang. Akhirnya sampailah kami di Ranu Pane, desa terakhir jalur pendakian gunung Semeru.
Tepat di depan gerbang pendakian, Putri memintaku berjanji,

"Sayangg,,, makasih selama ini kamu sudah begitu sabarnya merawat aku, begitu tulusnya menjaga hatiku...
Kamu satu-satunya laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta sedalam ini...
Jujur aku bahagia sekaligus sedih karena Tuhan telah mempertemukan aku dengan dirimu, walaupun waktu tak mengizinkan lebih lama lagi..." ucap Putri lirih dengan wajah yang pucat pasi.

"Sayangg,,, jika Tuhan tak mengizinkan aku sampai puncak, maukan kamu mengangkat jasadku kembali turun...???
Dan seandainya Tuhan mengizinkan, aku ingin jasadku bersemayam di puncak tertinggi itu, puncak Mahameru...
Jika memang itu terjadi tolong titip Siska kecil yaa sayang...." ucapnya sembari menitikkan air mata.
"Sssttt... Kamu gak boleh ngomong gitu...
Aku yakin kamu akan baik-baik saja dan kita akan melanjutkan hidup kita sampai tua nanti, kamu harus yakin... oke...???" ucapku sembari mengusap air matanya.

***

Jujur selama perjalanan mendaki hatiku terus menangis, ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya, aku tak kuasa melihat tubuhnya makin lemah, wajahnya yang makin pucat.
Tapi kami tetap melangkah, dan aku terus memapahnya dan terus berjuang hingga sampai di puncak tertinggi seperti yang diinginkan Putri.

Di gunung inilah saksi kebesaran cinta kami, dimana seseorang yang mampu membangkitkan keterpurukanku...
Seseorang yang mampu mewarnai hidupku...
Seseorang yang mengajariku tentang arti perjuangan...
Kini harus pergi meninggalkanku disini, untuk berjuang sendiri...

Akupun menangis tersedu-sedu tak kuasa mengingat semua tentang Putri.

Tiba-tiba seseorang memelukku dan berucap,
"Aku yakin Putri akan bahagia disana, karena apa yang dicita-citakan nya telah terwujud dan dia pasti bangga telah mengenalmu..." ucap salah satu pendaki di basecamp dan diiringi para pendaki yang ada disitu, semua memelukku.

***

Suasana di basecamp itu nampak haru biru. Mendengar cerita Andi dari awal hingga akhir.

================SEKIAN===============

Dari sini kita belajar, bahwa apa yang dilakukan seseorang pasti ada alasan yang kuat mengapa hal itu dilakukan.
Jadi jangan menjust seseorang sebelum kita benar-benar mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi...

Dan dari cerita ini pula kita belajar, bahwa seorang pendaki itu adalah orang yang paling dekat dengan kesuksesan, karena mental seorang pendaki sudah terbiasa ditempa oleh alam. 
Karena mental yang kuat dan pantang menyerah tersebut adalah modal utama untuk sukses, terutama dibidang kewirausahaan.
Jadi tak ada alasan lagi seorang pendaki hidupnya susah, bermalas-malasan atau putus asa, karena sesungguhnya mental kita telah terbiasa ditempa untuk pantang menyerah....

Salam sukses...!!!!


NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...

By: Ahmad Pajali Binzah

Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post

35 comments:

  1. Jadi seorang pendaki itu tidak mudah yaa ,, mentalnya harus benar2 di latih juga :D

    ReplyDelete
  2. Hehehee... tidak mudah bukan berarti sulit...
    Semua bisa karena terlatih... :D
    Mksh sudah membaca...

    ReplyDelete
  3. cerita yang sangat menginspirasi..

    ReplyDelete
  4. Sederhan dan bermakna, mantap bro, boleh mampir kesini
    www.jeungkawanina.blogspot.com
    thanks bro

    ReplyDelete
  5. Luar biasa bang cerpenya ..sampe mewek ini heheh

    ReplyDelete
  6. Jadi kangen yang namanya puncak gunung... kangen akan capek . Panas. Dingin. Dan kekonyolan lain nya sama anak anak anggun art'venture ... tanks mas dah bikin saya terharu hhhi

    ReplyDelete
  7. Jadi kangen yang namanya puncak gunung... kangen akan capek . Panas. Dingin. Dan kekonyolan lain nya sama anak anak anggun art'venture ... tanks mas dah bikin saya terharu hhhi

    ReplyDelete
  8. Kayaknya cerpen nya kbnykan berhubungan dgn pendakian gunung saya suka :-)

    ReplyDelete
  9. Aku menunggu kisah lanjutan tersesat di jaman Majapahit. Kapan kelanjutannya?

    ReplyDelete
  10. Bagus banget sob critanya, sampai terharu bacanya....
    Ijin share sob...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhee... makasih...
      Monggo silahkan dishare... :)

      Delete
  11. Hmm....aku msih ingat dgn jelas sosok wanita yg tulus menyayangiku..merawat ktka aku kesakitan melawan dzat adiktif itu. Dan kegilaanku akan dunia petualangan serta idealisku tak menghiraukan dy.smntra dia terus menerus mencurahkan cintanya untukku. Rabu..saat hari ultah dy..aku putuskan mendaki marapi..sndri.bodohnya aku yg egois..bhkn menghilang di hari specialnya. Aku terus melangkah pasti menuju puncak.dmn aku menganggap itulah duniaku tnpa pernah memikirkan org lain. Aku masih menikmati kabut itu..tnpa sengaja aku melihat dy merangkak menaiki puncak di batas cadas...ahh.kmu memang bandel krna hatimu. Wajah kesal terpias di wajahku..aku hanya ingin bersamamu.itu ucapmu..tnpa mengenakan pakain dan equipment pendakian yg memadai..kau naik mengejarku yg entah darimana kau tau aku dsini..wajah letih mu tak dapat kau sembunyikan. Dan aku pun terpaksa mengakhiri pendakian ku saat ini. kita turun. Di pertengahan jalan kau teramat kesakitan.terus memegangi perut. Tuhan...kau pendarahan.keguguran.knpa tak kau ceritakan kepadaku smua ini?. Ku lempar carrierku...kugendong kamu..berlari kecil turun. Kau semakin pucat dan lemah.darah masih terus mengalir. Sampai di pos...teman2 lgsg bergegas mencari ambulan. Ampun knp lama sekali ambulan itu datang. Kau semakin lemah..hnya senyum yg tersungging dari bibirmu,diselingi ringis menahan sakit. Darah masih terus trun di sela pahamu.dan aku msh linglung dgn srmua ini. Ahh..ambulan itu berubah menjadi kereta jenazah.saat kau hembuskan nafas terakhirmu didalamnya. Aku tulus menyayangimu.bhkn saat aku tak lagi bersamamu,maafkan aku yg tak cerita semua ini.aku tak ingin mengganggu kehidupan mu. Dan kau pun tersenyum..damai. #marapi 2001. Untukmu yg telah damai dsna. Maafkan aku..

    ReplyDelete
  12. Ijin ambil kata katanya mas, di buat VIdeo :)

    ReplyDelete
  13. Hasrat naik gunung lebih menjadi setelah baca ceritanya 😁

    ReplyDelete

recent posts