Gunung Batu, atau saya sering menyebutnya simungil yang extrim. Adalah sebuah gunung yang ada di daerah Jonggol, kabupaten Bogor. yang mempunyai ketinggan 875mdpl atau hanya hanya sekitar 200m dari titik awal pendakian. Sebenarnya gunung ini kurang tepat disebut gunung atau lebih tepatnya disebut sebuah bukit atau tebing batu. (tetapi dalam masyarakat kita, setiap gugusan yang memiliki puncak cenderung disebut gunung).
Bagi sebagian orang, nama gunung Batu mungkin sudah tak asing lagi di telinga, terutama bagi teman-teman pendaki dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena lokasinya memang tidak terlalu jauh untuk ditempuh dari ibu kota.
Tapi bagi para backpacker yang suka melancong dengan menggunakan angkutan umum, mungkin agak sedikit lebih repot karena lokasinya memang jarang dilewati angkot.
Dan perjalanan saya kemaren, saya lebih memilih mengguanakan sepeda motor karena lebih efesien dan lebih praktis.
Dan berikut ini adalah review perjalanannya.
Jika dari arah kota Bogor, perjalanan menuju Sentul dan mengikuti pinggir jalan tol ke arah utara, sekitar 30 menit tepatnya di daerah Sukahati kita ambil kanan lalu lurus terus mengikuti jalan. Keadaan jalan memang tak sebaik jalan-jalan pada umumnya, banyak lubang dan aspal banyak yang sudah rusak.
Perjalanan kira-kira 2 jam dari kota Bogor kita akan menemui pertigaan yang terdapat plang petunjuk arah, jika lurus ke Jonggol, sedangkan ke kanan ke arah gunung Batu, kita ambil ke kanan.
Setelah berjalan sekitar 15 menit melewati jalan aspal yang lebih bagus, kita akan menemui lagi pertigaan dan ada plang petunjuk arah lagi.
Setelah itu kita ambil kiri dan mengikuti jalan yang tingkat kerusakannya makin parah, tapi bikin seru perjalanan. Dari jalan ini gunung Batu sudah terlihat jelas dan terasa dekat, setelah berjalan kurang lebih 15 menit kita akan sampai di pertigaan menuju titik awal pendakian.
Karena perjalanan kami mulai dari Bogor jadi untuk perjalanan pulang ke Jakarta saat malam hari, otomatis saya tidak bisa menjelaskan kondisi jalan secara detail dan tidak bisa mengambil foto plang petunjuk arahnya juga. Tapi untuk tamen-temen yang dari Jakarta bisa lewat jalur ini:
Jika dari Jakarta kita bisa menuju ke arah Cibubur => Taman Mekarsari Cileungsi => Perumahan Citra Indah => pertigaan Jonggol Cariu => Gunung Batu
Dari titik awal pendakian ini, kita bisa menitipkan kendaraan kita dengan tarif Rp 15ribu/motor dan kita sudah bisa mendaki langsung tanpa membayar restribusi lagi. Dan menurut informasi dari penjaga parkirnya, tempat parkir ini buka selama 24 jam full. Disini juga terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman.
Setelah parkir motor, kita bisa langsung memulai pendakian dengan melewati jalan yang agak lebar tepat didepan lokasi parkir.
Setelah berjalan sekitar 10 menit kita akan sampai di tanah datar yang biasa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda, disini biasanya jika hari libur juga terdapat warung makan yang berdiri disamping camping ground.
Setelah dari camping ground perjalanan dilanjutkan dengan menanjak, dari sini trek sudah mulai curam. Tetapi medannya masih berupa tanah yang jika musim penghujan akan terasa licin.
Setelah melewati dua tanjakan terjal, kondisi jalur sudah mulai berupa tanah dan sedikit bebatuan, tetapi dengan trek yang makin menanjak dan sangat curam. Di titik-titik tertentu jalur sudah dipasang tali sebagai pegangan.
Setelah melewati dua tanjakan yang cukup extrime, kita akan dihadapkan satu puncak dengan trek bebatuan cadas, jika dilihat ujung bebatuan itu adalah puncak, namun setelah dilewati ternyata ini hanya puncak bayangan, di ujung timur masih banyak lagi tanjakan-tanjakan dengan trek yang sangat ekxtrime.
Jalur bebatuan ini sangat curam hingga untuk mendakinya kita dihimbau untuk lebih hati-hati dan tetap konsentrasi tinggi.
Setelah melewati puncak bayangan kita akan dihadapkan trek yang lebih menantang dan sangat terjal dengan kemiringan hampir tegak lurus.
Setelah melewati beberapa puncakan, kita akan berada dititik tanjakan terakhir sebelum puncak. Dan jalurnya pun juga makin curam dengan tali pengaman sebagai pegangan.
Tetapi setelah kita sampai puncak, rasa lelah dan peluh keringat akan terbayar dengan rasa takjub akan keindahan pemandangan di puncak gunung Batu ini.
Tips dan info sebelum pendakian
*Jarak gunung Batu dari Jakarta yang relatif dekat namun lokasinya yang terpencil dari kota, sangat susah jika ditempuh dengn angkutan umum (jika dibanding Cibodas di gunung Gede atau Cidahu di gunung Salak) jadi menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi akan sangat lebih praktis.
*Parkir 24 jam jadi jangan kuatir jika berkunjung dimalam hari. Atau jika datang di hari biasa sebaiknya tanyakan dulu di pertigaan kampung terakhir sebelum memasuki jalan ke arah titik pendakian untuk memastikan di area parkir ada penjaganya.
*Di area parkir juga terdapat warung yang menjual makanan dan minuman, tetapi buka hanya sampai jam 8 malam. Sebaiknya perbekalan dipersiapkan sebelum memasuki area pendakian, karena di warung tersebut harganya relatif mahal, untuk air minum kemasan botol besar dipasang harga Rp10.000,-
Tapi jika kita punya uang berlebih tidak ada salahnya membeli di warung tersebut, selain tidak usah repot-repot membawa bekal dari jauh juga dapat memberi keuntungan bagi penduduk lokal.
*Jalur dari parkir ke camping ground berupa jalur tanah, jika musim kemarau sangatlah berdebu, jadi wajib membawa masker. Namun saat musim penghujan cenderung licin, jadi membawa sepatu treking sangat diwajibkan.
*Di sepanjang jalur pendakian tidak ada mata air sama sekali, jadi untuk yang ingin ngecamp di camping ground sepenuhnya membawa air dari desa terakhir, tapi jika pendakian sistem tek-tok cukup membawa air minum 1 botol besar untuk 2 orang sudah cukup. Karena waktu tempuh pendakian cuma sekitar 45 menit.
*Estimasi waktu jika perjalanan dari Jakarta jam 9 pagi kemungkinan jam 12 siang baru sampai di titik awal pendakian, mulailah mendaki sekitar jam 2, karena selain terik matahari sudah mulai adem juga untuk menunggu sunset tidak terlalu lama.
*Walau tergolong jalur pendakian yang relatif pendek, namun jangan menyepelekan trek pendakiannya. Menurut saya pribadi gunung ini tidak untuk pemula apalagi anak-anak. Dibutuhkan skill dan keseimbangan yang baik untuk menggapai puncaknya.
Karena itulah gunung ini saya sebut simungil yang extrime.
*Jika sampai puncak menjelang malam, sebaiknya bawa lotion anti nyamuk, karena di puncak banyak krongo sebangsa serangga kecil yang tidak menggigit tapi sangat mengganggu.
*Jangan lupa bawa turun kembali sampahnya, dan hindari membuat perapian (api unggun).
Demikian ulasan dari saya tentang gunung Batu, Jonggol. Semoga bermanfaat.
Salam leatari...
Ahmad Pajali Binzah
August 25, 2015
New Google SEO
Bandung, IndonesiaBagi sebagian orang, nama gunung Batu mungkin sudah tak asing lagi di telinga, terutama bagi teman-teman pendaki dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena lokasinya memang tidak terlalu jauh untuk ditempuh dari ibu kota.
Tapi bagi para backpacker yang suka melancong dengan menggunakan angkutan umum, mungkin agak sedikit lebih repot karena lokasinya memang jarang dilewati angkot.
Dan perjalanan saya kemaren, saya lebih memilih mengguanakan sepeda motor karena lebih efesien dan lebih praktis.
Dan berikut ini adalah review perjalanannya.
Jika dari arah kota Bogor, perjalanan menuju Sentul dan mengikuti pinggir jalan tol ke arah utara, sekitar 30 menit tepatnya di daerah Sukahati kita ambil kanan lalu lurus terus mengikuti jalan. Keadaan jalan memang tak sebaik jalan-jalan pada umumnya, banyak lubang dan aspal banyak yang sudah rusak.
Perjalanan kira-kira 2 jam dari kota Bogor kita akan menemui pertigaan yang terdapat plang petunjuk arah, jika lurus ke Jonggol, sedangkan ke kanan ke arah gunung Batu, kita ambil ke kanan.
Plang petunjuk arah |
Setelah berjalan sekitar 15 menit melewati jalan aspal yang lebih bagus, kita akan menemui lagi pertigaan dan ada plang petunjuk arah lagi.
Plang petunjuk arah di pertigaan terakhir |
Setelah itu kita ambil kiri dan mengikuti jalan yang tingkat kerusakannya makin parah, tapi bikin seru perjalanan. Dari jalan ini gunung Batu sudah terlihat jelas dan terasa dekat, setelah berjalan kurang lebih 15 menit kita akan sampai di pertigaan menuju titik awal pendakian.
Persawahan disisi selatan gunung Batu |
Mendekati lokasi, jalan rusak parah |
Karena perjalanan kami mulai dari Bogor jadi untuk perjalanan pulang ke Jakarta saat malam hari, otomatis saya tidak bisa menjelaskan kondisi jalan secara detail dan tidak bisa mengambil foto plang petunjuk arahnya juga. Tapi untuk tamen-temen yang dari Jakarta bisa lewat jalur ini:
Jika dari Jakarta kita bisa menuju ke arah Cibubur => Taman Mekarsari Cileungsi => Perumahan Citra Indah => pertigaan Jonggol Cariu => Gunung Batu
Petunjuk jalan menuju jalur pendakian yang tertempel di depan area parkir |
Area parkir 24 jam |
Dari titik awal pendakian ini, kita bisa menitipkan kendaraan kita dengan tarif Rp 15ribu/motor dan kita sudah bisa mendaki langsung tanpa membayar restribusi lagi. Dan menurut informasi dari penjaga parkirnya, tempat parkir ini buka selama 24 jam full. Disini juga terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman.
Setelah parkir motor, kita bisa langsung memulai pendakian dengan melewati jalan yang agak lebar tepat didepan lokasi parkir.
Titik awal pendakian |
Trek awal yang berupa jalan tanah |
Sebelum sampai di camping ground jalur cenderung landai (lensa kamera kami rusak jadi gambar terdapat garis lengkungnya) |
Setelah berjalan sekitar 10 menit kita akan sampai di tanah datar yang biasa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda, disini biasanya jika hari libur juga terdapat warung makan yang berdiri disamping camping ground.
Setelah dari camping ground perjalanan dilanjutkan dengan menanjak, dari sini trek sudah mulai curam. Tetapi medannya masih berupa tanah yang jika musim penghujan akan terasa licin.
Trek setelah camping ground |
Plang peringatan jalan licin |
Jalur masih berupa tanah |
Saya sedang mendaki |
Setelah melewati dua tanjakan terjal, kondisi jalur sudah mulai berupa tanah dan sedikit bebatuan, tetapi dengan trek yang makin menanjak dan sangat curam. Di titik-titik tertentu jalur sudah dipasang tali sebagai pegangan.
Plang peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan |
Jalur tanah yang mulai menanjak ekstrim |
Setelah melewati dua tanjakan yang cukup extrime, kita akan dihadapkan satu puncak dengan trek bebatuan cadas, jika dilihat ujung bebatuan itu adalah puncak, namun setelah dilewati ternyata ini hanya puncak bayangan, di ujung timur masih banyak lagi tanjakan-tanjakan dengan trek yang sangat ekxtrime.
Jalur bebatuan ini sangat curam hingga untuk mendakinya kita dihimbau untuk lebih hati-hati dan tetap konsentrasi tinggi.
Puncak bayangan yang pertama |
Mendaki di puncak bayangan |
Setelah melewati puncak bayangan kita akan dihadapkan trek yang lebih menantang dan sangat terjal dengan kemiringan hampir tegak lurus.
Jalur makin extrime |
Jalur yang menanjak dan berbatu |
Tali pegangan sangat membantu |
Setelah melewati beberapa puncakan, kita akan berada dititik tanjakan terakhir sebelum puncak. Dan jalurnya pun juga makin curam dengan tali pengaman sebagai pegangan.
Tetapi setelah kita sampai puncak, rasa lelah dan peluh keringat akan terbayar dengan rasa takjub akan keindahan pemandangan di puncak gunung Batu ini.
Detik-detik terakhir sebelum puncak |
Horeee... sampai puncak... |
Seremonial di puncak gunung |
Saya dan Batik Binzah di puncak gunung Batu (lensa kamera kami rusak jadi gambar terdapat garis lengkungnya) |
Sahabat saya Ahmad Fauzi juga ikut-ikutan membentangkan bendera Batik Binzah di puncak gunung Batu (lensa kamera kami rusak jadi gambar terdapat garis lengkungnya) |
View di sebelah utara (lensa kamera kami rusak jadi gambar terdapat garis lengkungnya) |
View di sebelah selatan (lensa kamera kami rusak jadi gambar terdapat garis lengkungnya) |
View di sebelah timur, nampak bendera merah putih yang selalu berkibar di puncak gunung Batu |
Tips dan info sebelum pendakian
*Jarak gunung Batu dari Jakarta yang relatif dekat namun lokasinya yang terpencil dari kota, sangat susah jika ditempuh dengn angkutan umum (jika dibanding Cibodas di gunung Gede atau Cidahu di gunung Salak) jadi menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi akan sangat lebih praktis.
*Parkir 24 jam jadi jangan kuatir jika berkunjung dimalam hari. Atau jika datang di hari biasa sebaiknya tanyakan dulu di pertigaan kampung terakhir sebelum memasuki jalan ke arah titik pendakian untuk memastikan di area parkir ada penjaganya.
*Di area parkir juga terdapat warung yang menjual makanan dan minuman, tetapi buka hanya sampai jam 8 malam. Sebaiknya perbekalan dipersiapkan sebelum memasuki area pendakian, karena di warung tersebut harganya relatif mahal, untuk air minum kemasan botol besar dipasang harga Rp10.000,-
Tapi jika kita punya uang berlebih tidak ada salahnya membeli di warung tersebut, selain tidak usah repot-repot membawa bekal dari jauh juga dapat memberi keuntungan bagi penduduk lokal.
*Jalur dari parkir ke camping ground berupa jalur tanah, jika musim kemarau sangatlah berdebu, jadi wajib membawa masker. Namun saat musim penghujan cenderung licin, jadi membawa sepatu treking sangat diwajibkan.
*Di sepanjang jalur pendakian tidak ada mata air sama sekali, jadi untuk yang ingin ngecamp di camping ground sepenuhnya membawa air dari desa terakhir, tapi jika pendakian sistem tek-tok cukup membawa air minum 1 botol besar untuk 2 orang sudah cukup. Karena waktu tempuh pendakian cuma sekitar 45 menit.
*Estimasi waktu jika perjalanan dari Jakarta jam 9 pagi kemungkinan jam 12 siang baru sampai di titik awal pendakian, mulailah mendaki sekitar jam 2, karena selain terik matahari sudah mulai adem juga untuk menunggu sunset tidak terlalu lama.
*Walau tergolong jalur pendakian yang relatif pendek, namun jangan menyepelekan trek pendakiannya. Menurut saya pribadi gunung ini tidak untuk pemula apalagi anak-anak. Dibutuhkan skill dan keseimbangan yang baik untuk menggapai puncaknya.
Karena itulah gunung ini saya sebut simungil yang extrime.
*Jika sampai puncak menjelang malam, sebaiknya bawa lotion anti nyamuk, karena di puncak banyak krongo sebangsa serangga kecil yang tidak menggigit tapi sangat mengganggu.
*Jangan lupa bawa turun kembali sampahnya, dan hindari membuat perapian (api unggun).
Demikian ulasan dari saya tentang gunung Batu, Jonggol. Semoga bermanfaat.
Salam leatari...
===================================
Baca juga:
Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng turun via Eyek-Eyek
By: Ahmad Pajali Binzah
Jam empat dini hari tepat menjelang subuh, tidur mbok Darmi terusik oleh tangis jerit dari seorang bayi di depan rumahnya.
"Suara apa itu...??? apa mungkin sundel bolong nongol disaat menjelang subuh gini..." hati mboh Darmi bertanya-tanya sambil mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Mbok Darmi berjalan tertatih menuju depan rumahnya. Makin dekat suara tangisan itu semakin jelas terdengar. Dak dik duk jantung mbok Darmi makin keras, karena sebagai orang tua yang tinggal sendirian ditepi sawah, sudah biasa mbok Darmi mendengar suara-suara aneh, dan sudah berkali-kali juga mbak Darmi diganggu oleh mahluk-mahluk astral yang tak jelas juntrungannya. Tapi kali ini suaranya sungguh berbeda, suara bayi itu jelas dan makin kencang tangisannya.
Mbok Darmi mencoba memberanikan diri membuka pintu rumahnya untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
"Astaghfirullah..." bibirnya mbok Darmi reflek berucap.
Alangkah kagetnya mbok Darmi melihat sesosok bayi mungil yang hanya terbungkus kain jarit tergeletak didepan pintu rumahnya. Dengan tertulis surat "tolong rawat anak ini, dan berilah dia nama Tarsono..."
Mbok Darmi seketika langsung mengambil anak itu, dipeluknya erat-erat dan dibawanya masuk ke dalam rumahnya yang sederhana.
***
Yaa, hari itu 21 tahun yang lalu tepat ditengah malam tangis bayi yang baru dilahirkan pecah menyobek kesunyian malam, bayi yang kelak akan tumbuh dewasa menjadi seorang yang membenci sosok ibu dalam hidupnya.
Bagaimana tidak bayi yang baru terlahir ke dunia itu tak pernah mendapatkan kasih sayang dan air susu dari ibunya. Ditengah pekat kegelapan malam, bayi itu dibungkus kain batik dan dibuang didepan rumah tua ditepi perkampungan yang berbatasan dengan sawah.
Yaa, rumah itu milik mbok Darmi, janda tua yang tak memiliki anak ataupun cucu, anak semata wayangnya tiga tahun yang lalu telah meninggal saat melahirkan bersama anak yang dilahirkannya, sementara menantunya pergi ke negeri jiran untuk menjadi buruh di perkebunan karet yang sampai sekarang tak pernah pulang atau memberi kabar.
***
Dua belas tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi anak yang nakal dan arogan. Teman-teman sebayanya sering menangis karena kenakalannya.
Berantem dengan teman sekolah sudah menjadi kebiasaan, bahkan tak jarang guru pun ia lawan.
Hingga dipertengahan kelas enam sekolah dasar dia harus dikeluarkan dari sekolahnya karena berani memukul dan melawan kepala sekolahnya.
"Bener-bener keterlaluan..." ucap guru yang ada disana.
Mbok Darmi hanya bisa tertunduk malu saat dirinya dipanggil pihak sekolah atas surat keputusan tersebut.
Namun walaupun begitu mbok Darmi tetap sayang pada Tarsono yang telah dianggap seperti cucu kandungnya sendiri.
Tapi lagi-lagi Tarsono tetap tumbuh menjadi anak yang super nakal, tak pernah menghiraukan kasih sayang dari mbok Darmi.
***
Disuatu hari pernah Tarsono sedang berjalan di kampungnya, lewatlah dia di depan ibu-ibu yang sedang menggunjingkan sikapnya yang nakalnya luar biasa.
"Itu cucunya mbok Darmi, nakalnya amit-amit... beda jauh sama neneknya yang baik hati..." ujar salah satu ibu.
"Pantes saja beda sama mbok Darmi, itu kan anak nemu, entah siapa ibu dan bapaknya, bisa dipastikan itu anak haram... pasti hasil hubungan gelap..." ucap ibu yang satunya.
"Bisa jadi bapaknya juga penjahat, kemaren saja hampir dihajar orang sekampung karena mabuk dan ngamuk-ngamuk didepan rumah orang, untung saja mbok Darmi yang datang dan memohon agar cucunya dimaafkan..." ucap ibu-ibu yang lain.
"Kok bisa yaa ada anak seperti itu... masih kecil sudah suka mabuk dan judi, sudah gak sekolah lagi... amit-amit jabang bayi deh..." ucap yang lain lagi.
Seketika kuping Tarsono panas, diambilnya sebatang bambu yang ada disekitarnya dan dipukulkannya bambu itu pada ibu-ibu yang ada disana.
"Aku benci seorang ibu, aku benci ibu-ibu seperti kalian..." teriak Tarsono sambil memukul-mukul dengan bambu yang ada ditangannya.
Sontak suasana jadi riuh dan mendadak menjadi tragedi yang mengerikan, Tarsono yang mengamuk berbalik dia yang menjadi sasaran amuk warga.
"Pukul...!!! Pukul...!!! Pukul...!!! pukul anak durhaka itu...!!! Habisi nyawanya...!!!" teriak warga.
Hari itu tarsono menjadi bulan-bulanan warga yang kesal atas ulah Tarsono selama ini.
Untung mbok Darmi datang tepat pada waktunya. Lagi-lagi nyawanya diselamatkan oleh mbok Darmi.
"Tolong hentikan, jangan sakiti cucuku...!!! dia cucuku..." teriak mbok Darmi sambil memeluk Tarsono.
Warga akhirnya merasa iba dengan mbok Darmi, ditinggalkannya Tarsono yang sudah babak belur dengan darah yang melumuri tubuhnya, nampak disampingnya mbok Darmi yang selalu setia melindunginya. Memeluknya sambil membersihkan wajahnya yang sudah memerah karena darah.
***
Kini 21 tahun telah berlalu, Tarsono yang nakal diusianya yang remaja kini mulai beranjak dewasa.
Akulah Tarsono itu...!!!
Orang yang selalu membenci perempuan terutama sosok seorang ibu, karena bagiku ibu tak ubahnya seperti iblis yang hidup di dunia ini. Yang entah seperti apa bentuk ibu kandungku itu.
Akulah Tarsono itu...!!!
Anak yang terbuang, yang tersia-siakan hidup didunia ini, andai bisa memilih lebih baik aku mati saat dilahirkan dulu.
Yaa, akulah Tarsono itu, kini aku sudah menjadi laki-laki dewasa...
***
"Tarsono, darimana kamu nak, simbok menghawatirkanmu..." ucap mbok Darmi yang tubuhnya mulai rapuh dimakan usia.
"Dari jalan mbok, bosen dirumah terus..." jawabku singkat.
"Kamu jangan nakal terus No, kasihan simbok, simbok sudah gak bisa melindungimu kalau kamu ada apa-apa nanti..." ucap simbok dengan nada lemah.
"Jangan kuatir mbok, aku bisa menjaga diriku sendiri, jika ada yang menghajarku, akan aku hajar balik dia... sekarang tubuhku sudah kuat mbok..." jawabku sambil masuk ke kamar meninggalkan simbok yang sendiri dikursi depan.
***
Yaa, aku sadar betapa sayangnya simbok kepadaku, hingga harta benda dan jiwa raganya dipersembahkan untukku, tapi entah kenapa aku tetap tak bisa menghargai pengorbanannya, bagiku perempuan yang ada di dunia ini sama saja, mereka hanya memenuhi isi dunia. Bikin dunia ini penuh sesak berisi manusia.
Andai saja di dunia ini gak ada perempuan, mungkin aku tak akan pernah terlahir di dunia ini, dan bagiku itu lebih baik.
***
Akulah Tarsono itu, sosok pemuda yang tak mengenal siapa ibunya.
Aku terlahir dari perut bumi dan dibesarkan diatas bumi.
Aku tak pernah tau dan gak mau tau siapa itu ibu, bagiku itu tak penting dan tak perlu dicari tau.
Akulah Tarsono itu, laki-laki yang bisa hidup mandiri tanpa ibu.
***
Tapi saat aku sedang duduk di pangkalan ojeg tempatku mangkal, tiba-tiba ada yang memanggilku.
"Tarsono..." seorang wanita muda memanggilku begitu pelannya.
Aku menengok, aku tatap wajahnya yang tak asing bagiku, dia wanita yang selama ini sering mengikutiku bahkan sering menjadi pelanggan ojegku.
Aku hanya bisa diam sambil terus memandanginya penuh heran.
"Sekarang kamu sudah besar nak..." ucap wanita itu sembari mendekat.
Aku tetap diam penuh heran, tak mengerti apa yang dimaksud wanita itu.
"Aku ibu kandungmu nak..." jelas wanita itu dengan wajah nemelas penuh haru.
Mendengar kata pengakuan itu seketika emosiku meledak,
"Ooohhh ternyata kau orang yang selama ini aku cari...
Orang yang selama ini aku benci...
Berani-beraninya kau datang menghampiriku, setelah membuangku waktu bayi...!!!" ucapku tak mampu meredam amarah.
"Tapi nak, maafkan ibumu ini nak..." ucapnya sambil mencoba memelukku.
Aku langsung berontak, kudorong tubuhnya kuat-kuat, terasa jijik aku dipeluknya. Saking kuatnya hingga aku sendiri yang terpental roboh jatuh ke tanah. Bokong dan pinggulku terasa patah terhantam tanah, sementara ibu itu hanya tergoyah tak sampai jatuh sepertiku.
Mencoba ibu itu mendekatiku lagi, aku berusaha menghindar, dengan posisi yang masih terlentang aku mencoba mundur dengan kaki, bokong dan tangan sebagai tumpuan, persis seperti laba-laba yang sedang berjalan mencari sarangnya.
"Maafkan aku nak, maafkan ibumu ini..." ibu itu menangis menghiba. Bersimpuh dihadapanku yang masih terkapar dihadapannya.
Lantas aku mencoba berdiri, dengan emosi aku tunjuk-tunjuk wajah ibuku.
"Persetan dengan ibu, persetan dengan wanita-wanita di dunia ini...
Aku bukan anak dari seorang wanita, aku anak yang terlahir dari perut bumi...
Kau tidak pantas dipanggil seorang ibu, kau tak ubahnya seekor binatang yang membuang anak kandungnya sendiri, kau tak pantas disebut manusia...!!!
Kau benar-benar bukan manusia...!!!"
Ucapku penuh emosi yang membara.
"Tidak nak, tidak... aku ibumu, aku menyayangimu nak..." ibu itu terus menangis dengan tangan yang ditekuk ke dada.
"Tidak, aku tidak pernah punya ibu...!!! Aku anak bumi yang lahir dan besar dibumi...!!!" emosiku tetap tak terkendali.
Lantas aku ambil sebuah batu yang ada di sekitarku, ku angkat tinggi-tinggi batu itu, akan segera aku hujamkan batu itu ke kepala ibu itu...
"Ayoo pukul aku...!!! Bunuh ibumu ini agar kamu bisa bebas dari derita hidupmu...!!! Biar kamu puas melepas kebencianmu pada seorang ibu...!!!" ucap ibu itu dengan air mata yang terus membanjiri pipi dan wajahnya.
Aku yang semula terkenal sangat kejam kini hanya bisa diam bak patung batu.
Aku yang semula sangat arogan kini hatiku seakan luluh.
Aku melihat matanya seperti melihat diriku sendiri.
Aku melihat wajahnya persis seperti wajahku.
Dirinya persis seperti diriku.
Aku mulai sadar, bahwa darahnya adalah yang mengalir didarahku.
Tulang dan dagingku ini adalah bagian dari dirinya.
Sesaat aku terdiam, termenung dengan sosok ibu yang ada dihadapanku.
Tapi lagi-lagi kebencian terus membakar hati, seketika aku angkat tinggi-tinggi batu itu lantas dengan cepat aku hujamkan batu itu.
"Hiaaaa!!!!" teriakku sambil menghujamkan batu.
Batu itu menghantam dengan kerasnya, sangatlah keras. Hingga tanah yang menjadi landasan batu itu ringsek membentuk lubang bengikuti bentuk batu itu.
Yaa, batu itu sengaja aku banting tak mengenai ibu itu. Tapi bukan berarti aku memaafkan ibu.
"Pergi...!!! Pergi...!!! Pergi dari hadapanku...!!!" teriakku mengusirnya.
"Maafkan ibu nak... ibu menyesal..." ibu itu terus menjelaskan.
"Tidak, tidak ada ibu yang sepertimu... pergiii...!!!!
Kau tak pantas dipanggil ibu..." aku tetap mengusirnya.
"Baik, baik, jika itu yang kamu mau nak... aku akan pergi dan gak akan menemuimu lagi, tapi suatu saat kamu akan tau alasan mengapa ibu melakukan semua ini..."ucap ibu itu sembari mengusap air matanya dan bergegas pergi.
***
Tanpa sadar dari tadi aku menjadi tontonan orang-orang yang ada disekitarku.
Mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat apa yang aku lakukan, mereka pasti menganggapku anak yang durhaka dan sangat kejam terhadap ibunya sendiri, tanpa mau tau alasan apa yang sesungguhnya terjadi.
***
Benar, sudah hampir satu bulan aku tak pernah melihat ibu itu lagi, yang biasanya sekedar memperhatikanku dari jauh bahkan kadang menumpang ojeg untuk diantar ke tempat yang tak menentu.
Kadang aku merasa merindukan sosoknya, tapi emosi dan dendam tetap ada dan membara di dada.
"Aaahh,,, buat apa aku peduli pada ibu yang tak pantas disebut ibu..." ucap batinku mengenyahkan.
***
Akulah Tarsono itu, laki-laki yang hidup di dunia dengan penuh gagahnya, dan bagiku perempuan hanya penghias dunia tanpa pengaruh apa-apa.
Dan akulah Tarsono itu, laki-laki penguasa wanita.
***
Hingga disuatu hari saat aku sedang menunggu penumpang di pangkalan ojeg.
"MasNo kemana aja kamu mas, kok gak pernah kasih kabar...???" ucap seorang gadis yang sudah lama aku kenal.
"Emang kenapa Rom, bukankah kita sudah putus...???" jawabku ketus.
Yaa, dia Romlah gadis yang sudah satu tahun ini aku pacari. Tapi kini aku sudah mulai bosan dengannya, dan seperti biasa aku nemilih meninggalkannya dan mencari pengganti yang baru lagi.
"Apa mas...??? Semudah itu kamu bilang putus...???" ucap Romlah kecewa.
"Iyaa... karena aku telah muak denganmu..." jawabku.
"Kamu tega mas... aku kini sedang mengandung anakmu mas..." jawab Romlah sedih.
"Haahh emang aku peduli apa...??? Bagiku kamu tak berarti apa-apa dalam hidupku..." jawabku enteng.
"Mass... pliss mas, aku ingin kita segera menikah..." ucap Romlah.
"Apa...??? Bukankah kamu tau, kita gak mungkin menikah, bukankah orang tuamu gak setuju dengan hubungan kita..???" jawabku sewot.
"Aku siap ikut denganmu mas... aku ingin menikah walau orang tuaku tak setuju, aku ingin menemanimu kemana pun kamu pergi mas..." ucapannya makin menghiba.
"Tidak, aku telah bosan denganmu... aku tak peduli keadaanmu..." aku tetap tak memperdulikannya.
"Baik, baiklah kalo kamu tak peduli lagi, aku akan pergi jauh dari kehidupanmu...
Aku akan melahirkan bayi ini dan akan aku buang bayinya...
Lalu aku akan bunuh diri...
Karena aku yakin, jika bayi ini besar nanti, pasti dia tak akan bisa memaafkan aku..." kata terakhir dari Romlah dengan nada mengancam.
Lalu dalam sekejap dia pergi dari hadapanku sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya. Langkahnya sangat cepat, lebih cepat dari langkah hatinya meninggalkan ikatan cintanya.
Dan kata-kata terakhir Romlah seakan bagai tombak yang melayang menusuk dadaku. Menyesakkan sekali, hingga aku tak bisa berucap apa-apa lagi, bahkan untuk sekedar menahan dia pergi.
Seketika anganku terbang melayang pada lamunan yang teramat dalam, teringat aku pada sosok ibuku, seseorang yang telah aku usir karena aku tak bisa memaafkannya.
Hingga terfikir olehku,
Inikah yang ibu alami dulu, ditinggal kekasihnya dalam keadaan mengandung aku. Inikah yang dirasakan ibu.
"Ibu..." bibirku berucap lirih menyesali.
Yaa ibu dalam kondisi yang tidak memungkinkan harus pergi meninggalkan rumah agar aib keluarganya terjaga. Ibu yang harus berkorban nyawa melahirkanku, walau akhirnya harus membuang aku karena aku tau diusianya yang masih belia ibu tak mungkin bisa berfikir lebih dewasa.
Dan aku mulai teringat saat simbok sering bercerita, saat beras di dapur habis, tak lama kemudian pasti di depan rumah ada beras beserta sayuran dan lauknya, bahkan saat simbok kehabisan uang, pasti ada ibu-ibu muda yang datang memberikan uang sekedarnya. Dan aku yakin sosok itu adalah ibuku, ibuku yang selalu memperhatikanku dari kejauhan. Itu pasti ibu.
"Lantas dimana ibu sekarang, apakan beliau sudah pergi mengakhiri hidupnya sendiri seperti yang dikatakan Romlah karena anaknya tak pernah memaafkannya...???" ucap batinku.
Pikiranku mulai kacau, terbayang semua kesalahan-kesalahanku dimasa lalu. Dimana kekesalan dalam hidupku, aku lampiaskan pada perempuan-perempuan yang sebenarnya tak pernah bersalah.
Karena sesungguhnya laki-laki lah yang bersalah. Yaa laki-laki lah yang seharusnya bertanggung jawab atas itu semua.
Dan aku, aku bukan ayahku. Laki-laki yang tega meninggalkan ibu saat mengandung aku.
Aku adalah laki-laki yang pantas disebut laki-laki.
"Ibu maafkan aku... ibuu..." jerit batinku makin keras hingga air mataku tak tetasa menetes.
Tapi tiba-tiba aku juga teringat pada Romlah, calon ibu dari bayiku, aku tak ingin anakku bernasib sama seperti aku.
"Romlah dimana kamu...???" teriakku dengan mata yang menyapu pandangan, namun tak kutemui Romlah dalam penglihatanku.
"Yaa Romlah sudah pergi jauh, aku harus mencarinya, aku harus menemukannya, aku tak ingin kehilangannya..." ucapku gugup sambil menyalakan motor bebek tungganganku.
Saat aku mulai menyalakan motor tiba-tiba ada yang memanggilku,
"Bang, ojeg bang..." ucap ibu-ibu langgananku.
"Maaf hari ini gak narik..." jawabku singkat sambil mengegas motor kesayanganku.
Motor aku tancap cepat seperti Rossi yang melibas lawan-lawannya di sirkuit ternama.
Tempat yang aku tuju adalah rumah Romlah. Aku ingin menjemputnya dan akan menikahinya.
***
"Maaf Romlah sudah dua hari ini gak pulang, bapak sudah mencari kemana-mana tapi belum membuahkan hasil..." jawaban orang tua Romlah yang membuat hatiku hancur dan merasa putus asa.
Seketika aku sadar, berarti tadi saat Romlah menemui aku, dia telah pergi dari rumah untuk siap hidup denganku.
Dan saat ini aku benar-benar takut kehilangannya, aku tak ingin tragedi 21 tahun yang lalu terulang kembali, cukup aku saja yang menjadi korbannya.
Dalam tangis batinku, terbesit dalam pikiranku bahwa Romlah pasti pergi ke kota untuk membesarkan kandungannya dan melahirkan disana.
"Yaa,,, aku harus mencarinya ke kota, aku akan minta izin mbok Darmi dulu untuk pamit mencari ibu kandungku sekaligus mencari calon ibu dari anakku..."
Aku kembali tancap gas, mengendarai motor kencang untuk pulang menemui simbokku.
Aku benar-benar panik, aku tak pernah segugup ini. Dengan kecepatan tinggi ku geber motor melewati jalan sempit di perkampunganku sendiri.
Setelah sampai di depan rumahku, alangkah terkejutnya aku.
Aku melihat rumahku ramai tak seperti biasanya, banyak orang yang mendatangi rumah bambu sederhana milik simbokku.
Aku standarkan motorku lalu mulai melangkah menuju rumah tua itu.
Suasana sangat berbeda dari biasanya, banyak tetangga-tetanggaku tak biasanya berkumpul seperti itu.
Aku melangkah pelan mendekati kerumunan itu.
Nampak tetua desa datang menghampiriku sebelum aku sampai kedalam rumah itu. Menepuk pundakku pelan sembari berkata.
"Yang sabar nak, simbokmu telah..." ucap tetua desa yang tak sanggup meneruskan kata-katanya.
"Jleebb..." serasa tombak besar kembali menusuk jantungku.
Setelah aku kehilangan ibu dan calon ibu dari anakku, kini aku harus kehilangan satu lagi sosok ibu yang selama ini merawatku.
Tubuhku bergetar kencang, kencang sekali seperti mesin pemadat aspal yang biasa aku lihat di jalan.
Seakan aku tak kuasa menahan beban hidup ini.
"Simbooookkkkk...!!!" aku berteriak sekencang-kencangnya.
"Simbooookkk...!!! aku sayang simboookk...!!!
Maafin aku mbookkk...!!!" aku terus berteriak.
Aku sangat menyesal belum sempat mengucap sayang pada simbok, aku menyesal tidak pernah memperhatikan simbok. Kini simbok telah pergi meninggalkan aku disini sendiri.
Seketika tubuhku mulai lunglai, lalu kesadaranku mulai menghilang, pandanganku putih memudar, dalam remang-remang aku melihat banyak orang dengan sigap menangkap tubuhku dan memapahku menuju rumah itu.
***
Akulah Tarsono itu, sosok laki-laki yang selalu merindukan sosok ibu.
"Dan akulah Tarsono itu...
Yaa akulah Tarsono itu..."
=================SEKIAN================
Prastyo Hardiano Binzah, seorang kontraktor dan pengusaha sukses di bidang property yang namanya sudah tak asing lagi di kalangan pembisnis-pembisnis property dikota metropolitan ini.
Dan kali ini mas Pras panggilan akrabnya, lagi-lagi memenangkan tender pembangunan gedung baru di salah satu kampus swasta di kota ini, saat dia datang untuk meninjau pengerjaan proyek itu, disitulah Prasetyo berkenalan dengan mahasiswi dikampus tersebut. Yang kelak akan menjadi sumber bencana dalam bahtera kehidupannya.
"Namaku Keisya..." Ucap gadis cantik nan sexy ini, sambil mengedipkan matanya dengan tatapan manja sembari menggigit bibirnya sendiri yang membuat Prasetyo langsung terpikat hati sejak pandangannya pertama kali.
Keisya namanya gadis terpopuler dikampus itu, wajahnya yang sangat cantik, rambutnya yang terurai sebahu, tatapan matanya yang menggoda dan body mulusnya yang mempesona, juga tato abstrak berwarna hitam-merah yang terlukis di pinggulnya yang selalu mengintip dari sela-sela kaos cingkrang yang selalu dipakainya, membuat hampir semua mahasiswa di kampus itu tergoda, bahkan banyak diantara mereka yang tergila-gila padanya, tak terkecuali Prasetyo.
Tapi sayangnya Keisya bukan gadis kelas ecek-ecek, dia seperti artis papan atas yang tak mau dipacari oleh cowok-cowok berkantong cekak, dia lebih memilih om-om pejabat atau pengusaha-pengusaha yang sudah benar-benar sukses. Bahkan seorang sekelas Prasetyo pun belum masuk kriteria levelnya.
Hal inilah yang membuat Prasetyo makin tergila-gila, semakin mengejarnya. Padahal biasanya Prasetyo lah yang sering dikejar-kejar gadis disekitarnya. Bagaimapun Prasetyo adalah sosok yang tampan, dengan perawakan tinggi proposional, dengan rambut cepaknya yang terkesan makin bersih, apalagi dengan kekayaannya yang cukup melimpah diusianya yang masih muda, tak heran banyak wanita yang jatuh hati padanya.
Tetapi kali ini Prasetyo harus bertekuk lutut pada gadis yang baru saja dikenalnya. Mempersembahkan seluruh hati dan segala cintanya.
"Keisya, aku sangat mencintaimu... Pliss mengertilah perasaanku ini, aku sangat membutuhkanmu..." Rayu Prasetyo sambil berteriak didepan kost Keisya. Tapi Kaisya tetap melangkah cepat meninggalkannya memasuki rumah yang ia sewa didekat kampus itu.
"Keisya...!!!" Teriaknya lagi.
Akhirnya Keisya berhenti dan kembali melangkah ke arah Prasetyo.
"Hey mas, aku tak percaya apa yang semua mas Pras ucapkan itu... Selama ini banyak kok orang seperti mas Pras ini, tapi ujung-ujungnya ternyata cowok pelit dan kere..." Ucap Keisya tanpa basa basi sambil jemarinya memainkan rambutnya yang terkesan menyeplekan ucapan Prasetyo.
"Jadi apa maksudmu Keisya...???" Tanya Prasetyo terheran.
"Iyaa mereka semua kere, gak bisa memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupku yang gak murah ini... Ingat mas, di dunia ini gak ada yang gratis, semua pakai uang... Dan perlu mas Pras tau, aku lebih suka sama pejabat-pejabat yang royal...
Hhmm... Bagi aku mereka lebih menggoda... Dari pada cowok keren tapi kere..." Jelasnya.
"Lagian aku tau kok, mas Pras sudah berkeluarga juga, sama seperti om-om yang biasa mengajakku berkencan, tapi bedanya mereka berani membayarku mahal..." Imbuhnya.
Mas Pras sedikit tercengangang, terdiam sesaat.
"Ooo,,, jadi itu yang kamu pikirkan... Seperti yang orang-orang tau, uang bagiku tak ada artinya... Bahkan aku jauh lebih royal dari pejabat-pejabat itu, asal kamu mau, aku bisa berikan apa yang kamu ingankan Keisya..." Ucap mas Pras sambil menyentuh dagu Keisya dan mendekatkan wajahnya di wajah Keisya dengan senyum khasnya yang mengisaratkan ia siap memenuhi semua keinginan Keisya.
"Ini baru cowok yang gue cari..." Ucap Keisya dalam hati berbunga-bunga. Dengan mata yang berbinar-binar dan bibir yang makin menggoda.
"Oke dehh kalo begitu, ayuukk kita masuk mas, kita nikmati malam ini penuh kehangatan..." Ucap Keisya penuh manja dengan senyum yang menggoda sambil menarik dasi mas Pras menggiringnya masuk ke kost'an.
Malam itu menjadi awal dari cerita cinta terlarang, seorang gadis liar bertemu dengan laki-laki flamboyan. Permainannya yang agresif membuat Prastyo makin membara terbelenggu dalam dekapan eksotisme Keisya.
***
Cerita percintaan itu terus berlanjut. Hingga disuatu hari, setelah mereka selesai bercinta.
"Mas Pras, sebenarnya aku udah gak betah tinggal disini... Aku pingin tinggal ditempat yang lebih nyaman..." Ucap Keisya penuh manja yang masih dalam pelukan Prasetyo setelah selesai memadukan kisah cinta terlarangnya.
"Hmmm... Baiklah, nanti aku cariin apartemen yang mewah sepesial buat kamu yang paling cantik..." Jawab Prasetyo santai sambil menyolek hidung Keisya dengan jari telunjuknya, lalu mendekap erat tubuh mulusnya yang masih tanpa busana.
Prasetyo adalah sosok laki-laki yang flamboyan, walaupun mempunyai hubungan gelap dengan banyak perempuan diluar, tetapi dia tetap bisa menyembunyikannya dari sang istri.
Sebagai sosok pengusaha sukses, segala macam kehidupan malam pernah dia coba, dan baginya kehidupan ini adalah suatu kesenangan dunia yang tiada batasnya.
Tapi dari itu semua, hanya Keisya lah yang mampu membuat dia bertekuk lutut, semua permintaannya tak mampu dia tolak, perhiasan, apartemen, mobil mewah, kucuran dana setiap minggunya mencapai puluhan juta dan masih banyak lagi, karena baginya, tidak ada yang lebih bisa memberikan kepuasan batinnya selain cinta dari Keisya.
***
Waktu berjalan begitu cepat, satu tahun telah berlalu. Keadaan telah banyak berubah, Prasetyo yang terkenal sangat cerdas sekarang tak ubahnya seperti kerbau yang dicocol hidungnya.
Dia sudah tak sedinamis sebelumnya, langkahnya dikendalikan oleh cinta yang membutakan matanya. Pandangannya tak lagi tajam kedepan, hanya mampu sebatas paha dan selakangan.
Jarinya tak mampu lagi menunjuk tegas arah bisnisnya, tetapi hanya mampu sebatas merada dada dan puting-puting payudara.
Bibirnya tak mampu lagi berbicara indah saat presentasi didepan kliennya, kini bibirnya hanya bisa untuk melumat bibir-bibir sexy yang merah merona.
Dia terkungkung oleh nafsu dunia yang menyesatkan. Kini bisnisnya hancur berantakan, proyek-proyek yang dikerjakannya tak lagi menghasilkan seperti yang diharapkan para kliennya, tender-tender yang biasa dimenangkannya kini harus rela berpindah ke tangan perusahaan-perusahaan pesaing. Dan akhirnya kini perusahaannya dinyatakan pailit.
***
"Keisya, akhir bulan ini apartemen yang kita tinggali ini sewanya akan habis, aku tak mampu lagi memperpanjang sewanya... Dan sekarang kamu bebas, aku gak akan cemburu kamu akan bergaul dengan siapa, silahkan om-om mana yang akan kamu dekati, aku janji gak akan melarangmu lagi..." Ucap Prasetyo dengan wajah yang tertunduk tak mampu lagi menatap mata Keisya.
"Kenapa mas, apa mas Pras sudah gak cinta lagi sama aku...???" Tanya Keisya terkejut.
"Gak Keisya, sampai saat ini aku tetap cinta sama kamu, tapi keadaannya sekarang sudah berubah, perusahaanku telah pailit Keisya, aku sudah tak punya apa-apa lagi, jangankan untuk memenuhi kebutuhanmu, untuk keluargaku sendiri aku sudah tak sanggup..." Jawab Prasetyo dengan nada lemah.
"Apa mas...???" Ucap Keisya tak percaya. Semberi meletakkan bokongnya dikasur empuk di apartemen itu, menggigit jarinya dengan lemas. Sementara Prasetyo tetap berdiri lemah di hadapannya.
Sejenak semua terdiam, bibir-bibir mereka seolah kelu membeku, kamar mewah yang biasanya diisi gairah-gairah liar, kini dingin bak di kutup utara.
"Yaa,,, aku sudah tak punya apa-apa, sekarang aku izinkan kamu mencari laki-laki lain yang lebih kaya, yang mampu memenuhi semua keinginanmu..." Ucap Prasetyo sembari melangkah lesu meninggalkan kamar apartemen itu.
***
"Aku minta cerai...!!!
Ternyata kepercayaanku selama ini mas sia-siakan... Teganya kamu punya istri lagi diluar sana, aku gak nyangka mas...!!!" Bentak Melly, istri Prasetyo setelah mengetahui bahwa suaminya telah nikah sirih dengan Keisya.
Ternyata kepercayaanku selama ini mas sia-siakan... Teganya kamu punya istri lagi diluar sana, aku gak nyangka mas...!!!" Bentak Melly, istri Prasetyo setelah mengetahui bahwa suaminya telah nikah sirih dengan Keisya.
Istri yang selama ini tulus menemaninya, sosok yang selama ini penurut kini berubah seperti api yang berkobar yang sukar dipadamkan.
"Maafin aku Mell... Aku menyesal... Sekarang aku sadar bahwa kamulah yang terbaik untukku..." Prasetyo menangis tersedu-sedu, bersimpuh dihadapan istrinya.
"Wanita mana mas yang sanggup dimadu, diduakan cintanya... Apalagi sekarang bisnismu hancur karena pelacur itu... Apa yang bisa kamu banggakan lagi mas...???" ucapnya lagi penuh emosi.
"Braakk!!!" Mely membanting pintu rumah dengan membawa koper dan barang-barangnya. Wanita yang telah 3 tahun lamanya menjalani mahligai rumah tangga, kini harus pergi meninggalkan dirinya yang telah menghianati cintanya.
Prasyetyo tersungkur dalam kehancuran, seakan kakinya lemah tak mampu lagi mengejar langkah istrinya yang pergi meninggalkannya...
"Melly,,, jangan tinggalin aku...." teriak Prasetyo lirih yang diiringi air matanya yang tak mampu terbendung lagi.
Penyesalan yang datang diakhir cerita adalah hal yang sering terjadi. Padahal kasih sayang seorang istri yang tulus dalam menemani perjalanan hidup kita adalah sesuatu hal yang sangat berharga, yang seharusnya kita jaga. Namun bagi sebagian laki-laki kadang hal itu tak pernah terlihat, karena mata kita telah tertutup oleh gemerlap dunia, namun saat kegagalan menjegal langkah kita, barulah kita tersadar bahwa kita telah menyia-nyiakan istri yang selalu setia memeluk kita.
***
Yaa, ini adalah akhir dari kisah cinta yang dialami Prasetyo, penyesalan menghantui hari-harinya adalah buah dari apa yang ia lakukan sebelumnya.
Ditengah kehancurannya, dia harus kehilangan istri dan juga harus rela melepas istri sirihnya, Keisya. Wanita yang mampu membangkitkan gairah cintanya namun juga yang telah menghancurkan pundi-pundi kehidupannya.
"Aku tak bisa menyalahkan istriku yang pergi meninggalkan aku, karena aku telah menghianatinya dengan kebodohanku...
Aku juga tak bisa menyalahkan Keisya, karena bagaimanapun juga diantara kami tak ada ikatan cinta yang tulus, Keisya mau denganku hanya karena hartaku, saat aku tak memiliki apa-apa lagi sudah sepantasnya dia juga pergi..." Ucap hati Prasetyo.
Aku juga tak bisa menyalahkan Keisya, karena bagaimanapun juga diantara kami tak ada ikatan cinta yang tulus, Keisya mau denganku hanya karena hartaku, saat aku tak memiliki apa-apa lagi sudah sepantasnya dia juga pergi..." Ucap hati Prasetyo.
Pergolakan batinnya kian menjadi-jadi, penyesalan dan kesedihan mampu membuat Prasetyo makin terpuruk kedalam lembah kehancuran yang makin dalam.
Sudah hampir seminggu Prasetyo tak keluar rumah, dia hanya mengurung diri dikamar, bahkan dia sering melupakan rasa lapar yang menggerus perutnya. Hari-harinya diisi dengan lamunan-lamunan semu, sesekali merintih memanggil istrinya.
"Melly... Maafkan aku..." Ucap bibirnya lirih penuh lara.
Yaa, nama Melly lah yang sering iya panggil dalam lamunannya, merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan memeluk guling yang mengingatkan ia pada sang istri tercinta. Di tempat tidur itulah dia biasa menghabiskan hari-harinya dulu bersama istri tercinta sepulang bekerja, canda tawa yang dulu dirasakan kini sirna entah kemana.
"Melly,,, kamu dimana sayang, aku merindukanmu disini... Aku butuh kamu disaat-saat seperti ini... Melly, pliisss temui aku lagii..." Ucap bibir Prasetyo seperti orang gila, merintih berbicara sendiri bersama kesendiriannya.
Prasetyo masih tetap berharap sang istri kembali dalam pelukannya, selalu memanggil nama Melly di sela-sela lamunannya. Walau semua itu terasa sia-sia.
***
Setelah sekian lama hanya terebah ditempat tidur, Prasetyo mulai bangkit dari kasur empuknya, mencoba berdiri dengan tubuh yang lemah dan makin rapuh, karena sudah sekian lama dia tak pernah menghirup udara diluar rumah.
Bergegas bangun dari tempat tidur, Kakinya mulai memijak lantai kamar yang berdebu tak seperti dulu yang selalu bersih, teringat mbok Rasmi yang selalu setia membersihkan disetiap jengkal sudut rumahnya. Tapi mbok Rasmi sudah tak disini, teringat saat dia berbincang untuk terakhir kalinya.
"Mbok,,, mulai sekarang mbok boleh mencari pekerjaan lain, mbok boleh ninggalin aku sendiri disini..." Ucapnya penuh keputus-asaan.
"Tapi Den, mbok masih betah disini menemani Aden..." Jawab mbok Rasmi.
"Aku sudah tak punya apa-apa lagi mbok, mbok harus mencari orang lain yang bisa memberikan penghasilan pada mbok Rasmi, karena aku tau keluarga mbok di kampung masih membutuhkan kiriman dari mbok Rasmi..."
Ucap Prasetyo menjelaskan.
Hari itu adalah hari terakhir mbok Rasmi tinggal di rumah ini, membuat kesendirian Prasetyo makin terasa sendiri. Membuat debu-debu bersuka cita datang berbondong-bondong memenuhi semua sudut ruangan di rumah ini.
Prasetyo mulai berjalan meninggalkan tempat tidurnya membuka pintu kamar mandi dengan pelannya, mendekatlah dia di depan cermin yang tertempel di dinding.
Sejenak dia mulai termenung di depan cermin itu, menatap wajahnya yang tak sebersih dulu, wajahnya mulai tumbuh rambut-rambut halus disekitar bibir dan pipi bawahnya. Yaa,,, Kumis, bewok, jambangnya mulai tumbuh liar tak beraturan. Dia teringat dahulu, dirinya yang selalu rajin mencukur kumis dan bewoknya di kamar mandi hotel.
Dia melihat wajahnya persis seperti dalam iklan pisau pencukur rambut di televisi. Setelah keluar dari kamar mandi, kehadirannya pasti disambut gadis cantik yang sudah siap diatas kasur dengan seprey putih dengan tubuh bugil nan molek yang hanya tertutup selimut putih khas hotel berbintang. Yang akan mengantarkannya dalam kepuasan birahi yang memuncak.
Tapi kini, setelah keluar dari kamar mandi hanya bantal guling yang bisu yang selalu setia menunggunya diatas kasur itu.
Lalu Prasetyo melanjutkan langkahnya, membuka pintu kamar pelan tak bertenaga, menuju dapurnya yang kotor tak terurus lagi, dia mulai memanaskan air dan menyeduh kopi sendiri.
Teringat dahulu saat-saat berada dipuncak kesuksesan, saat pelayan cafe kelas atas membuatkan kopi spesial untuk dia dan rekan-rekan bisnisnya, diiringi musik jaz yang sayu-sayu yang mengiringi perbincangan membicarakan proyek-proyek besar dengan omset milyaran.
Tapi kini dia harus menyeduh secangkir kopi sendiri, membawanya ke teras depan rumahnya dengan tangannya sendiri.
Di teras depan rumahnya Prasetyo duduk menyandarkan tubuhnya di kursi sandar yang terbuat dari rotan di depan rumah.
Teringat dahulu saat dia duduk disofa empuk di ruang karaoke dengan ditemani gadis pemandu lagu yang tubuhnya syarat terbuka penuh nafsu yang menggoda hasratnya untuk mencumbu. Bahkan sering lantunan lagunya terlupakan karena berdurunya lumatan bibir gadis-gadis pemandu lagu itu yang tanpa jeda melumat bibirnya penuh nafsu.
Teringat dahulu saat dia duduk disofa empuk di ruang karaoke dengan ditemani gadis pemandu lagu yang tubuhnya syarat terbuka penuh nafsu yang menggoda hasratnya untuk mencumbu. Bahkan sering lantunan lagunya terlupakan karena berdurunya lumatan bibir gadis-gadis pemandu lagu itu yang tanpa jeda melumat bibirnya penuh nafsu.
Tapi kali ini dia hanya sendiri di kursi rotan dengan bersandar dan menerawang pada masa-masa itu. Yang membuat dirinya yang sendiri makin merasa sendiri.
Hanya secangkir kopi dan sebatang rokok yang menemaninya saat ini.
Setelah sebatang rokok menempel di bibirnya, dipantiknya korek api untuk menyalakan rokok kesukaannya. Teringat dahulu saat dia tak pernah menyalakan rokoknya sendiri, karena pasti ada gadis-gadis clubing yang selalu menyalakan korek api untuknya, dan lalu mengajaknya bergoyang turun melantai dihiasi sinar gemerlap di kegelapan, diiringi suara musik disko yang dimainkan oleh DJ kenamaan, bahkan tak jarang DJ memutarkan lagu khusus untuknya karena bagi sebagian orang yang ada di sana, nama Prasetyo Hardiano Binzah sudah tak asing lagi bagi mereka.
Uang jutaan rupiah sudah biasa dihabiskan dalam semalam, baginya kesenangan adalah segalanya.
Yaa,,, lagi-lagi dia dihadapkan kenyataan yang pahit, sekarang tak ada lagi lampu gemerlapan yang menyilaukan itu, yang ada sekarang hanya secercah sinar matahari yang menembus dari sela-sela dedaunan dari pohon rimbun yang tumbuh didepan rumahnya.
Jangankan gadis-gadis cantik, teman-temannya dulu yang selalu mengajaknya berpesta pun kini entah kemana, handpone yang dulu sering berdering kini berubah membisu tanpa suara bagai sebongkah batu bata yang siap tersusun menjadi dinding-dinding penjara yang siap mengurungnya, tak ada yang menghubunginya, tak ada yang memperdulikannya.
"Kini aku bukan siapa-siapa lagi, tak ada yang mau menemaniku apalagi peduli, aku bagai seonggok tubuh mati yang bernyawa...
Yaa,,, seonggok tubuh mati yang masih bernyawa..." Ucapnya dalam hati.
"Aku benar-benar rapuh saat ini, aku merasa tak pernah seputus-asa ini..." Ucapnya lagi.
Disela-sela kegalauannya, disela-sela keputusasaannya di teringat satu hal, pada Dia yang tak pernah meninggalkannya walau dirinya selalu meninggalkannya...
Pada Dia yang tak pernah melupakannya walau dirinya sering melupakannya...
Yaa,,, Dia adalah sang Pencipta alam semesta, Tuhan yang selalu memberi anugerah pada setiap hambanya. Tuhan yang maha Pengasih lagi maha Penyayang...
Seketika hatinya terenyuh, dia tak mampu membendung air mata penyesalannya lagi, lalu sekuat tenaga ia segera bangkit dari tempat duduk, bergegas pergi mendekat keran air yang ada di belakang rumahnya, dibasuhnya muka lengan dan bagian-bagian tubuhnya seperti yang disyaratkan dalam berwudhu, air yang membasahi kulitnya sangat terasa menyegarkan, menyejukkan dan memadamkan dari bara api yang selama ini membakar jiwanya. Diambilnya sarung dan sajadah yang entah kapan terakhir kali dipakainya.
Dalam sujudnya dia meletakkan seluruh hiruk-pikuk beban hidupnya, dalam tangan yang menengadah dan memanjatkan do'a-do'a seakan semangatnya terisi kembali seperti handpone yang tercolok dengan charger untuk mengisi batre yang telah lama habis.
Batinnya kembali tenang, udara segar yang mengalir melewati celah-celah fentilasi yang begitu kecilpun seakan terasa mampu menyegarkan paru-parunya.
Tubuhnya yang masih terbungkus sarung dan baju koko, tak terasa terebah dan terlelap diatas sajadah itu.
Dalam lelap tidurnya karena terlepas beban hidup yang membelenggu selama ini, tiba-tiba handpone-nya berbinyi "tluutt,,,Tluutt..." Dua kali dentingan handpone-nya mampu membuatnya terjaga dari tidur pulasnya.
Setelah diambilnya handpone itu, ternyata ada satu sms yang meminta untuk segera dibaca...
"Mas aku ada didepan rumah, tolong buka pintunya..." Sms dari wanita yang selama ini dikenalnya membuat Prasetyo langsung bergegas bangkit dari tidurnya, melangkah dengan semangat menuju pintu didepan rumah.
Mungkin inilah jawaban dari do'a yang ia panjatkan, seorang wanita yang dirindukannya kembali, yang akan mengobati kerinduan hatinya, menjadi penawar sakitnya.
Setelah dibukanya pintu itu, dihadapannya telah berdiri sosok wanita pujaan hatinya dulu, wanita yang menemaninya selama ini.
Seketika bibirnya tersenyum bahagia setelah melihat wanita itu berdiri tepat di hadapannya. Tak lama wanita itu langsung memeluk tubuh Prasetyo yang mulai kurus dan lemah.
"Maafin aku mas Pras, aku janji gak akan ninggalin kamu lagi..." Ucap wanita itu sambil mendekap erat tubuh Prasetyo.
Bibir Prasetyo tak mampu berucap apa-apa lagi, air matanya meleleh tak terasa, membanjiri kering batinnya yang tersiksa, dia hanya mampu memeluk erat tubuh pujaan hatinya.
Setelah berapa lama, wanita itu melepaskan pelukannya, dan memandangi wajah Prasetyo yang mulai lusuh penuh rambut-rambut halus yang memenuhi sebagian wajahnya.
"Kamu tetap ganteng mas, meski bewokan seperti itu..." Ucap wanita itu sambil tersenyum yang makin merekah, yang membuat hati Prasetyo makin berbunga-bunga.
Merekapun saling menatap begitu dalam dan lama, melepas kerinduan ini yang sekian lama terpisah.
"Keisya,,, akhirnya aku bisa memelukmu lagi hari ini... Aku sangat merindukanmu Keisya..." Bibir Pras berucap lirih. Yang diikuti anggukan Keisya yang mengisyaratkan ia mengerti apa yang dialami Prasetyo saat ini.
"Karena itulah mas aku datang kesini, aku tau kini kamu dalam keterpurukan, sementara istrimu pergi meninggalkanmu, jadi aku ingin menemanimu dan tak akan membiarkanmu dalam kesendirian mas..." Ucap Keisa sambil memeluk tubuhnya lagi.
"Ta'tapi aku sudah tak punya apa-apa lagi Kei..." Ucap Pras sambil ternbata-bata.
"Iya mas aku tau, tapi aku sekarang sadar, bahwa aku lebih membutuhkan cintamu dari pada hartamu...
Aku sadar bahwa hanya mas Pras lah yang mampu membuat hatiku bahagia, yang bisa membuatku benar-benar merasa nyaman...
Aku tak peduli lagi atas kemewahan dunia, hidup bersamamu lah yang mampu membuatku bahagia mas..." Ucap Keisa penuh cinta.
Aku sadar bahwa hanya mas Pras lah yang mampu membuat hatiku bahagia, yang bisa membuatku benar-benar merasa nyaman...
Aku tak peduli lagi atas kemewahan dunia, hidup bersamamu lah yang mampu membuatku bahagia mas..." Ucap Keisa penuh cinta.
"Seperti yang mas Pras selalu ucakan padaku, Bahwa hidup itu harus tetap optimist, harus tetap semangat apapun keadaannya...
Seperti yang mas Pras sering ucapkan, Jika aku menemukan mas Pras dalam keputus-asaan berarti itu bukan mas Pras...
Dan aku ingin orang yang ada dihadapanku ini adalah mas Pras, Prasetyo Hardiano Binzah...
Dengan embel-embel nama Binzah dibelakang nama lengkapmu, yang menandakan bahwa kamu adalah terlahir dari generasi Binzah yang terkenal ulet dan pantang menyerah itu...
Seperti yang mas Pras bilang, mas Pras adalah penemerus dari klan Binzah yang kuat, kamu harus seperti ayahmu atau kakek-kakekmu dulu...
Kuat, pemberani dan ulet...
Kuat, pemberani dan ulet...
Dan kamu adalah mas Prasku yang dulu, yang penuh gairah hidup...
Dan lagi umur mas Pras baru 33 tahun, itu artinya jalan kita masih panjang mas, kita pasti bisa melalui ini semua..." Ucap Keisa memberi semangat sembari meletakkan kedua tangannya di pipi Prasetyo.
Mengelus-elus kumis, jambang dan bewoknya yang mulai tumbuh di sebagian wajahnya.
Dan bagi Prasetyo, sentuhan itulah yang mampu menenangkan hatinya.
Aku ingin menjadi istrimu yang sah, aku ingin melahirkan anak dari benihmu mas, yang kelak akan menjadi generasi-generasi pengusaha yang hebat di negeri ini..." Imbuh Keisya meyakinkan Prasetyo.
Seketika Prasetyo memeluk tubuh Keisya dengan erat.
***
Akhirnya mereka memulai lagi awal dari cerita yang sesungguhnya, cerita dari ketulusan cinta, bukan cinta karena harta. Dalam dunia ini, semua bisa saja terjadi, semua bisa saja berubah. Dan manusia-manusia yang mau berubahlah mereka yang mampu memenangkan pergulatan hidup ini, yang mampu menemukan kebahagiaan yang sejati...
Semoga cerita ini mampu memberi inspirasi bagi kita semua... Semoga...
Terimakasih sudah membaca,
Saya Ahmad Pajali Binzah
Terimakasih sudah membaca,
Saya Ahmad Pajali Binzah
================SEKIAN===============
Baca juga cerpen tentang petualangan: