Semua orang pasti tak akan menduga bahwa edelweis di pos 3 itu akan menyadarkan kita semua, akan arti pentingnya sebuah upaya pelestarian alam.
***
Jalur pendakian gunung Gede-Pangrango disetiap weekend pasti selalu ramai oleh para pendaki yang ingin melepas penat dari rutinitas kesehariannya.
Tak terkecuali hari ini, saat matahari sedang belo-belonya memancarkan terik sinarnya, namun siang itu pacarannya tak mampu menembus perisai lebatnya kanopi yang menyelimuti seluruh tubuh Gede-Pangrango.
Dibawah perisai itu nampak para pecandu ketinggian sedang merayap menyusuri jalur setapak untuk sebuah pemuas hasrat pengembaraannya.
Tepat di pos 3 nampak seorang pendaki cilik berteriak-teriak pada ayahnya penuh suka cita.
"Horee... puncak, puncak, puncak...
Sebentar lagi sampai puncak...!!!" Teriak Cika, anak umur 7 tahun sembari berlari berputar-putar mengelilingi ayahnya.
Teriakannya seketika memecah kesunyian, menggugah para jiwa-jiwa kelelahan yang sedang bersandar pada sebatang pohon-pohon besar disekitar tanah datar di pos 3.
Sontak sang ayah terkejut,
"Cika sayang, perjalanan kita masih jauh...
Saat ini kita baru sampai pos 3, jadi yang sabar yaa sayang..." bujuk sang ayah menundukan tubuhnya sambil mengelus rambut Cika.
"Aaahh si adek berisik aja nih, kak Ical mau istirahat tau..." ucap sang kakak sewot sembari bersandar pada tembok bangunan pos 3 itu.
"Tapi Yah, waktu kita ke gunung Papandayan, Ayah kan pernah bilang kalo kita sudah mencium harum edelweis, itu menandakan kita sudah hampir sampai di puncak Yah...???" Ucap Cika polos dengan mata menatap raut muka sang ayah yang makin terheran dibuatnya.
"Itu kan gunung Papandayan dek, jalurnya gak sejauh di gunung ini..." lagi-lagi sang kakak menimpali dengan nada gujih.
Sang ayah tetap tenang, sambil berjongkok dihadapan buah hatinya yang sangat ia sayangi. Dengan sesekali membelai rambut Cika.
"Iyaa sayang, nanti kalo kita sudah mendekati puncak, kita akan di sambut harum semerbak bunga ketinggian itu...
Mata kita akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, disana terhampar bunga-bunga suci nan abadi, bunga edelweis namanya, bunga yang mampu menghapus lelah para jiwa-jiwa yang kelelahan setelah lama perjalanan..." jelas sang ayah dengan nada mendayu. Dan sang ibu tetap diam disamping sang ayah dengan senyumnya yang ramah.
"Bukankah disini kita sudah merasakan itu Yah...???" Ucap Cika polos.
Nampak kedua orang tuanya makin heran, terlihat jelas kerutan-kerutan di kening, matanya menyempit dengan kaca mata yang melingkari matanya. Menambah kesan heran di wajah sang ayah.
"Apa maksudmu nak...???" ucap sang ayah dengan tangan yang menempel di pipi Cika
"Lihat Yah,,, disana sudah ada bunga itu..." ucap Cika dengan jarinya yang menunjuk ke arah bangku yang terbuat dari beton, yang ada disamping kanan pos 3 itu.
Ya, diatas bangku itu telah tergeletak seikat bunga edelweis yang telah merekah.
Sepontan semua pendaki yang ada disana langsung mendekat,
"Gila' kelakuan siapa nih, berani-beraninya memetik bunga yang langka ini, gak tau etika..." ucap salah satu pendaki.
"Ini bukan pecinta alam namanya, ini perusak alam...!!!" Celetuk pendaki lain.
Seketika suasana menjadi riuh redam, puluhan pendaki mengerubuti dengan cacian-cacian kasarnya.
Yang bikin suasana makin panas, saat ada dua orang pendaki yang mendekat dan melontarkan kata-kata kotor, menghujat sipemetik edelweis, tetapi setelah itu mereka malah langsung menghilang berjalan menuruni jalur.
Sontak Ical sang kakak langsung menuduh dua pendaki itu,
"Ini pasti pekerjaan dua pendaki tadi, kita semua kan baru mau naik, sementara dia sudah berjalan turun..." ucap Ical sambil menunjuk arah jalur turun, yang diiyakan oleh semua pendaki yang ada disana.
Suasana makin tegang, kabut yang datang tak mampu mendinginkan suasana.
Sang ayah mencoba menepuk pundak Ical agar tidak berpikiran negatif pada seseorang yang belum tentu kebenarannya.
Dalam suasana yang semakin kacau, tiba-tiba sang adik berteriak ditengah kerumunan.
"Lihat Yah ada surat di tembok itu..." ucap Cika sembari menunjuk secarik kertas yang sengaja ditempel oleh seseorang.
Setelah sang ayah mengambil, mereka pun bersama-sama membaca surat itu.
****
Untuk siapa pun yang menemukan bunga ini.
Mungkin kalian akan menganggapku sibodoh yang tak tau aturan...
Mungkin kalian akan menghujatku dengan makian kata-kata kotor tak beraturan...
Tapi apapun itu aku akan terima, karena ini mutlak dari kesalahanku...
Aku melakukan pendakian ini salah satu tujuanku memang memetik bunga abadi ini, karena aku ingin membuktikan pada seseorang yang aku sayangi, bahwa cintaku suci dan akan abadi seperti bunga edelweis ini...
Walaupun aku tau, tindakan ini tercela...
Bahkan hati kecilku selalu berontak akan tindakanku ini...
Tepat sedetik setelah memetik bunga ini, batinku terbebani rasa bersalah yang teramat dalam...
Satu langkah meninggalkan pohon itu, beban di pundakku terasa semakin berat...
Tapi demi membuktikan rasa cintaku pada sang pujaan hati, aku tetap semangat untuk melangkah walaupun beban itu makin terasa barat...
Hingga disini di pos 3, aku tak mampu lagi melangkah, tulang belulangku terasa lunglai, nafas yang kuhirup terasa sesak di dada, dan seikat bunga edelweis ini yang membuat beban dipikiranku makin membebani...
Dan di pos 3 inilah aku sadar, bahwa untuk membuktikan ketulusan cinta tak harus mengorbankan kecintaanku pada alam semesta...
Sekali lagi maaf beribu maaf...
Bagi yang menemukan bunga ini, tolong kembalikan pada pohonnya semula,
Pohon itu berada di baris ketiga tepat setelah memasuki Surya Kencana, Pohon itu paling besar diantara yang pohon lainnya, bunganya lebih rimbun dan ranting-rantingnya menjurus ke segala sisinya...
Dan bunga ini aku petik dari ranting disebelah barat daya dari pohon itu...
Tolong ikatkan kembali bunga ini pada ranting itu...
Agar hatiku kembali tenang dari rasa bersalah yang selalu menghantam...
Dan sebelumnya terimakasih atas kebaikannya...
Gede-Pangrango 27 mei 2015
Ttd
PENDAKI BODOH
****
"Lihat lah nak, betapa telah menyesalnya orang yang memetik bunga ini, jadi tak perlu kita menghujatnya mereka akan sadar dengan sendirinya...
Karena biasanya, orang-orang yang memetik bunga ini, bukan karena mereka sengaja berbuat jahat, tetapi biasanya mereka adalah orang-orang yang belum mampu mencapai pendewasaan dalam menghayati kecintaannya pada alam yang indah ini...
Sudah sepantasnya kita sebagai individu-individu yang telah mengerti akan kelestarian alam, saling mengingatkan kepada mereka yang masih dangkal dalam pemikirannya tentang alam...
Dengan ajakan-ajakan yang baik, dengan teguran-teguran yang halus saat kita melihat langsung seseorang yang sedang melukai alam yang kita cinta ini, akan jauh lebih menyentuh dan membuka hatinya dari pada kita harus menghujat dan memakinya...
Karena sekeras apaun kita menghujat, jika tanpa kesadaran dari hatinya sendiri, maka tak akan berpengaruh apapun baginya...
Yang ada mereka akan main kucing-kucingan dengan kita atau petugas-petugas penjaga hutan..." ucap sang ayah sembari mengucap rambut anaknya.
"Baik Yah, aku ngerti..." ucap Ical sembari menundukan kepala.
"Oiya satu lagi, lihat ini...!!! dalam surat ini tertulis tanggal 27 mei, ini menandakan bahwa surat ini ditulis tiga hari yang lalu, ini berarti tidak mungkin dua pendaki yang kamu tuduh itu pelakunya...
Jadi mulai sekarang jangan negatif thinking dulu pada seseorang sebelum kita mempunyai bukti yang jelas..." ucap sang ayah menjelaskan.
"Iya Ayah, aku paham, maafin Ical yaa..." ucap Ical penuh sesal.
"Baiklah, mari lanjutkan lagi perjalanan kita dan kembalikan bunga ini pada pohonnya, sebagai simbolis bahwa kita peduli pada alam ini..." ajak sang ayah sembari berdiri dan siap-siap melanjutkan perjalanan.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya, dengan satu pembelajaran baru tentang arti pemahaman dari nilai sebuah pendakian itu sendiri.
Dan semoga kelak generasi-generasi kita berikutnya adalah generasi-generasi yang peduli, generasi yang lebih peka terhadap kelestarian alam negeri ini.
Semoga saja, Amin...
================SEKIAN===============
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...
By: Ahmad Pajali Binzah
=====================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pendakian Terindah
Untuk cerita sebelumnya KLIK DISINI
Hari itu Putri seharian membantuku di warung bakso yang aku miliki.
Dan malamnya saat semua telah beres, Putri mengajakku jalan-jalan.
Dengan mobil honda jaz warna merah, Putri mengajakku berkeliling kota, dan kami pun istirahat dan ngobrol santai di Kota Tua.
"Put, kenapa sih kamu mau membantuku hari ini, dan aku perhatiin kamu juga sangat antusias...???" Tanyaku disela-sela obrolan.
"Karena prinsip hidupku kalau mengerjakan sesuatu gak boleh setengah-setengah..." jawabnya simpel.
***
Malam itu dia menceritakan panjang lebar tentang latar belakangnya, mulai dari pernikahan kedua orang tuanya, ayahnya yang orang chinese dan ibunya yang orang Jawa. Dia dibesarkan di keluarga yang harmonis.
Hingga disuatu hari, saat Putri usia 14 tahun ayahnya meninggal, saat itu ibunya sedang mengandung anak kedua, tapi dengan tekat dan ketulusan seorang ibu, ia terus berjuang membesarkan anak-anaknya sendiri. Saat itu toko peninggalan ayahnya harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya dengan bekal pengetahuan yang diajarkan suaminya, ibundanya mencoba membuka usaha tailor.
Alhamdulillah usahanya sedikit berkembang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi saat Putri umur 18 tahun, nasib malang menimpanya kembali, sang ibunda meninggal dunia.
Dengan jiwa wirausaha yang diturunkan ayahnya dan sikap sabar yang diturunkan ibunya membuat Putri sukses meneruskan usaha ibunya, dari tailor yang semula kecil-kecilan kini berkembang menjadi butik yang lumayan terkenal, bahkan langganannya banyak yang datang dari artis-artis papan atas.
Ia hidup di Jakarta ini hanya bersama adiknya Siska kecil dan pembantu yang merawat adiknya, tapi dengan bisnis butik yang semakin maju, dia mampu menyekolahkan adiknya dan bisa meneruskan kuliah dengan biaya sendiri.
Bagiku dia adalah tipe cewek yang super hero. Dan obrolan malam itu sungguh menginspirasi hidupku agar lebih giat lagi.
***
"Kriiingg... kriiingg... kriiingg..."
Disuatu sore Putri menelfonku.
"Assalamualaikum..." ucap Putri dalam telfon.
"Wa'alaikumsalam... iyaa ada apa Put...???" Jawaku.
"Hari ini kamu sibuk gak...???" Tanya Putri.
"Yaa gak begitu sii, lagian ada adikku bantuin di warung..." jawabku.
"Kamu aku jemput yaa... aku ingin ajak kamu ke rumahku, pingin ngenalin kamu ke adikku..." ajaknya.
Sore itu Putri mengajakku ke rumahnya dan mengenalkan aku dengan Siska kecil adik satu-satunya Putri, wajahnya sangat mirip dengan Putri, matanya yang agak sipit dan kulitnya putih mulus ala Chinese, dan rambutnya yang hitam lebat juga senyumnya yang manis khas orang Jawa.
Aku berada di rumahnya serasa di rumahku sendiri, Putri dan Siska kecil sangat akrab denganku.
Kami ngobrol dan bermain bersama bahkan sampai larut malam, hingga Siska kecil ketiduran di pangkuanku.
Saat aku sedang mengusap-usap rambut Siska kecil sambil nonton tivi, tiba-tiba Putri mencium pipiku dengan lembutnya.
Sontak aku terperangah dan tubuhku langsung menggigil bak dipuncak Himalaya.
Tak berapa lama Putri menyandarkan tubuhnya di dadaku, aku makin salah tingkah dibuatnya.
"Ndi' makasih yaa kamu dah mau memasuki kehidupan kami... jujur kami selama ini sejak kami ditinggal kedua orang tua, kami tak pernah merasakan seperti yang aku rasakan hari ini...
Sejak aku mengenalmu, aku merasa hidupku lebih berarti, karena selama ini aku terlalu fokus pada adik dan pekerjaanku, hingga aku lupa aku butuh sosok laki-laki yang bisa membuatku nyaman, seperti saat ini..." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya bisa diam membisu seribu bahasa, aku merasa terenyuh mendengar kata-katanya.
Malam itu Putri mengungkapkan rasa cintanya padaku, alangkah bahagianya aku saat itu. Aku yang sudah sekian tahun menjomblo akhirnya ketiban pulung mendapatkan kekasih yang menurutku begitu sempurna.
Sejak saat itu kami selalu sempatkan waktu untuk sekedar ngasih kabar atau bertemu. Banyak hal yang diajarkan Putri tentang kewirausahaan. Dan dengan saran-sarannya warung baksoku semakin ramai, warung bakso yang dulu terkesan jadul kini berubah menjadi lebih bersih dan modern, bahkan dengan penggabungan ilmu manajemen yang dimiliki Putri dan sikap pekerja keras yang aku miliki, kini kami telah mempunyai beberapa cabang baru yang aku serahkan pengelolaannya pada adik-adikku. Aku dan Putri hanya bertugas memantau perkembangannya saja baik butik maupun warung bakso kami.
Putri sangat bangga padaku, karena sikap pekerja keras dan pantang menyerah yang aku miliki, hanya diberi sedikit masukan darinya telah mampu mengantar bisnis ini sampai ke puncak kesuksesan.
Karena bagiku berbisnis sama seperti mendaki gunung.
***
Kini, 3 tahun telah berlalu. Bisnis kami berkembang pesat melampaui perkiraan kami, pundi-pundi rupiah telah kami kantongi, rumah dan kendaraan telah terbeli, dan mungkin inilah saatnya aku harus menikahi Putri.
"Putri sayang, bisnis kita telah berkembang begitu pesatnya, semua yang kita cita-citakan telah tercapai, kadang aku merasa ada yang kurang dalam hubungan kita...
Semua ini tak akan mampu membuat kita lebih bahagia, selain kita mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan sayang...
Aku ingin segera menikahimu sayang..." ucapku memberanikan diri.
Putri hanya terdiam tak menjawab apa pun dari ajakanku menikah.
Nampak mukanya yang pucat pasi, seakan menyimpan suatu rahasia yang selama ini ia simpan.
Sekejap aku bingung untuk berucap apa lagi, saat itu kami hanya bisa diam membisu begitu lamanya.
"Ya sudahlah... mungkin kamu belum siap untuk menikah denganku... aku tak apa..." jawabku sambil meninggalkan Putri yang tetap berdiam diri di bangku depan teras rumahnya.
Saat itu aku sungguh kecewa, untuk berjalan seakan lunglai tak berdaya.
Putus sudah harapanku untuk menikahi wanita yang aku cintai. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya.
Tapi saat aku berjalan sampai depan gerbang rumahnya, tiba-tiba Putri memanggilku lirih.
Aku pun menengoknya dan melihat Putri telah berbaring lemah di teras rumahnya.
Seketika aku lari mengejarnya.
"Putriiii...!!!!" teriak ku sambil memeluk tubuhnya.
Akupun langsung mengantar Putri ke Rumah Sakit tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya disana Putri mendapat pertolongan medis dengan segera.
Aku hanya bisa menunggu diluar ruang rawatnya, waktu itu aku sungguh sangat gelisah.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya dokter yang menangani Putri keluar dari ruangan dan ingin berbicara denganku.
Sang dokter menjelaskan semua tentang penyakit yang diidap Putri.
Dokter menjelaskan bahwa sebenarnya Putri telah menjadi pasien rumah sakit ini sejak lama dan menjalani rawat jalan dengan rutin berkonsultasi, karena Putri telah divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.
Bahkan dokter sebenarnya telah memprediksi bahwa nyawa Putri tak akan bertahan sejak 3 tahun yang lalu, tapi entah keajaiban apa yang dialami Putri, ternyata Putri mampu bertahan sampai hari ini.
"Yaa jujur kami sangat senang Putri bisa bertahan selama ini dari prediksi medis kami, Putri pernah menceritakan bahwa sejak bertemu seseorang 3 tahun yang lalu, ia merasa lebih bergairah menjalani hidup, mungkin ini yang membuat ia bertahan sampai hari ini..." jelas dokter panjang lebar.
"Tapi dok, apa penyakit Putri bisa disembuhkan...???" Ucapku panik.
"Saya tidak bisa berspekulasi lagi, karena saat ini penyakitnya sudah sangat kronis, saya tidak bisa menjamin pasien bisa bertahan lebih lama lagi, saat ini hanya Keajaibanlah yang bisa menolongnya...
Tapi kami akan selalu berusaha semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk Putri...." ucap dokter.
Mendengar ucapan dokter tadi, hidupku seakan hancur seketika, aku tak menyangka selama ini Putri menyembunyikan sakitnya yang dialami.
Aku benar-benar takut kehilangannya, aku sungguh belum siap.
Saking shock dan lelahnya, aku sampai ketiduran ditempat tidur Putri di rumah sakit.
Tiba-tiba Putri siuman, tangannya menggenggam tanganku.
"Putri kamu telah sadar sayang...???" Aku terkejut penuh kegembiraan.
Aku melihat dia ingin berbicara, tapi kondisinya masih sangat lemah.
Akupun memencet bell untuk memanggil perawat. Dan tak lama kemudian perawat datang dan mengecek kondisi Putri.
Perawat itu mengatakan kondisi Putri mulai membaik. Akupun sangat senang mendapat kabar tersebut.
****
Ahmad Pajali Binzah
May 17, 2015
New Google SEO
Bandung, IndonesiaHari itu Putri seharian membantuku di warung bakso yang aku miliki.
Dan malamnya saat semua telah beres, Putri mengajakku jalan-jalan.
Dengan mobil honda jaz warna merah, Putri mengajakku berkeliling kota, dan kami pun istirahat dan ngobrol santai di Kota Tua.
"Put, kenapa sih kamu mau membantuku hari ini, dan aku perhatiin kamu juga sangat antusias...???" Tanyaku disela-sela obrolan.
"Karena prinsip hidupku kalau mengerjakan sesuatu gak boleh setengah-setengah..." jawabnya simpel.
***
Malam itu dia menceritakan panjang lebar tentang latar belakangnya, mulai dari pernikahan kedua orang tuanya, ayahnya yang orang chinese dan ibunya yang orang Jawa. Dia dibesarkan di keluarga yang harmonis.
Hingga disuatu hari, saat Putri usia 14 tahun ayahnya meninggal, saat itu ibunya sedang mengandung anak kedua, tapi dengan tekat dan ketulusan seorang ibu, ia terus berjuang membesarkan anak-anaknya sendiri. Saat itu toko peninggalan ayahnya harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya dengan bekal pengetahuan yang diajarkan suaminya, ibundanya mencoba membuka usaha tailor.
Alhamdulillah usahanya sedikit berkembang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi saat Putri umur 18 tahun, nasib malang menimpanya kembali, sang ibunda meninggal dunia.
Dengan jiwa wirausaha yang diturunkan ayahnya dan sikap sabar yang diturunkan ibunya membuat Putri sukses meneruskan usaha ibunya, dari tailor yang semula kecil-kecilan kini berkembang menjadi butik yang lumayan terkenal, bahkan langganannya banyak yang datang dari artis-artis papan atas.
Ia hidup di Jakarta ini hanya bersama adiknya Siska kecil dan pembantu yang merawat adiknya, tapi dengan bisnis butik yang semakin maju, dia mampu menyekolahkan adiknya dan bisa meneruskan kuliah dengan biaya sendiri.
Bagiku dia adalah tipe cewek yang super hero. Dan obrolan malam itu sungguh menginspirasi hidupku agar lebih giat lagi.
***
"Kriiingg... kriiingg... kriiingg..."
Disuatu sore Putri menelfonku.
"Assalamualaikum..." ucap Putri dalam telfon.
"Wa'alaikumsalam... iyaa ada apa Put...???" Jawaku.
"Hari ini kamu sibuk gak...???" Tanya Putri.
"Yaa gak begitu sii, lagian ada adikku bantuin di warung..." jawabku.
"Kamu aku jemput yaa... aku ingin ajak kamu ke rumahku, pingin ngenalin kamu ke adikku..." ajaknya.
Sore itu Putri mengajakku ke rumahnya dan mengenalkan aku dengan Siska kecil adik satu-satunya Putri, wajahnya sangat mirip dengan Putri, matanya yang agak sipit dan kulitnya putih mulus ala Chinese, dan rambutnya yang hitam lebat juga senyumnya yang manis khas orang Jawa.
Aku berada di rumahnya serasa di rumahku sendiri, Putri dan Siska kecil sangat akrab denganku.
Kami ngobrol dan bermain bersama bahkan sampai larut malam, hingga Siska kecil ketiduran di pangkuanku.
Saat aku sedang mengusap-usap rambut Siska kecil sambil nonton tivi, tiba-tiba Putri mencium pipiku dengan lembutnya.
Sontak aku terperangah dan tubuhku langsung menggigil bak dipuncak Himalaya.
Tak berapa lama Putri menyandarkan tubuhnya di dadaku, aku makin salah tingkah dibuatnya.
"Ndi' makasih yaa kamu dah mau memasuki kehidupan kami... jujur kami selama ini sejak kami ditinggal kedua orang tua, kami tak pernah merasakan seperti yang aku rasakan hari ini...
Sejak aku mengenalmu, aku merasa hidupku lebih berarti, karena selama ini aku terlalu fokus pada adik dan pekerjaanku, hingga aku lupa aku butuh sosok laki-laki yang bisa membuatku nyaman, seperti saat ini..." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya bisa diam membisu seribu bahasa, aku merasa terenyuh mendengar kata-katanya.
Malam itu Putri mengungkapkan rasa cintanya padaku, alangkah bahagianya aku saat itu. Aku yang sudah sekian tahun menjomblo akhirnya ketiban pulung mendapatkan kekasih yang menurutku begitu sempurna.
Sejak saat itu kami selalu sempatkan waktu untuk sekedar ngasih kabar atau bertemu. Banyak hal yang diajarkan Putri tentang kewirausahaan. Dan dengan saran-sarannya warung baksoku semakin ramai, warung bakso yang dulu terkesan jadul kini berubah menjadi lebih bersih dan modern, bahkan dengan penggabungan ilmu manajemen yang dimiliki Putri dan sikap pekerja keras yang aku miliki, kini kami telah mempunyai beberapa cabang baru yang aku serahkan pengelolaannya pada adik-adikku. Aku dan Putri hanya bertugas memantau perkembangannya saja baik butik maupun warung bakso kami.
Putri sangat bangga padaku, karena sikap pekerja keras dan pantang menyerah yang aku miliki, hanya diberi sedikit masukan darinya telah mampu mengantar bisnis ini sampai ke puncak kesuksesan.
Karena bagiku berbisnis sama seperti mendaki gunung.
***
Kini, 3 tahun telah berlalu. Bisnis kami berkembang pesat melampaui perkiraan kami, pundi-pundi rupiah telah kami kantongi, rumah dan kendaraan telah terbeli, dan mungkin inilah saatnya aku harus menikahi Putri.
"Putri sayang, bisnis kita telah berkembang begitu pesatnya, semua yang kita cita-citakan telah tercapai, kadang aku merasa ada yang kurang dalam hubungan kita...
Semua ini tak akan mampu membuat kita lebih bahagia, selain kita mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan sayang...
Aku ingin segera menikahimu sayang..." ucapku memberanikan diri.
Putri hanya terdiam tak menjawab apa pun dari ajakanku menikah.
Nampak mukanya yang pucat pasi, seakan menyimpan suatu rahasia yang selama ini ia simpan.
Sekejap aku bingung untuk berucap apa lagi, saat itu kami hanya bisa diam membisu begitu lamanya.
"Ya sudahlah... mungkin kamu belum siap untuk menikah denganku... aku tak apa..." jawabku sambil meninggalkan Putri yang tetap berdiam diri di bangku depan teras rumahnya.
Saat itu aku sungguh kecewa, untuk berjalan seakan lunglai tak berdaya.
Putus sudah harapanku untuk menikahi wanita yang aku cintai. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya.
Tapi saat aku berjalan sampai depan gerbang rumahnya, tiba-tiba Putri memanggilku lirih.
Aku pun menengoknya dan melihat Putri telah berbaring lemah di teras rumahnya.
Seketika aku lari mengejarnya.
"Putriiii...!!!!" teriak ku sambil memeluk tubuhnya.
Akupun langsung mengantar Putri ke Rumah Sakit tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya disana Putri mendapat pertolongan medis dengan segera.
Aku hanya bisa menunggu diluar ruang rawatnya, waktu itu aku sungguh sangat gelisah.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya dokter yang menangani Putri keluar dari ruangan dan ingin berbicara denganku.
Sang dokter menjelaskan semua tentang penyakit yang diidap Putri.
Dokter menjelaskan bahwa sebenarnya Putri telah menjadi pasien rumah sakit ini sejak lama dan menjalani rawat jalan dengan rutin berkonsultasi, karena Putri telah divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.
Bahkan dokter sebenarnya telah memprediksi bahwa nyawa Putri tak akan bertahan sejak 3 tahun yang lalu, tapi entah keajaiban apa yang dialami Putri, ternyata Putri mampu bertahan sampai hari ini.
"Yaa jujur kami sangat senang Putri bisa bertahan selama ini dari prediksi medis kami, Putri pernah menceritakan bahwa sejak bertemu seseorang 3 tahun yang lalu, ia merasa lebih bergairah menjalani hidup, mungkin ini yang membuat ia bertahan sampai hari ini..." jelas dokter panjang lebar.
"Tapi dok, apa penyakit Putri bisa disembuhkan...???" Ucapku panik.
"Saya tidak bisa berspekulasi lagi, karena saat ini penyakitnya sudah sangat kronis, saya tidak bisa menjamin pasien bisa bertahan lebih lama lagi, saat ini hanya Keajaibanlah yang bisa menolongnya...
Tapi kami akan selalu berusaha semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk Putri...." ucap dokter.
Mendengar ucapan dokter tadi, hidupku seakan hancur seketika, aku tak menyangka selama ini Putri menyembunyikan sakitnya yang dialami.
Aku benar-benar takut kehilangannya, aku sungguh belum siap.
Saking shock dan lelahnya, aku sampai ketiduran ditempat tidur Putri di rumah sakit.
Tiba-tiba Putri siuman, tangannya menggenggam tanganku.
"Putri kamu telah sadar sayang...???" Aku terkejut penuh kegembiraan.
Aku melihat dia ingin berbicara, tapi kondisinya masih sangat lemah.
Akupun memencet bell untuk memanggil perawat. Dan tak lama kemudian perawat datang dan mengecek kondisi Putri.
Perawat itu mengatakan kondisi Putri mulai membaik. Akupun sangat senang mendapat kabar tersebut.
****
Pagi itu suasana dikamar tempat Putri dirawat sangat hening, hanya ada 3 pasien di kamar itu, itupun mereka sedang istirahat.
"Sayaang..." ucap Putri lirih sambil mengusap-usap rambutku.
Seketika aku terbangun dari tidur dan menatap wajahnya.
"Kamu udah bangun sayang..???" Tanyaku antusias.
"Iyaa sayang aku udah mendingan..." jawabnya.
"Syukurlah kalau begitu, sekarang aku suapin makan yaa... ini menu sarapannya sudah siap..." tanyaku mengajak sarapan.
Dan Putripun menganggukkan kepalanya.
Sembari menyuapin Putri sarapan aku terus mengajaknya ngobrol, agar hatinya merasa senang.
"Sayang, maaf jika aku sengaja menyembunyikan semua ini darimu, karena aku tak ingin membebani hidupmu..." ucap Putri memelas.
"Jujur setelah dokter memvonis aku dan menyatakan hidupku tak akan bertahan lama...
Saat itu aku sungguh sedih, bukan aku menyesali hidupku, tapi aku tak tega memikirkan nasib adikku Siska kecil, karena kami hidup sebatang kara...
Keluarga dari ayahku entah dimana, karena mereka tidak setuju ayahku pindah keyakinan menjadi mualaf dan keluarga ibuku aku juga tak tahu karena sebelumnya mereka memang tak merestui pernikahan orang tuaku...
Saat itu aku sungguh sedih, bukan aku menyesali hidupku, tapi aku tak tega memikirkan nasib adikku Siska kecil, karena kami hidup sebatang kara...
Keluarga dari ayahku entah dimana, karena mereka tidak setuju ayahku pindah keyakinan menjadi mualaf dan keluarga ibuku aku juga tak tahu karena sebelumnya mereka memang tak merestui pernikahan orang tuaku...
Dan jika aku pergi nanti, bagaimana dengan nasib Siska kecil...???" Putri menjelaskan penuh kesedihan.
Akupun menggenggam tangannya erat mengisyaratkan bahwa aku akan selalu ada untuk Putri dan Siska kecil.
"Karena itulah, 3 tahun yang lalu aku berusaha mencari seseorang yang aku anggap baik dan mampu meneruskan mengasuh Siska...
Saat di kereta itulah aku menemukanmu, sosok yang tepat untuk Siska kecil dan membuat sisa hidupku lebih berarti....
Saat di kereta itulah aku menemukanmu, sosok yang tepat untuk Siska kecil dan membuat sisa hidupku lebih berarti....
Dan benar, saat aku bisa bertahan sampai hari ini dokterpun sungguh heran, karena mereka memprediksi aku sudah tak mungkin bertahan dari 3 tahun yang lalu...
Tapi kenyataannya, kamu mampu membuat ku mampu bertahan selama ini..." ucapnya sembari menatap mataku, akupun mengecup keningnya karena aku sungguh merasa tersanjung dan tak mampu berucap apa-apa lagi.
"Sayang... selama ini kamu selalu menceritakan puncak-puncak gunung yang indah, kamu selalu menggambarkan tentang keindahan-keindahan negeri diatas awan...
Apa kamu mau mengantarkan aku menyaksikan keindahan itu sayaang...???
Sebelum aku benar-benar pergi..." pinta Putri.
Sebelum aku benar-benar pergi..." pinta Putri.
Dan aku hanya bisa terdiam.
"Pliiisss,,, anggap saja ini permintaan terakhirku..." pinta Putri memelas.
"Sssttt...." aku memotong pembicaraannya sembari menyentuh bibirnya dengan jariku.
Aku menganggukkan kepala, walaupun sesungguhnya aku tak tega mengajak dirinya yang selemah ini ke puncak tertinggi negeri diatas awan...
Tapi dari matanya mengisyaratkan bahwa dia bersungguh-sungguh menginginkannya.
Setelah konsultasi dengan dokter, bahkan dokterpun mengisyaratkan bahwa Putri umurnya tak akan bisa bertahan lama, akhirnya dokter mengizinkan untuk memenuhi keinginan Putri, yang sesungguhnya aku juga tau, bahwa ini adalah permintaan terakhirnya.
***
Hari itu, setelah persiapan yang matang dan semua perbekalan telah siap. Kami memulai perjalanan ini dengan gundah-gulana tapi aku mencoba tegar menjalani hidup seperti Putri yang begitu tegarnya menjalani sisa-sisa usianya.
Pagi itu setelah diantar mobil jeep yang aku carter dari pasar Tumpang, Malang. Akhirnya sampailah kami di Ranu Pane, desa terakhir jalur pendakian gunung Semeru.
Tepat di depan gerbang pendakian, Putri memintaku berjanji,
"Sayangg,,, makasih selama ini kamu sudah begitu sabarnya merawat aku, begitu tulusnya menjaga hatiku...
Kamu satu-satunya laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta sedalam ini...
Jujur aku bahagia sekaligus sedih karena Tuhan telah mempertemukan aku dengan dirimu, walaupun waktu tak mengizinkan lebih lama lagi..." ucap Putri lirih dengan wajah yang pucat pasi.
"Sayangg,,, jika Tuhan tak mengizinkan aku sampai puncak, maukan kamu mengangkat jasadku kembali turun...???
Dan seandainya Tuhan mengizinkan, aku ingin jasadku bersemayam di puncak tertinggi itu, puncak Mahameru...
Dan seandainya Tuhan mengizinkan, aku ingin jasadku bersemayam di puncak tertinggi itu, puncak Mahameru...
Jika memang itu terjadi tolong titip Siska kecil yaa sayang...." ucapnya sembari menitikkan air mata.
"Sssttt... Kamu gak boleh ngomong gitu...
Aku yakin kamu akan baik-baik saja dan kita akan melanjutkan hidup kita sampai tua nanti, kamu harus yakin... oke...???" ucapku sembari mengusap air matanya.
Aku yakin kamu akan baik-baik saja dan kita akan melanjutkan hidup kita sampai tua nanti, kamu harus yakin... oke...???" ucapku sembari mengusap air matanya.
***
Jujur selama perjalanan mendaki hatiku terus menangis, ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya, aku tak kuasa melihat tubuhnya makin lemah, wajahnya yang makin pucat.
Tapi kami tetap melangkah, dan aku terus memapahnya dan terus berjuang hingga sampai di puncak tertinggi seperti yang diinginkan Putri.
Tapi kami tetap melangkah, dan aku terus memapahnya dan terus berjuang hingga sampai di puncak tertinggi seperti yang diinginkan Putri.
Di gunung inilah saksi kebesaran cinta kami, dimana seseorang yang mampu membangkitkan keterpurukanku...
Seseorang yang mampu mewarnai hidupku...
Seseorang yang mengajariku tentang arti perjuangan...
Kini harus pergi meninggalkanku disini, untuk berjuang sendiri...
Akupun menangis tersedu-sedu tak kuasa mengingat semua tentang Putri.
Tiba-tiba seseorang memelukku dan berucap,
"Aku yakin Putri akan bahagia disana, karena apa yang dicita-citakan nya telah terwujud dan dia pasti bangga telah mengenalmu..." ucap salah satu pendaki di basecamp dan diiringi para pendaki yang ada disitu, semua memelukku.
***
***
Suasana di basecamp itu nampak haru biru. Mendengar cerita Andi dari awal hingga akhir.
================SEKIAN===============
Dari sini kita belajar, bahwa apa yang dilakukan seseorang pasti ada alasan yang kuat mengapa hal itu dilakukan.
Jadi jangan menjust seseorang sebelum kita benar-benar mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi...
Dan dari cerita ini pula kita belajar, bahwa seorang pendaki itu adalah orang yang paling dekat dengan kesuksesan, karena mental seorang pendaki sudah terbiasa ditempa oleh alam.
Karena mental yang kuat dan pantang menyerah tersebut adalah modal utama untuk sukses, terutama dibidang kewirausahaan.
Jadi tak ada alasan lagi seorang pendaki hidupnya susah, bermalas-malasan atau putus asa, karena sesungguhnya mental kita telah terbiasa ditempa untuk pantang menyerah....
Salam sukses...!!!!
================SEKIAN===============
Dari sini kita belajar, bahwa apa yang dilakukan seseorang pasti ada alasan yang kuat mengapa hal itu dilakukan.
Jadi jangan menjust seseorang sebelum kita benar-benar mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi...
Dan dari cerita ini pula kita belajar, bahwa seorang pendaki itu adalah orang yang paling dekat dengan kesuksesan, karena mental seorang pendaki sudah terbiasa ditempa oleh alam.
Karena mental yang kuat dan pantang menyerah tersebut adalah modal utama untuk sukses, terutama dibidang kewirausahaan.
Jadi tak ada alasan lagi seorang pendaki hidupnya susah, bermalas-malasan atau putus asa, karena sesungguhnya mental kita telah terbiasa ditempa untuk pantang menyerah....
Salam sukses...!!!!
NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...
By: Ahmad Pajali Binzah
=====================================
Pagi itu di puncak Mahameru sungguh terasa sangat cerah, nampak beberapa pendaki sedang melakukan selebrasi, dengan mengibarkan bendera, berfoto-foto, ada juga yang berteriak penuh keceriaan.
Diantara mereka yang sedang bersuka cita, nampak sepasang pendaki yang baru saja sampai di puncak itu, nampak mereka sungguh mesra, sang pemuda memapah kekasihnya penuh kesabaran, setelah sampai di puncak Mahameru mereka langsung berpelukkan penuh kasih sayang, pemuda itu menggandeng kekasihnya mengelilingi puncak sambil mencoba menjelaskan tentang puncak Mahameru itu. membuat para pendaki lain yang ada disana merasa iri melihat momen itu. Sungguh kejadian yang sangat romantis.
Karena waktu telah menunjukkan hampir pukul 10.00wib, para pendaki disana segera turun. Nampak diantara mereka menegur sepasang kekasih itu.
"Kawan, kami turun dulu yaa... sudah hampir jam 10 nih, sangat berbahaya berada di puncak, sebaiknya kawan juga segera turun..." ucap salah satu pendaki sambil melambaikan tangan.
"Baik kawan, sebentar lagi aku turun..." jawab pemuda itu sambil duduk bermesraan bersama kekasihnya, dengan kepala sang kekasih yang bersandar di pundaknya.
Tak berapa lama juga ada kelompok pendaki lain yang disana juga turun.
"Kawan, kami turun dulu yaa... jangan lupa segera turun kawan, biasanya jika sudah jam 10, angin akan mengarah ke utara dan asap kawah yang beracun akan mengarah ke tempat ini, jadi segera turun kawan...." ucap pendaki terakhir yang ada disitu sambil melangkah turun.
"Terimakasih kawan..." jawab pemuda itu sambil melambaikan tangan.
Saat para pendaki sedang menuruni lereng Mahameru yang berpasir, dari kejauhan nampak asap kawah yang beracun mulai mengarah ke utara dan tak lama kemudian puncak pun tertutup asap pekat.
Para pendaki yang sedang turun pun panik segera mempercepat langkahnya, sesekali menengok ke arah puncak menghawatirkan sepasang pendaki tadi.
Dan tak lama kemudian dari puncak terdengar jeritan-jeritan histeris, para pendaki menghentikan langkahnya menyaksikan kejadian itu.
Dari kepulan asap di puncak, nampak seorang pemuda turun sambil berlari meninggalkan kekasihnya. Nampak juga sang kekasih berteriak-teriak dengan kerasnya. Tapi pemuda tersebut tetap berlari menuruni lereng berpasir tak memperdulikan teriakan itu.
Saat itu suasana sungguh sangat kacau, pendaki lain banyak yang ingin menolong tapi jarak yang sudah lumayan jauh dan juga asap sudah mengarah ke utara.
Tapi dari beberapa pendaki itu ada salah satu yang mencoba mendaki lagi untuk menolong, tapi baru beberapa melangkah terdengar dentuman keras dari atas puncak.
Seketika suasana kacau balau, semua pendaki berhamburan lari menyelamatkan diri. Nampak pemuda tadi juga makin kencang berlari tanpa menghiraukan kekasihnya yang berteriak-teriak dari puncak.
Dentuman demi dentuman terjadi, nampak puncak dipenuhi lava dan abu vulkanik menyembur keatas tinggi menjulang.
Pagi itu gunung Semeru meletus tanpa memberikan tanda-tanda terlebih dahulu.
Kabar itupun terdengar sampai desa Ranu Pane, beberapa tim SAR dan petugas TNBTS segera melakukan evakuasi kepada pendaki-pendaki yang masih terjebak di gunung Semeru.
Sementara di pos Arcapada para pendaki masih terus berlarian menyelamatkan diri dari kejaran awan panas.
Setelah lari begitu lamanya, sampailah mereka di pos Kali Mati dan secara bersama para tim SAR serta petugas TNBTS datang dan segera mengevakuasi para pendaki tersebut.
Sementara di puncak Mahameru nampak masih menyemburkan awan panas dan suara masih terus bergemuruh.
Tak lama kemudian semua pendaki berhasil dievakuasi sampai di desa Ranu Pane dengan selamat. Desa inilah dinilai masih dalam radius aman, karena jika Semeru meletus biasanya akan mengarah ke Lumajang.
Di desa inilah tepatnya di basecamp pendakian mereka dikumpulkan, untuk di data dan sebagian dimintai keterangan. Ada juga yang istirahat karena kelelahan.
Dari sekian pendaki yang ada di sana, nampak seorang pendaki yang menarik perhatian banyak orang, yaitu seorang pendaki laki-laki yang telah tega meninggalkan kekasihnya mati di puncak gunung Semeru.
"Hei... aku kira kamu seorang cowok yang romantis, penuh kasih sayang, ternyata hanya seorang pecundang yang sangat kejam..." ucap salah satu pendaki wanita yang geram melihat kejadian tadi.
"Kamu itu tak pantas disebut seorang pendaki, karena pendaki itu harus punya sikap setia kawan yang tinggi, bukan egois sepertimu..." ucap pendaki lain.
Semua orang menyalahkan dirinya, bahkan ada yang membentak penuh kekecewaan.
Pemuda itu hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Walau semua orang memandang sinis pemuda itu tetap tenang dan sesekali meneteskan air mata.
Tak lama kemudian ada seorang petugas yang mencoba menginterogasi pemuda tersebut untuk mengetahui titik awal permasalahannya.
"Maaf siapa nama mu nak...???" Ucap petugas yang juga sesepuh desa.
Nampak pemuda itu tetap terdiam.
"Hei jawab pertanyaan bapak ini pendaki kejam..." ucap salah satu pendaki yang sewot.
"Ada apa yang sebenarnya terjadi nak...???" Ucap bapak itu lagi.
Nampak pemuda itu menangis meneteskan air mata, semua pun menjadi terdiam.
"Sebenarnya aku sungguh tak sanggup lari saat aku meninggalkannya...
Ingin rasanya aku mati dipelukannya saat itu...
Mati dipelukan kekasih dan tertimbun diatas puncak tertinggi di pulau ini, akan jauh lebih bahagia dari pada aku harus lari meninggalkan kekasihku mati diatas kesendiriannya...." ucap pemuda itu sembari menitikkan air mata.
Semua nampak terdiam dan seketika suasana menjadi hening.
"Andai saja kalian tau alasannya aku meninggalkannya, kalian pasti tak akan pernah bisa menyalahkan ku..." ucapnya lagi.
Suasana makin hening.
"Apa kalian tau apa yang kekasihku teriakkan di puncak tadi...???
Apa kalian tau apa yang dia ucapkan terakhir kali...???" Ucap pemuda itu dengan nada seru.
Semua hanya bisa terdiam.
Lantas pemuda itu melanjutkan ceritanya. Sambil memeragakan apa yang diucapkan kekasihnya.
"Sayaaang,,, cepat lariiii...!!!
Selamatkan dirimu...!!!
Aku titip Siska kecil, rawat dia seperti adikmu sendiri...!!!" Dengan suara serak dan berat pemuda itu menirukan teriakan kekasihnya.
Pemuda itu langsung menangis tersedu-sedu. Sambil menyodorkan secarik surat dokter yang menyatakan bahwa kekasihnya mengidap penyakit kangker stadium akhir.
Suasana nampak haru biru.
Semua yang ada disitu langsung menundukkan kepalanya turut larut merasakan kesedihan yang dialami pemuda itu.
Nampak dari mereka mendekat dan memeluknya.
"Maafkan kami kawan yang sempat negatif thinking padamu...
Ceritakan lah semuanya kawan, agar bebanmu berkurang..." ucap salah satu pendaki.
Dengan penuh kesedihan pemuda itu menceritakan dari awal pertemuannya dengan kekasihnya yang bernama Putri.
*****************************************
Sore itu saat aku sedang naik kereta dari stasiun Malang sepulang dari pendakian gunung Arjuna Welirang, tiba-tiba ada seorang gadis yang duduk disebelahku.
Tanpa ragu-ragu dia menyodorkan tangannya sembari menyebut namanya.
"Hey namaku Putri, baru naik gunung yaa...???" Dia memperkenalkan dirinya.
"Aku Andi, iyaa aku baru dari Arjuna mbak..." jawabku.
"Ooo... teman-teman mu mana...???" Tanya gadis itu lincah tanpa basa basi.
"Itu di bangku belakang..." jawabku canggung, karena baru kali ini ada gadis yang begitu cantik, lincah dan nampak begitu cerdasnya mau berkenalan denganku yang kumuh ini. Bahkan aku sijomblo yang entah sudah berapa tahun lamanya tak pernah berkenalan dengan seorang gadis, hingga perkenalan kali ini benar-benar membuatku salah tingkah.
Hari itu sungguh sangat berkesan bagiku, aku yang sekumel ini tak menyangka bisa ngobrol begitu dekat dengan gadis yang sangat cantik sempurna. Bahkan kami sempat bertukar nomor hape.
Hingga perjalanan Malang-Jakarta terasa begitu cepat, meski beberapa kali kami tertidur.
***
Hari ini genap seminggu sejak perkenalan itu, tiba-tiba hape ku berbunyi, setelah aku angkat.
"Assalamualaikum,,, Andi yaa..??? ini aku Putri, masih ingat denganku kann...???.." ucap Putri membuka percakapan.
"Wa'alaikumsalam,,, oh iya Putri apa kabar..." jawabku.
"Baik... kirain kamu dah lupa sama aku... oia kamu ada waktu gak, aku pingin maen ke tempat kamu nih... kebetulan aku gak ada kegiatan... boleh yaa...." ucap Putri.
"Tapi tapi a'aku lagi sibuk Put... lain kali aja yaa..." jawabku terbata.
"Apa sesibuk itu, aku janji deehh,,, gak akan ganggu kesibukanmu kok..." ucap Putri memelas.
"Tapi kalo kamu main kesini takutnya aku gak bisa nemenin kamu karena aku bener-bener sibuk banget..." ucapku mengelak.
"Gak apa-apa kok... pliiisss... alamat kamu dimana...???" Putri memohon.
"Tapi Put... aku gak bisa..." aku mencoba mengelak lagi.
"Yaudah deh kalo gitu..." ucap Putri kecewa.
"Maaf yaa Put lain kali aja..." ucapku untuk menutup percakapan.
Jujur aku malu jika Putri sampai datang ke tempatku ini, melihat keadaan yang seperti ini. Entah sampai kapan aku harus mengelak terus dari kedatangan Putri.
Tak lama kemudian saat aku sedang sibuk melayani pelanggan, tiba ada yang memanggilku.
"Bang, bakso nya satu mangkuk yaa..." ucap salah satu orang pembeli.
Setelah aku tengok ternyata tiba-tiba Putri sudah duduk didalam warung bakso ku.
"Kok kamu tau tempat ini Put...???" Tanyaku kaget.
"Iyaa dunk,,, habis kamu ditanyain alamat pelit banget sii,,, jadi aku nyari di facebook kamu aja... kan di profilmu tertera lengkap... hehheee..." ucap Putri dengan senyum manisnya.
============BERSAMBUNG=============
Untuk kelanjutan ceritanya KLIK DISINI
Berbeda dengan gunung-gunung pada umumnya, pendakian gunung Prau via Patak Banteng ini mempunyai jalur pendakian yang relatif dekat dan kondisi jalurnya yang jelas. Jadi masih bisa didaki dengan sistem tik-tok, artinya pendakian tanpa mendirikan tenda atau pendakian yang sesampainya di puncak langsung turun.
Sistem pendakian ini dinilai cukup efesien, karena tidak membutuhkan waktu yang berhari-hari, tidak membutuhkan peralatan dan logistik yang banyak (cukup nasi bungkus dan air minum saja), juga dapat menghemat energi karena kita tidak dibebani carriel yang besar dan berat.
Dan juga jalur pendakian gunung Prau ini tidak terdapat sumber mata air sama sekali, jika ingin mendirikan tenda di puncak kita harus membawa persediaan air sepenuhnya dari bawah, jadi sekali lagi pendakian sistem tik-tok ini lebih efesien.
Untuk melakukan pendakian gunung Prau ini kita terlebih dahulu harus menuju desa Patak Banteng.
Jika dari Wonosobo menuju Dieng dan berhenti di balai desa Patak Banteng, sekitar 3km sebelum Dieng. Atau dari arah sebeliknya.
Dari sini kita istirahat dulu di basecamp, karena untuk pendakian sistem tik-tok biasanya start pendakiannya jam 2 malam, jadi usahakan sebelum mendaki istirahat yang cukup.
Setelah istirahat dan packing barang-barang yang harus dibawa, biasanya seperti:
*senter
*kamera
*nasi bungkus min 3 bungkus/orang
*air minum min 4 liter/orang
*snack
*jas hujan dll.
Setelah mengurus perijinan dan membeli Tiket pendakian Rp 5.000,- kita siap berangkat menuju jalur pendakian, dimulai sekitar pukul 02.00wib melewati jalan desa menuju ladang penduduk. Berjalan sekitar 15 menit melewati trek tangga kita akan melewati jalan berbatu yang sudah tertata rapi namun dengan trek yang agak menanjak.
Sekitar 20 menit berjalan melewati jalan batu kita akan sampai di pos 1, jika weekend walau pada malam hari disini ada beberapa penjaga untuk mendata kembali para pendaki untuk mengecek tiket yang sudah dibeli.
Dari pos 1 ini perjalanan belok ke kiri dan menanjak melewati jalan tanah dengan melewati ladang penduduk.
Untuk mencapai pos 2 dibutuhkan waktu 35 menit.
Pos 2 ini disebut Candi Walangan
Perjalanan dilanjutkan terus menanjak melewati hutan pinus yang tidak terlalu rapat. Sekitar 30 menit kita akan sampai di pos 3 Cacingan
Dari pos 3 perjalanan dilanjut dengan melewati trek yang cukup curam, hingga di beberapa titik dipasang tali untuk berpegangan.
Dari pos 3 menuju puncak dibutuhkan waktu kurang lebih 35 menit.
Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mendaki gunung Prau ini kurang lebih 2,5 jam. Untuk turun biasanya membutuhkan waktu kurang dari 2 jam.
Foto-foto perjalanan gunung Prau
Pendakian sistem tik-tok sangat tidak dianjurkan untuk gunung-gunung tipe yang jalur pendakiannya panjang dan memakan waktu lama, gunung yang vegetasinya masih hutan rimba, gunung yang jalur pendakiannya banyak percabangan, jalur pendakian yang sepi, cuacanya yang ekstrim, dll.
Untuk gunung tipe tersebut kita harus membawa perbekalan yang lengkap dan persiapan yang lebih matang.
==================================
Baca juga:
Untuk awal cerita KLIK DISINI
Setelah sekian lama pencarian, akhirnya keberadaan Rio mulai diketahui di dasar jurang.
Rio dapat terlihat oleh cahaya kuning yang samar dari lampu headlamp yang Rio pakai di kepalanya.
"Itu dia Rio..." ucap Arya sambil menunjuk cahaya kuning di lereng jurang.
"Rio,,, kamu gak apa-apa kan...???" Teriak Faisal.
"Aaahhh.... aku gak apa-apa kawan... untung aku kesangkut dan masih bisa berpegangan pada sebatang pohon..." ucap Rio.
"Ayoo kita turun..." ajak Faisal sambil menuruni jurang.
Faisal dan Arya berhati-hati menuruni jurang dengan berpegangan pohon-pohon yang ada.
Akhirnya sampailah mereka pada Rio, yang sudah terkapar karena tubuhnya tersangkut pada sebatang pohon..
"Rio,,, Rio,,, kamu tidak apa-apakan...???" Ucap Arya sambil terengah-engah nafasnya.
"Ayo angkat dia keatas..." ajak Faisal.
Tak berapa lama, merekapun sudah sampai diatas.
"Kamu baik-baik saja kan Rio...???" Tanya Faisal.
"Iyaaa aku baik-baik saja..." jawab Rio sambil menggoyang-goyangkan punggung dan pinggangnya untuk peregangan otot.
Lantas Rio berusaha berdiri sendiri.
"Aaahhh... masih lumayan sakit..." keluh Rio dengan nada lemah.
"Oiya,,, dimana keril mu Rio...???" Tanya Dea.
"Waduh... berarti tadi ikut jatuh ke jurang..." jawab Rio kaget.
"Ayoo kita cari kebawah Arya... Rio, kamu disini saja bareng Dea, biar kami yang akan mencari..." ucap Faisal.
Setelah dicari beberapa lama dan hari sudah begitu gelap mereka putuskan untuk naik keatas lagi.
"Bagaimana Arya, ketemu keril nya...???" Tanya Dea seketika saat Arya dan Faisal sampai diatas.
"Dibawah sangat dalam, lerengnya pun sangat curam, jadi gak mungkin kami menemukannya..." jawab Arya.
"Baik kita cari tempat untuk istirahat dulu, nanti kita bicarakan lagi..." ajak Faisal.
Akhirnya mereka berjalan mencari tempat untuk mendirikan tenda. Setelah ketemu tempat yang sangat strategis, merekapun langsung berbagi tugas seperti biasanya.
"Seperti biasa, aku dan Arya mendirikan tenda, sementara Rio dan Dea memasak..." perintah Faisal.
"Tapi Sal, bukankah logistik dan tenda ada di keril Rio yang jatuh tadi...???" Jawab Dea.
"Waduh... gimana nih...???" Rio panik.
"Wah gawat..." Arya juga ikut panik.
Semua nampak shock, keadaan menjadi tegang setelah mengetahui keril yang jatuh berisi logistik.
"Tapi gak papa... semua masih ada jalan keluar..." ucap Faisal memecah kebuntuan.
"Tapi gimana nasib kita Sal...???" Tanya Arya.
"Jangan pikirin itu dulu, yang penting sekarang kita bangun bivak dulu..." terang Faisal sambil menjelaskan cara membuat bivak.
Merekapun bergotong-royong mendirikan bivak bersama. Dengan demikian bivak akan lebih cepat berdiri dan rapi.
"Oke sekarang semua keluarin isi bawaan yang masih ada, kita kumpulkan semua, sekarang saatnya manajemen logistik ulang..." ujar Faisal.
Setelah semuanya terkumpul, dan di pilah-pilah. Mereka mulai merencanakan strategi manajemen baru.
"Baik, karena logistik kita saat ini tinggal segini, kita harus atur ulang..." ucap Faisal.
"Tapi bagaimana cukup, sementara yang tersisa hanya snack-snack seperti ini...???" Ucap Arya.
"Iya... itupun cuma segitu..." ucap Rio menimpali.
"Apa masih ada kompor...??? Tanya Faisal.
"Kompor juga gak ada, korek api juga hilang... tapi nesting masih ada nih..." jawab Dea.
"Waduh gimana niiihhh... aku takut kita kelaparan disini... aku belum mau mati sekarang..." Rio ketakutan.
"Jangan kuatir Rio, kita pasti selamat...
Semua sisa makanan kita usahakan bisa untuk mengisi perut sampai di batas hutan kabut ini...
Karena gak memungkinkan kita bisa membuat api di hutan yang basah berlumut ini..." jelas Faisal.
"Lantas kalo kita sampai di hutan bawah, kita mau makan apa...??? Sementara perjalanan masih sangat jauh... bisa sampai tiga hari lagi... itupun kalo gak nyasar..." tanya Rio.
"Kita harus optimis, bahkan kita pasti bisa, kemungkinan perjalanan gak sampai tiga hari, kalopun mentok paling ya dua hari saja gak bakal lebih...
Dan Insya'Allah kita gak akan tersesat karena kita sudah memasang tanda disepanjang jalur..." ucap Faisal optimis.
Merekapun diam sambil manggut-manggut berusaha memahami apa yang diucapkan Faisal.
"Baik sekarang kita makan secukupnya dulu snack yang tersisa...
Setelah itu kita lanjut istirahat sampai esok pagi... yang penting jangan pikirkan yang tidak-tidak... kita harus optimis..." jelas Faisal menenangkan.
Malam itu mereka tidur dengan nyenyaknya karena memang fisik mereka kelelahan.
Tak terasa pagi mulai menyapa, walaupun sinar matahari tak bisa menembus pekannya kabut, tapi suasana sudah nampak sedikit terang.
"Bangun bangun... sudah pagi nih..." ucap Dea membangunkan yang lain.
"Hmhmhmhmm... dingin..." gerutu mereka sambil menggigil menarik sleeping bag...
"Bangun dunk kalian..." ajak Dea membangunkan.
Pagi itu memang terasa dingin, karena lembabnya suhu dan pekatnya kabut abadi di hutan itu. Membuat mereka enggan bangun pagi.
Hari sudah mulai siang, jam menunjukkan pukul 9 pagi tapi mereka masih nyenyak tidur, bahkan Dea yang berusaha membangunkan pun juga ikut-ikutan tidur lagi.
"Hooaaamm..." Faisal mulai terbangun dari tidurnya dan beranjak keluar.
"Wooii Arya, Dea, Rio... bangun bangun... ternyata hari sudah siang kawan..." teriak Faisal dari luar bivak.
Tak lama kemudian mereka keluar dan meregang-regangkan otot badan.
Setelah itu mereka langsung berkemas untuk segera melanjutkan perjalanannya.
"Ayoo jangan sampai ada yang tertinggal, kita harus segera menuruni hutan lumut ini, sebelum kita kelaparan disini..." ajak Faisal.
"Kita gak sarapan dulu nih...???" Tanya Rio.
"Sarapan dari mane...??? Warteg...???" Ledek Dea.
"Oiyaa logistik kita sudah gak ada hehee..." ucap Rio.
"Yuukk sebelum kesiangan kita lanjutkan perjalanannya...
Oiyaa Rio, gimana lukamu, apa sudah mendingan...???" Tanya Faisal.
"Alhamdulillah sudah lumayan, tapi pinggang sama kaki masih ngilu kalo buat jalan..." jawab Rio sambil nyengir memegang pinggulnya.
"Baiklah kalo begitu, aku akan memapahmu sementara barang bawaan biar Arya yang bawa..." jelas Faisal.
"Jangan kuatir, nih orang badannya kan gede banget... masa gak kuat sii doble pack, lagian isinya kan sudah gak berat..." ledek Dea sambil menjewer kuping Arya kekasihnya.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan turun menyusuri hutan berkabut.
Langkah mereka nampak lesu, karena energi mereka memang berkurang dan mental mereka nampak down karena kehilangan logistiknya.
"Sal, gimana nih kalo kita kelaparan di jalan..." keluh Rio pada Faisal yang sedang memapahnya.
"Jangan kuatir selagi masih ada air kita semua akan baik-baik saja... kita harus segera sampai bawah..." jawab Faisal sembari nafasnya terengah-engah memapah Rio.
"Sal ayoo kita lewat jalur sungai saja, selain dekat dengan air, sungai pasti ujungnya sampai di perkampungan sana Sal..." ajak Rio saking paniknya.
"Justru saat keadaan seperti ini, kita gak boleh mengikuti jalur sungai, karena jalur sungai penuh dengan jurang dan tebing disana juga banyak ular,...
Itu sebabnya setiap orang yang hilang di gunung pasti di temukan di daerah aliran sungai, dan biasanya mereka ditemukan dalam keadaan meninggal....
Itu sebabnya saat kita tersesat kita harus tetap melewati punggungan, kalopun harus turun itu hanya untuk sekedar mengambil air atau sekedar melinta saja..." jelas Faisal panjang lebar.
Mereka terus berjalan selangkah demi selangkah, kadang istirahat walau hanya menenggak air putih.
"Ini ada sebatang cokelat nih, yuuk bagi bareng-bareng biar adil..." ucap Dea.
"Waow cokelat datang tempat pada waktunya..." ujar Rio.
"Alhamdulillah sekali, untung masih ada cokelat nyelip kaya gini... coba cari lagi sapa tau di tasmu masih ada lagi..." ucap Arya sambil mencari-cari sisa makanan dalam keril mereka.
"Yaudah yuukk kita lanjutkan lagi, sudah jam 1 siang, kita harus keluar dari hutan lumut ini sebelum kita bener-bener kelaparan..." ajak Faisal.
***
Setelah perjalanan yang lama dan pergulatan dengan lumut dan lumpur yang sesekali membuat mereka terperosok, akhirnya mereka keluar dari hutan berlumut itu.
"Haaahh akhirnya.... sampai juga di hutan yang lebih sejuk ini..." ucap Arya sambil menghela nafas, meletakkan keril dan langsung merebahkan tubuhnya dibawah pohon besar.
"Faisal, gimana nih aku sudah lemes banget... seharian gak makan cuma kebanyakan minum doank... sementara perjalanan masih jauh...
Kita mau minta tolong siapa...???" Ucap Rio yang dari tadi tak berdaya.
Dea nampak terkapar di atas akar pohon, Arya juga langsung tertidur pulas.
Sesaat mereka beristirahat, tak berdaya di tengah-tengah rimba.
Setelah 20 menit kemudian, Arya terbangun dari lelapnya.
"Ayoo bangun kawan-kawan,,, kalo tidak bergerak kita bisa mati disini... Kita harus bergerak untuk mempertahankan nyawa kita..." ajak Faisal.
"Jadi kita harus ngapain...???
Kita sudah tak punya bekal apa-apa, sementara tubuh kita sudah lemah tak berdaya, perjalanan juga masih sangat jauh, aku bener-bener kehilangan harapan Sal..." keluh Arya.
"Apa bener yang dikatakan Rio, kalo nasib kita akan celaka seperti yang diramalkan kakek itu...???" Imbuh Arya.
"Heeii kenapa kamu jadi loyo gitu sayang...
Sementara Rio saja sekarang lebih optimis dan tak mempersalahkan ramalan kakek itu lagi...???" Ucap Dea.
"Ayoo kita kudu mulai bergerak, kita harus bertahan hidup disini... Kita akan mempraktekkan ilmu survival yang pernah aku pelajari sewaktu pendidikan dasar pecinta alam dulu..." jelas Faisal.
"Apa itu survival Sal...???" Tanya Rio lemas.
"Survival itu suatu upaya untuk bertahan hidup dan keluar dari keadaan yang sulit atau kritis. Yaa seperti yang terjadi pada kita sekarang ini..." jelas Faisal.
"Jadi apa yang harus kita lakukan Sal...??? Aku gak mungkin kuat lagi berjalan sampai kampung Sengari, atau rumah pak kades... aku sudah tak punya tenaga..." keluh Rio.
"Tidak... Kita tidak harus turun hari ini, kita bermalam disini..." jawab Faisal.
"Tapi kita mau makan apa, sementara tubuhku sudah lemah begini..." tanya Rio panik.
"Itulah pentingnya pemahaman survival tadi..." jawab Faisal optimis.
"Yaahh aku juga dulu pernah ikut materi kelas tentang survival, tapi sayangnya aku gak meneruskan pendidikan dasar di lapangan..." cerita Dea.
"Jadi kamu dulu pernah ikut organisasi pecinta alam juga sayang...???" Tanya Arya.
"Iyaa makanya aku penasaran ingin mendaki gunung... dan aku yakin Faisal mampu memdampingi kita... itu sebabnya aku ikut pendakian ini..." jelas Dea.
"Baiklah kalo begitu, ayo kita mulai petualangan kita sekarang..." ucap Faisal sambil berdiri dan membantu Rio berdiri juga. Bak tentara-tentara yang latihan bertahan hidup di hutan.
"Rio, apa sakitmu sudah lebih baik...???" Tanya Faisal.
"Yaa sudah lumayan enakan... kalo sekedar membantu yang ringan-ringan aku bisa..." jawab Rio.
"Baiklah kamu dan Dea disini mendirikan bivak dan membereskan tempat ini, biar aku dan Arya yang mencari logistik alam..." terang Faisal.
Akhirnya mereka melaksanakan tugasnya masing-masing.
Sementara Faisal sambil berjalan terus menjelaskan tentang bahan-bahan dari alam yang bisa di makan.
"Jadi gimana nih cara mencari bahan makanannya...???" Tanya Arya bingung.
"Perhatikan ciri-cirinya,
#biasanya tumbuhan itu tidak memiliki getah yang pekat.
#tumbuhan yang tidak berbulu atau kasar.
#tumbuhan yang tidak mengeluarkan bau yang kurang sedap.
#tumbuhan itu biasanya sering dijadikan makanan oleh binatang mamalia.
#tumbuhan yang tidak memiliki warna yang mencolok.
#jika kita mau memetik daunnya, ambil yang masih muda atau bagian pucuknya..." jelas Faisal panjang lebar.
"Cuma itu yaa...??? Waahh gampang sekali..." tanya Arya meremehkan.
"Tidak hanya itu, kita harus perhatikan hal-hal yang lain seperti,
#makanlah tumbuhan yang betul-betul sudah dikenali.
#jangan makan satu jenis tumbuhan saja, makanlah bermacam-macam jenis.
#perhatikan buahnya, jangan makan yang berwarna ungu atau kehitaman karena itu sebagai indikator adanya kandungan racun alkaloid.
#oleskan sedikit pada bagian kulit yang peka seperti lipatan siku atau belakang telinga. Kalau tidak terasa gatal, coba oleskan pada pinggiran lidah. Jika tidak juga terasa gatal berarti tumbuhan tersebut bisa dikatakan aman dimakan (tapi tidak berlaku pada jamur).
#tumbuhan liar selain buah, sebaiknya dimasak dulu untuk mengurangi dampak buruk seperti diare dan alergi..." jelas Faisal lagi.
"Jadi contohnya apa aja Sal...???" Tanya Arya.
"Baik nanti aku kasih contohnya..." jawab Arya sambil mencari tumbuhan yang bisa dimakan.
Pakis
Pucuk pakis muda umumnya bisa dimakan setelah direbus. Khusus pakis cakar elang, harus direbus berkali-kali untuk menghilangkan pengaruh senyawa beracunnya.
Untuk bongkolnya bisa direbus sebagai menu utama pengganti nasi, karena mengandung karbohidrat tinggi.
Arbei
Nah ini adalah buah yang menyegarkan tenggorokan. permukaan buah ini mirip dengan stroberi. buah yang hidup di suhu dingin ini manis ( jika sudah matang ) tapi menurutku biarpun yg masih muda terasa kecut tapi tetap saja rasanya segar.
Kokosan
Buah ini lebih mirip dengan buah duku karena masih satu keluarga… rasanya jarang yang manis rata2 memiliki rasa asam… banyak tumbuh di hutan2 tropis di indonesia… di Taman Nasional Gede Pangrango kemarin aku masih bisa lihat tumbuh bebas… biasanya jadi makanan favoritnya si monyet2 liar hehe….
Begonia
tumbuhan ini banyak terdapat di hutan hujan tropis, dapat dimakan pada batangnya. rasanya asam asam belimbing sayur.
Genjer
Ini termasuk tumbuhan air atau rawa, sering ditemukan tumbuh sebagai gulma pada ekosistem persawahan. Bagian yang dimanfaatkan adalah tangkai dan helaian daunnya. Tumbuhan ini sangat akrab dengan masyarakat Sunda. Sebelum dimakan, dilayukan atau ditumis dahulu.
Rambusa
Keluarga markisa ini memiliki buah yang tertutup oleh kelopak yang terlihat seperti jaring-jaring. Buah maatang berwarna kuning dapat dimakan, rasanya manis dan juicy.
Selada air
Tumbuh baik pada tempat-tempat sejuk dan berair bersih. Selada air sangat berperan sebagai saringan air pada saluran-saluran air bersih seperti di Lembah Ramma. Di beberapa tempat, selada air sengaja dibiakkan pada sebuah kolam/sawah. Daunnya dimakan setelah dimasak atau ditumis.
Semanggi
Ada dua tipe semanggi, ada yang tumbuh di lingkungan banyak air seperti di persawahan atau rawa dan ada yang di daratan. Semanggi air umumnya memiliki tiga helai daun sedangkan pada semanggi darat ada empat helai daun. Daunnya dimasak dahulu sebelum dikonsumsi.
Terong pipit
Terong kecil ini tumbuh liar dengan penyebaran yang dibantu oleh burung yang memakannya. Sangat mirip dengan leunca namun terong pipit sedikit lebih keras. Buah muda dimakan sebagai ulam atau direbus dahulu sebagai sayur.
Kayu angin (akar angin)
Berbentuk seperti lumut-lumut yang menggantung pada dahan dan ranting pohon pada ketinggian di atas 1000 mdpl. Tumbuhan ini digunagan sebagai obat masuk angin dan sesak nafas dengan cara direbus lalu diminum air rebusannya. Rasanya pahit sehingga lebih enak jika dicampur dengan madu.
Bambu
Dalam kondisi survival, bambu dapat dijadikan sebagai bahan makanan dengan memasak terlebih dahulu rebungnya hingga lunak. Batang bambu juga bisa digunakan sebahai wadah memasak makanan. Selain itu, dalam bambu sering terdapat ulat yang mengandung protein tinggi juga bisa dimakan.
"Untuk binatang yang bisa dimakan banyak contohnya.
Seperti cacing tanah jumbo, biasanya di hutan tropis seperti ini banyak cacing tanah berukuran besar yang sangat baik untuk dikonsumsi. Karena mengandung protein yang tinggi. Kalo gak ketemu yang besar cacing tanah yang kecil juga bisa dimakan.
Sebenarnya ular dan kadal juga bisa dimakan, tapi hanya 1/3 bagian belakang tubuhnya, jadi dari perut ke ekor saja yang aman untuk dimakan.
Ulat sagu, atau ulat-ulat yang berada di batang pohon Pakis dan batang pohon lainnnya.
Jangkrik, belalang, dan serangga lainnya, termasuk kalajengking juga bisa dimakan.
Binatang air seperti ikan, biawak, katak, dll juga bisa dimakan, yang penting kita tau teknik menangkapnya.
Hewan-hewan mamalia juga bisa dimakan seperti rusa, babi hutan, banteng, musang, kelinci, tupai, dll...
Tapi usahakan jangan berburu binatang ini, karena selain termasuk hewan yang dilindungi, juga menangkapnya cenderung sulit.
Untuk survival yang tidak terlalu mendesak seperti kita sebaiknya pilih menu yang simpel, kecuali kalau memang keadaan darurat..." ucap Faisal menjelaskan panjang lebar.
Setelah mereka berburu makanan dari alam merekapun bersiap memasaknya.
"Waduh, gimana cara masaknya, korek api saja tidak ada...???" Celetuk Rio.
"Baik, kita bikin api sendiri dengan cara sederhana ini..." ucap Faisal sembari mempraktekkan cara membuat api.
Setelah semuanya menu selesai dimasak, merekapun menyantap menu makanan yang sederhana itu dengan sedikit malas-malasan.
"Ayooo,,, walau kurang enak dan terasa asing di lidah, makanan ini harus dihabiskan untuk suplai energi kita untuk melanjutkan perjalanannya..." ucap Dea menyemangati.
Setelah makan dan ngobrol-ngobrol santai didekat api unggun, merekapun beranjak masuk bivak dan dilanjutkan tidur. Malam itu mereka tidur sangat pulas.
***
Tak terasa pagi telah tiba, sinar matahari nyusup menembus lantai hutan yang memaksa mereka harus bangun.
"Hey bangun-bangun udah pagi nih..." ucap Dea sambil menepuk-nepuk pantat Arya.
"Hoaaammm..." mereka hanya menguap lalu tidur lagi.
"Woooyyy bangun bangun..." teriak Dea kesal.
"Iyaa iyaa... berisik nih Dea..." ucap Rio.
"Iya nih cewek yang satu ini mengganggu tidur aja..." ucap Arya.
"Yaudah yuukk kita bangun..." ajak Faisal.
Saat mereka keluar dari bivak, mereka langsung berolahraga ringan.
Dan kembali memasak bahan-bahan yang masih tersisa kemarin.
Setelah selesai masak dan sarapan, mereka segera berkemas untuk siap melanjutkan perjalanan.
"Ayoo kita lanjutkan lagi perjalanan kita...
Aku yakin ki akan segera sampai, karena kita hanya mengikuti jejak kita sebelumnya...
Jangan lupa lepas lagi pita penanda agar kita tidak meninggalkan sampah apapun di hutan ini..." ajak Faisal.
Mereka berjalan menyusuri hutan yang lebat, naik dan turun punggungan, setiap di lembahan dan menemukan sungai kecil mereka langsung meminumnya banyak-banyak.
Sambil mengamati apakah ada binatang atau tumbuhan yang bisa dimakan.
Setelah naik turun punggungan beberapa kali, akhirnya mereka menemukan air terjun lagi.
"Lihat itu air terjun yang kemaren kita mandi... ayo kita mandi lagi biar seger..." ajak Dea.
"Ayoo udah lama gak mandi nih..." terang Rio.
Akhirnya mereka mandi di air terjun itu, u pembersihkan kotor yang menempel selama perjalanan.
Setelah selesai mandi mereka memasak lagi untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
Beberapa ikan, katak dan bermacam binatang lain berhasil mereka tangkap,
Termasuk buah-buahan yang berhasil mereka kumpulkan selama perjalanan tadi.
Setelah selesai makan mereka melanjutkan perjalanan lagi.
Namun tak berapa lama hari sudah sore.
"Gimana nih Sal, dilanjutkan atau kita bermalam lagi...???" Tanya Arya.
"Untuk keadaan seperti ini, walaupun sudah tidak terlalu jauh tapi berjalan di malam hari sangat berbahaya... lebih baik kita bermalam disini saja..." jelas Faisal.
Seperti biasa, mereka berbagi tugas dan langsung beraksi.
Untuk kali ini mereka membuat bivak terbuka, karena udara yang tidak terlalu dingin, bentuk seperti ini akan mempermudah pergerakan, kalaupun hujan tinggal memasang ponco diatasnya.
Setelah makan dan bersantai-santai ria, akhirnya mereka tidur.
***
Setelah pagi dan selesai sarapan (seperti biasa menu utamanya bonggol pakis) mereka dengan semangatnya melanjutkan perjalanan. Dan benar, selang berapa lama berjalan akhirnya mereka berhasil keluar dari hutan rimba yang selama ini mengurungnya.
"Horeeee.... asiiikkk asiiiikkk.... merdekaaaa...." mereka bersorak sorai penuh kegembiraan.
Pagi itu, mereka bisa menikmati hari kebebasan, hari yang dirasa lega dibenaknya. Setelah sekian lama berkutat dengan lembahan, punggungan, lumut, kabut, dan semak belukar.
Akhirnya mereka bisa menikmati pemandangan persawahan di pinggir hutan dan hangat sinar matahari.
"Dengan berhasilnya kita keluar dari rimba ini, berarti bisa dikatakan kita telah sukses menggapai impian kita... aku minta maaf jika kadang aku bersiap otoriter pada kalian..." Faisal meminta maaf.
"Gak kok bro, justru kamulah yang menyelamatkan kami semua..." jelas Arya.
"Aku juga minta maaf Sal, jika awalnya aku selalu berfikiran negatif terus sama kamu... tapi kini aku sadar arti dari semua ini..." ucap Rio.
"Sebenarnya aku tau maksud Faisal ngotot mendaki gunung kemulan ini...
Kalian salah kalo menilai Faisal egois dan ambisius, buktinya dia sangat setia kawan dan bahkan mempersilahkan aku untuk menginjakan kaki pertama kali di puncak itu..." ucap Dea sambil merangkul Faisal.
"Yaa kalian harus tau mengapa kemarin aku ngotot ingin melanjutkan pendakian ini, karena aku ingin membuktikan bahwa kita lah orang-orang sakti itu, orang yang selalu menggunakan logika berfikirnya untuk menggapai semua impian-impiannya...
Karena biasanya kita sendiri yang membuat sekat-sekat yang menjadikan penghalang bagi kesuksesan kita sendiri...
Karena mitos, klenik, dan hal-hal mistis lain pasti ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya..." jelas Faisal penuh arti.
"Yaa benar kata Faisal, kalo mau kaya ya harus kerja, ngapain miara tuyul atau melakukan ritual-ritual pesugihan...
Kalo mau dagang ya belajar sama yang ahli dagang, ngapain dateng ke dukun yang sama sekali gak punya ilmu dagang apalagi ilmu bisnis" Dea menambahkan.
"Kita harus tau, orang-orang yang sedang bergelantungan di tebing-tebing cadas itu, orang-orang yang sedang mendaki puncak-puncak tertinggi dunia seperti Everest, Kalimanjaro, Cartens, mereka sama sekali tidak membawa Jimat atau rajahan, mereka tidak memikirkan apa itu angker, apa itu mistis, mereka hanya fokus pada tujuan yang pasti, persiapan yang matang, dan skill yang memadai...
Jadi walaupun kita punya jimat penangkal setan, walau kita punya ilmu melawan dedemit kalo kita masuk hutan tanpa persiapan, bekal dan skill yang baik, kita akan menjadi korban dari kebodohan kita sendiri...
Ingat,,, setan itu tugasnya menggoda hati manusia, bukan memangsa manusia..." jelas Faisal.
"Oooo... sekarang aku paham...
Mengapa Faisal sebelum berangkat, pergi ke pasar dulu, beli tali rafia, tali jemuran, bohlam headlamp warna kuning dll..." ucap Arya.
"Yaaa... Setelah kakek itu bilang disana kita akan mudah tersesat, maka aku punya ide untuk memasang tanda dengan tali rafia kuning disepanjang jalur...
Dan saat kakek itu bilang disana ada kabut pekat maka aku ganti headlamp dengan bohlam warna kuning...
Saat kakek itu bilang, di puncak sangat sempit dan berangin kencang maka aku membeli tali jemuran yang besar yang kuat menahan beban kita, untuk mengikat sebagai pengaman, buat jaga-jaga.
Dan saat kakek itu bilang banyak ular di lembahan yang berawa maka aku memilih jalur melipir punggungan agar menghindari rawa, karena disana biasanya banyak katak yang otomatis banyak ular juga..." jelas Faisal panjang lebar.
"Oooo...." mereka hanya bisa bengong.
"Dan kenapa kita gak membawa kamera dan harus melepas pita kuning disepanjang jalur...???" Tanya Rio.
"Karena maksud dari kakek itu melarang kita masuk hutan ini, yaitu agar hutan tetap terlindungi...
Dengan kita mengambil gambar dan memamerkan di media sosial, itu akan menarik banyak orang yang ingin menjelajahi tempat ini, dan tali rafia yang kita pasang disepanjang jalur akan mempermudah mereka memasuki hutan..." jelas Faisal lagi.
"Maafkan aku Sal, aku yang sudah berprasangka buruk sama kamu, ternyata kamu teman yang baik...
Apalagi saat kamu memapahku saat aku terluka, aku merasakan ketulusan dan pengorbananmu..." ucap Rio sambil memeluk Faisal.
"Yaa kita semua kan frennn...."
merekapun berpelukan.
Saat mereka berpelukan, tiba-tiba ada suara kakek tua tanpa menampakkan wujudnya hanya iringan kabut tebal yang datang secara misterius.
"Yaaa benar sekali haii anak-anak muda yang saktiiii.... hahahhaaa...." suara kakek tua berkumandang menggema.
"Waahh siapa itu, setaaaannnn...."
Seketika mereka lari berhamburan.
"Hahahaaa....." merekapun lari sambil tertawa penuh suka cita.
=============SEKIAN============
NB: ceritanya hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...
By: Ahmad Pajali Binzah
*foto-foto diatas hanya ilustrasi, diambil dari koleksi pribadi dan dari berbagai sumber.
Inti sari dari cerita ini adalah:
• sebelum mendaki carilah info sedetail mungkin, dan bawa perlengkapan yang dibutuhkan, karena setiap gunung mempunyai karakteristik medan yg berbeda.
• menghormati mitos hukumnya wajib, tapi mempercayai mitos tergantung individu masing-masing.
• naik gunung gak perlu bawa jimat, tapi wajib membawa perbekalan yg cukup, pengetahuan dan skill yg baik.
• jangan sepelekan arti pentingnya kekompakan team.
• jika tersesat, jangan panik, tetap memilih jalur punggungan, jangan mengikuti aliran sungai karena pasti banyak jurang yang berbahaya. Sekali mentok di jurang akan sulit untuk kembali lagi keatas, biasanya di daerah aliran sungai inilah pendaki yg tersesat ditemujan meninggal.
Usahakan jangan berjalan malam hari.
• optimalkan pemahaman tentang survival, jika perlu ikuti pelatihan2 atau ikut dalam organisasi pecinta alam, karena kita bisa bnyk belajar dari sana.
• lebih baik tidak percaya mitos tapi peduli lingkungan, dari pada menjaga hutan hanya karena takut mitos.
Karena apa...???
Karena jika kita hanya takut mitos, saat ada seorang dukun atau orang (sok) pinter yang melakukan ritual dan menganggap telah berhasil memindahkan penunggu hutan itu, maka biasanya kita akan berbondong-bondong menjarah hutan tersebut.
Itu sebabnya hutan-hutan dinegeri kita ini telah ludes beralih fungsi...
Berbeda saat kita tidak percaya mitos tapi peduli lingkungan, kita tidak peduli hutan itu angker atau tidak, kita akan tetap berusaha menjaga kelestariannya...
Semoga bermanfaat...
Salam Rimba, salam Lestari...!!!
================================
Baca juga cerpen tentang petualangan: