Dia bukan kekasihku, dia hanya pujaan hatiku. Tapi entah mengapa hanya dirinya yang selalu hadir dalam lamunanku, memberi imajinasi dalam kerinduan ini.
Dan kali ini aku ingin sekali mengajaknya bertualang mendaki gunung Prau, padahal tak pernah terbesit sedikit pun untuk mengajak kekasihku sendiri mendaki ke puncak gunung itu.
Yaa, karena kekasihku lebih suka bergelut pada pasir-pasir pantai yang kering dengan panas jiwanya dan bercumbu pada kerasnya batu karang, yang menyerupai dengan keras hatinya. Sementara dia, dia adalah sosok yang sejalan denganku, lebih suka dingin beku dan sejuknya aroma hutan cemara di pegunungan.
Kekasihku sangat keras hati dan emosional sementara dia sangat penyayang, begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakter mereka.
Dia yang selama ini aku puja-puja yang tak sepuja kekasihku sendiri, bahkan untuk jawaban "ya" dari bibirnya saja mampu membuat hatiku berbungah. Karena jawaban itu yang selama ini aku tunggu, jawaban yang menandakan dia mau ikut denganku untuk mendaki gunung Prau.
***
"Woow indah sekali mas..." kata-kata dari bibirnya saat turun dari mini bus tepat di depan basecamp Patak Banteng, yang mampu memberi gairah pada semangatku yang makin menggebu.
"Hal-hal seperti inilah yang membuat aku jatuh hati pada tempat-tempat dengan suasana serperti ini Princess..." jawabku pada Novita Angel pujaan hatiku, tapi aku sering memanggilnya Princess, karena dia begitu indah di mataku.
"Berarti kita sehati mas Fery, walau pengalaman ini yang pertama kali buat aku, tapi aku suka banget dengan tempat-tempat seperti ini..." jawab Novita dengan bibir yang tersenyum indah dengan mata yang berbinar memancar kesegala arah menikmati bukit-bukit disekitar desa Patak Banteng.
Jawabannya mampu menggetarkan hatiku yang telah lama beku, aku tak pernah merasakan sempringah seperti ini, bahkan saat bersama kekasihku sendiri.
"Ini belum seberapa Princess, di puncak sana kita akan disuguhi pemandangan dari serpihan surga yang terlempar ke dunia...
Kita akan berada di negeri diatas awan seperti pada dongeng-dongeng negeri kahyangan..." jawabku sembari menunjuk ke arah puncak gunung Prau. Yang disambut wajah Novita yang makin berbinar.
"Apa benar mas...??? Waaahh jadi penasaran..." wajahnya makin merona penuh suka cita.
Dan aku pun hanya menganggukan kepala dengan tatapan yang tak henti memandang wajah cantiknya.
Dan tak bisa dipungkiri, semenjak kehadirannya dalam hatiku, sosok kekasihku sendiri lambat laun terlupakan dan terganti oleh sosoknya yang anggun penuh cinta.
"Apakah aku selingkuh...??? Tidak aku tidak selingkuh, aku hanya mengikuti kata hatiku untuk pergi mencari sesuatu yang lebih indah dan lebih mengerti hatiku ini...
Karena hatiku terlalu lelah untuk tersakiti..." ucap batinku bergejolak.
***
Namaku Fery, laki-laki 27 tahun yang sudah 3 tahun menghabiskan hari-hariku untuk menghamba pada kekasihku, dan selama itu pula aku tak pernah merasa hatiku bahagia. Tak seperti saat ini saat aku bersama Princess menikmati petualangan yang sederhana ini.
Dan aku sangat merasa nyaman bersamanya.
Novita Angel adalah sosok gadis yang teramat cantik untuk terlahir di dunia ini, sosok yang teramat menarik terlahir sebagai manusia bumi, dia lebih pantas terlahir sebagai bidadari. Tak heran setiap keberadaannya mampu membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
Yaa, karena itulah aku memanggilnya Princess.
***
Setelah mengurus perizinan mendaki, kami langsung menapaki kaki-kaki kami mengikuti jalur setapak yang menghubungkan Patak Banteng dengan puncak Prau.
Yaa, jalur yang sangat terjal menguras tenaga namun tetap indah untuk di lewatinya.
"Aduh mas, cape'...
Gak nyangka ternyata mendaki gunung itu melelahkan yaa..." Novita mengeluh membungkukkan tubuhnya sembari mengusap keringatnya yang sudah mulai membanjiri seluruh wajahnya.
"Aaahh kata siapa, mendaki itu sangat menyenangkan Princess, bila kita bisa menikmati ritme-ritme yang harus kita lewati...
Tergantung dari sudut pandang yang mana kita melihatnya...
Lihatlah Princess, sekeliling kita yg gelap ini, walau disini terlalu pekat tapi pandanglah keatas, disana terdapat hamparan bintang yang menghiasi langit kita, dan juga lihatlah ke bawah, disana juga terdapat kerlap-kerlip indah lampu kota yang sungguh menawan, yang kadang terlupakan oleh kita karena terfokus pada terjalnya jalur dan pekatnya malam yang kita lewati ini...
Dan ini baru perjalanan malam, tapi saat fajar nanti pemandangan akan jauh lebih indah dari yang kita bayangkan..." jawabku menyadarkan Novita akan indahnya alam sekitar.
"Waahh iyaa yaa mas, kok dari tadi aku gak ngeh kalo ternyata pemandangannya sangat indah..." ucap Novita dengan wajah yang kembali berseri. Sembari menyebar pandangannya menikmati pesona Dataran Tinggi Dieng dari ketinggian.
"Hhmm... selayaknya kehidupan ini Princess, kadang kita lupa akan anugerah yang diberikan Tuhan pada diri kita, karena kita terlalu fokus pada kekurangan kita..." aku pun menjelaskan dengan nada sok bijak sambil tersenyum manis melihat wajah manis Novita yang makin manis.
"Okee, yuukk kita mulai lagi perjalanannya, yang penting kita jangan terfokus pada getirnya perjalanan, tapi fokuslah pada indahnya pemandangan yang disajikan disetiap jengkal perjalanan ini..." ucapku menyemangati Novita.
"Okee mas Fery.." jawab Novita dengan gaya lincah dan manja.
Pejalanan kembali dilanjutkan melewati jengkal demi jengkal jalur yang kian menantang, Novita yang semula mengeluh kini semakin antusias dalam melangkahkan kakinya ke tanah yang lebih tinggi.
Yaa, setiap langkah adalah menambah ketinggian, begitulah gambaran tentang perjalanan mendaki gunung.
Dan setapak demi setapak, setelah hampir 2 jam perjalanan kini kami sampailah di puncak gunung Prau.
"Subhanallah... Keren bangett mass viewnya..." sontak wajah Princess berbinar-binar menyaksikan pemandangan dari puncak Prau ini.
"Inilah surga yang tersembunyi itu Princess, dimana Tuhan sengaja menyembunyikannya dari hiruk-pikuk keramaian, hanya untuk kita Princess, kita yang mau berjuang mendaki...
Yaa, hanya para pendakilah yang bisa menikmati pemandangan seperti ini..." ucapku sembari menatap wajah sendu Princess, dengan kedua tanganku yang menyentuh pipinya.
Suasana pagi itu sangat syahdu, pesona golden sunrise dengan bayangan siluet gugusan Sindoro-Sumbing, dengan lautan awan nan luas tanpa batas, dari kejauhan nampak Merbabu-Merapi yang nampak kecil karena efek jarak yang membentang.
Dan puncak yang luas dengan bukit-bukit berjejer menghijau nan indah.
Inilah pemandangan khas puncak gunung Prau.
Disaat mentari mulai merayap mengusir pekat, aku dan Novita duduk diatas matras untuk menikmati keindahan momen ini detik demi detik, tanpa sadar Novita menyandarkan kepalanya di pundakku, membuat hatiku dak dik duk tak menentu.
Ini adalah rasa yg entah kapan terakhir kali aku merasakannya, romantisme kehidupan yang telah lama hilang, dan baru kali ini aku merasakan kabahagiaan dan kedamaian jiwa yang syahdu.
Saat suasana hening dan tenang, tiba-tiba hape ku berbunyi keras memecah kesunyian, seketika ku rogoh kantong celanaku dan ku angkat panggilan telpon itu, belum sempat aku berucap assalamualaikum, tiba-tiba terdengan suara yang sudah tak asing lagi di telingaku.
"Hey brengs*k kemana aja siihh lu, ditelpon susah amat...!!!!
Lu sengaja menghindar dari gw lu yee...
Gak pernah becus banget siihh jadi pacar...
Kapan lu bisa nganterin gw pergii...!!!!???
Gw bener-bener muak sama lu...!!!
Dan gw udah..."
"Tuutt... tuutt... tuutt..."
Tanpa pikir panjang aku langsung menutup telponnya, dan ku lempar hape ku ke dalam tas carriel yang berada disampingku.
"Siapa tuh mas Fery... Kok marah-marah gituu...???" tanya Novita dengan nada heran.
"Dia orang yang pernah aku ceritakan sama kamu..." jawabku singkat.
"Kenapa mas gak berusaha merubah sifatnya yang emosian itu...???" tanya Novia dengan nada pelan.
"Dulu sejak pertama menjalin hubungan dengannya, aku memang sudah tau karakternya, dan saat itu aku yakin kalo aku pasti bisa merubah sifatnya menjadi lebih baik...
Karena aku yakin bahwa setiap orang pasti bisa berubah seiring kedewasaannya...
Tapi pada akhirnya aku sadar, bahwa semua itu sudah menjadi wataknya, sementara watak itu tidak mungkin mudah dirubah begitu saja...
Dan kini aku mulai putus asa Princess..." jawabku lemah sambil menundukan wajah senduku.
"Yang sabar yaa mass..." ucap Novita sembari mengusap wajahku penuh kelembutan.
Lalu Novita kembali menyandarkan tubuhnya di pangkuanku, ketegangan yang terjadi di tubuhku kini sekejap berubah menjadi kedamaian dalam jiwa.
Seperti lembutnya awan yang membalut cakrawala...
***
Aku tak peduli apa yang akan terjadi esok hari...
Yang jelas, disini, diatas awan ini cintaku bersemi...
Hanya padamu Princess, yaa hanya padamu...
Karena kamulah yang mampu membuat aku merasa sedamai ini...
Hanya kamu yang mampu membuat hidupku lebih berarti...
Dan aku harap, kamu tetap mau menemani petualanganku...
Petualangan menjelajahi kehidupan ini...
Percayalah Princess,
Cinta ini cinta diatas awan, cinta yang penuh kelembutan...
Cinta ini cinta diatas awan, cinta yang penuh keindahan...
Karena seharusnya cinta itu penuh kasih sayang, selayaknya awan yang memberi keteduhan...
Seperti sikapmu yang meneduhkan hatiku...
I Love You Princess, I Love You...
================ SEKIAN ===============
By: Ahmad Pajali Binzah
Foto: googling
Baca juga cerpen tentang petualangan:
Curug Bidadari, atau biasa disebut curug Batu Dinding Kolam Lima, karena di sekitar air terjun ini terdapat lima ceruk aliran air yang menyerupai kolam renang, yang sering digunakan untuk mandi dan berenang, mulai yang dangkal sampai yang kedalamannya belum terukur. Dan juga disisi kanan kirinya terdapat batu tebing yang tinggi menjulang.
Dan memang kelebihan dari curug ini adalah untuk berenang, karena jika dilihat dari ketinggian air terjunnya tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan curug-curug pada umumnya, tapi wanawisata ini memang tidak sekedar untuk dilihat pemandangannya saja, tapi untuk dinikmati kesegaran dan kejernihan airnya. Yaitu pengunjung kurang afdol kalo datang kesini tidak menikmati serunya berenang dikolam alam ini.
Secara geografis dan administratif curug ini masuk dalam wilayah Pekalongan, tepatnya di desa Purbo Jolotigo, kecamatan Talun, kabupaten Pekalongan. Karena setelah kita menyeberangi sungai, di sepanjang jalur tersebut sampai di titik air terjun, kita berada di sisi sebelah kanan sungai yang artinya kita sudah berada di wilayah kabupaten Pekalongan.
Tetapi karena pintu masuk ke lokasi wisata ini dari desa Silurah, kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang dan dikelola oleh warga setempat jadi curug ini lebih populer disebut curug Bidadari Batang.
Bisa dimaklumi setiap batas administrasi suatu daerah memang biasanya menggunakan sungai sebagai patok batasnya, dan air terjun memang lokasinya pasti disungai. Jadi sah-sah saja jika suatu lokasi air terjun masuk kedalam dua wilayah admisistrasi yang berbeda.
Dan terlepas dari masalah batas wilayah, saya disini tidak untuk membahas masalah itu, tapi untuk menganjak temen-temen bertualang menikmati kesegaran berenang di curug Bidadari.
Yuukk kita mulai perjalanannya...
Untuk menuju lokasi wisata ini jika dari arah pantura jika dari barat setelah melewati kota Pekalongan, tepatnya di Perempatan Grogolan, kita ambil kanan kearah selatan menuju pasar Warung Asem.
Jika kita dari arah timur setelah sampai di alun-alun Batang kita bisa ambil kiri kearah selatan menuju pasar Warung Asem.
Dari Warung Asem kita masih lurus terus ke selatan sampai di pasar Pandan Sari (Ndansari), dari sini kita bisa lurus via jalur Wonotunggal lewat jalan raya Bandar atau belok ke kanan via jalur Talun lewat jalur alternatif.
Di sepanjang jalan setiap persimpangan jalan banyak plang petunjuk arah jadi jangan takut tersesat alias nyasar, atau kalau ingin aman, tanyakan saja pada penduduk setempat insya'Allah semua pasti tau. Yang terpenting patokannya tujuan kita adalah desa Silurah, kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang.
Karena pintu masuk lokasi wisata ini dari desa Silurah.
Karena rumah saya di dukuh Kedolon, desa Jrebeng Kembang, kec. Karangdadap, kab. Pekalongan, jadi start perjalanan dimulai dari sini. |
Jika kita melewati jalur Talun, kita akan menemui banyak plang petunjuk jalan, ambil ke arah Bandar. |
Jika kita sudah melewati gerbang desa Sodong berarti sekitar 5km lagi kita akan sampai di desa Silurah. |
Keadaan jalan dengan aspal mulus |
Gerbang desa Silurah |
Kalau kita sudah memasuki gerbang desa Silurah, sekitar 2 km kita akan menjumpai gang di sebelah kanan jalan, dengan gapura bertuliskan "Situs Sejarah Patung Ganesha, dan air terjun Kalirogno"
Air terjun yang tertera memang bukan curug Bidadari, tapi curug Kalirogno karena memang yang ditemukan lebih dulu curug Kalirogno.
Setelah itu kita memasuki gang tersebut sekitar 1 km dengan jalan yang agak rusak kita akan nenemui pertigaan lokasi wisata dengan papan Selamat Datang.
Jika dihitung total waktu tempuh dari pantura sampai disini, memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang (±50km/jam).
Gapura menuju lokasi wisata |
Narziss duloe... |
Pertigaan menuju patung Ganesha dan air terjun, disini para pengunjung dipungut tiket masuk. |
Tiket masuk, harga tiket Rp 5000/motor sudah termasuk parkir dan tiket masuk untuk dua orang. |
Papan selamat datang |
Dari papan Selamat Datang ini kita masuk jalan berbatu menyusuri hutan pinus dan hutan kopi sekitar 10 menit. Barulah kita akan sampai di area parkir, di area parkir ini sebagai titik awal jalur setapak menuju air terjun. Disini juga terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman.
Jalan berbatu menuju area parkir |
Seperti biasa, gak lupa tetep eksiZz... :p |
Area parkir, foto diambil saat pertama masuk area parkir ujung timur |
Deretan motor yang terparkir, foto diambil dari ujung bagian barat |
Deretan motor dengan background warung-warung jajanan |
Istirahat dulu di warung |
Jam operasional |
Dari area parkir perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan setapak yang menuruni punggunggungan. Turunan yang terjal ini jika perjalanan kembali akan menjadi tanjakan yang menguras tenaga, jadi persiapkan fisik yang fit dan sebugar mungkin.
Setelah menuruni jalur sekitar 10 menit kita akan bertemu sungai kecil. Mungkin aliran sungai ini di atasnya terdapat curug Kalirogno, tapi menurut pemikiran saya, aliran airnya saja sekecil ini, bisa kebayang bagaimana air terjunnya, jadi untuk perjalanan kali ini kami putuskan untuk menuju curug Bidadari saja.
Awal treking |
Jalur setapak melintas ditengah hutan |
Sungai pertama yang harus diseberangi |
Setelah melewati sungai kecil, kita akan menjumpai plang petunjuk arah, antara ke kiri ke curug Kalirogno dan ke kanan ke curug Bidadari.
Dan dari plang ini juga situs bersejarah Patung Ganesha sudah terlihat.
Plang petunjuk, jika kekiri ke curug Kalirogno, jika kekanan ke curug Bidadari, nampak background patung Ganesha |
Situs sejarah purbakala, patung Ganesha |
Dari patung Ganesha perjalanan dilanjutkan tetap menyusuri jalan setapak melewati jalan datar lalu menyeberangi sungai besar, dan sungai inilah yang diatasnya terdapat curug Bidadari.
Jadi setelah menyeberang sungai ini, jalurnya cenderung melipir punggungan mengikuti kelok aliran sungai ini.
Sungai kedua yang harus diseberangi |
Menyeberangi sungai, jika musim penghujan tentu debit airnya akan lebih besar, jadi harus hati-hati. Setelah menyeberangi sungai ini, sebenarnya kita telah memasuki wilayah Pekalongan. |
Selfi duloe biar kekinian, BINZAH BROTHER... hehehee... |
Setelah menyeberangi sungai, ada plang petunjuk arah |
Keadaan hutan yg masih asri, karena sejak melewati gapura kita tidak melewati pemukiman penduduk |
Jalur yang jelas dan bersih, karena banyak para pemanen bambu yang selalu membersihkan jalur jika ada ranting yang melintang dijalur. |
Setelah melewati sungai kedua, jalur cenderung datar karena melipir mengikuti aliran sungai. |
Tetep kompak saat berjalan, foto diambil saat perjalanan pulang |
Sepanjang jalur menuju curug Bidadari vegetasi didominasi tumbuhan perkebunan, seperti karet, cengkeh, kopi dan bambu. Tapi saat kita sudah melewati hutan bambu dan sudah bertemu orang-orang yang sedang memanen bambu, itu artinya beberapa langkah lagi kita sudah sampai di curug Bidadari.
Setelah sempet ngobrol dengan para pekerja disana, bambu itu setelah dipotong langsung di rajang tipis-tipis agar mudah membawanya, dan katanya bambu tersebut akan digunakan untuk industri rumahan untuk pembuatan tampah, ceteng (tempat nasi), capeng (topi sawah) dan kerajinan-kerajinan anyaman lain.
Aktifitas pemanenan bambu |
Setelah melewati tempat pemanenan bambu, kita langsung disuguhi aliran sungai yang airnya sangat jernih, nampak kehijau-hijauan dan alami.
Banyak cerukan-cerukan mirip kolam renang yang biasa digunakan untuk berenang.
Total waktu tempuh dari area parkir ke curug ini sekitar 20 menit berjalan kaki.
Cerukan pertama |
Cerukan berikutnya, beberapa cerukan tidak saya foto karena saking asyiknya bermain air |
Dari pertama memasuki cerukan, tidak ada jalur khusus kecuali melintas di batu dan menyeberangi cerukan tersebut, karena sepanjang aliran air ini kiri kanan terdapat dinding tebing. |
Setelah melewati empat cerukan, kita akan sampai di cerukan utama yang dalamnya tak terukur (nyoba nyelem tapi kaki gak nyampe2 ke dasarnya, pokoknya dalam banget)
Dan disini bukan tempat untuk bersantai-santai dan menikmati pemandangan, jadi jangan harap kita akan disuguhi pemandangan air yang tercurah dari ketinggian belasan meter, atau angin yang terhembus dengan butir-butir air yang terhempas, atau juga suara derunya air khas air terjun pada umumnya.
Eitz... Jangan kecewa dulu, karena disini surganya buat yang hoby maen air, mandi dan berenang.
Dijamin lebih seru dan berkesan...
Jadii yuukk langsung nyebur aja kedalam air...!!!
Nikmati kesegarannya lewat foto-foto dibawah ini...
Cikidooottt...
Kesimpulan:
Kelebihan
* Airnya sangat bening, jernih dan dinginnya yang tidak terlalu beku, jadi mandi disini dijamin sangat menyegarkan.
* Lokasinya yang terpencil, jadi keasrian alamnya masih terjaga.
* Obyek wisata baru, otomatis belum semua orang pernah kesini, dijamin punya kebanggaan tersendiri saat berkunjung ke tempat wisata ini, dan nenurut info, penarikan tiket masuk dan area parkir baru dibuka sekitar sebulan yang lalu, sebelumnya jika kesini motor diparkir tanpa penjagaan.
* Harga tiket masuk yang relatif murah, dan penjagaan yang baik, petugas parkirnya yang berseragam batik yang terkesan terkoodinir dengan baik, otomatis kita gak perlu was-was lagi saat meninggalkan motor kita. Karena obyek wisata ini masih dikelola oleh penduduk setempat.
* Penyewaan ban sebagai pelapung yang relatif murah, Rp 5000/pcs tanpa batasan waktu.
* Jalur yang jelas dan banyak plang petunjuk jalan, jadi gak perlu takut tersesat di hutan.
Kekurangan
* Lokasi yang terpencil dan tidak ada angkutan umum, jadi untuk kesini wajib menggunakan kendaraan pribadi. Buat backpacker yang biasa melancong dengan angkutan umum, mungkin perlu ngerental motor atau nyari temen buat bisa diajak bertualang bareng.
* Jalur trek menuju curug melintasi pegunungan, otomatis membutuhkan energi dan stamina. Dibutuhkan kondisi tubuh yang fit dan jangan lupa olah raga beberapa hari sebelumnya.
* Kurangnya fasilitas, karena lokasi wisata ini masih baru jadi jangan harap ada fasilitas yang memadai, seperti toilet, kamar mandi bilas dan tempat ganti baju, tempat sampah, saung untuk berteduh, pembatas/pengaman jalur, petugas yang memantau, DLL.
* Karena disini tidak ada tempat ganti baju, otomatis bagi pengunjung wajib membawa sarung untuk penutup saat mengganti baju basah.
* Tidak terdapat warung makan permanen di titik lokasi wisata, jadi untuk mengantisipasi perut lapar saat sehabis berenang, pengunjung wajib membawa bekal makanan sendiri.
* Karena wanawisata ini dikelola masyarakat setempat, jadi tidak ada tiket masuk yang resmi dan jaminan asuransi.
Sebagai masukan kepada pengelola:
Harap sediakan tempat sampah, toilet/kamar ganti, pembatas jalan di jalur yang extrime di tepi jurang, dan tempatkan petugas di titik lokasi wisata untuk menjaga dan memantau pengunjung untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Demikian ulasan saya tentang perjalanan ke curug Bidadari, Batang.
Ulasan ini saya tulis dalam rangka memajukan potensi wisata alam, terutama di daerah dekat tempat tinggal saya, bukan untuk mengajak anak-anak alay yang datang hanya untuk mengotori alam saja.
Jadi bagi sobat-sobat yang ingin berkunjung ke lokasi curug Bidadari ini wajib menjaga kelestarian alam disana dan jangan lupa sampah wajib dibawa kembali, jangan dibuang sembarangan...!!!!
Terimakasih...
SELAMAT BERTUALANG...!!!
======================================
BACA JUGA:
Info Lengkap Curug Blanten, Pekalongan.
Info Lengkap Curug Lawe, Petungkriyono.
Info Lengkap Kedung Sipingit, Petungkriyono.
Info Lengkap Curug Lawe, Petungkriyono.
Info Lengkap Kedung Sipingit, Petungkriyono.
*****
Checklis Perlengkapan Mendaki Gunung
Pendakian Gunung Lawu
Pendakian Gunung Lembu
Pendakian Gunung Cikuray
Pendakian gunung Merbabu
Pendakian Gunung Papandayan
Pendakian Gunung Batu, Jonggol.
Pendakian Gunung Lawu
Pendakian Gunung Lembu
Pendakian Gunung Cikuray
Pendakian gunung Merbabu
Pendakian Gunung Papandayan
Pendakian Gunung Batu, Jonggol.
Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng turun via Eyek-Eyek
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung
Baca juga cerpen tentang petualangan:
[Cerpen] Situmbal
[Cerpen] Istri Muda
[Cerpen] Aku Benci Ibu
[Cerpen] Pohon Terakhir
[Cerpen] Edelweis di Pos 3
[Cerpen] Aku Pendaki Kartini
[Cerpen] Pendakian Terindah
[Cerpen] Kisah Cinta Sang Serdadu
[Cerpen] Pendakian Gunung Keramat
[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy
[Cerpen] Tersesat di Jaman Majapahit
[Cerpen] Badai Senja di Lereng Merapi
[Cerpen] Tentang Cinta Yang Bertentangan
[Cerpen] Karena Batu Akik Aku Jadi Playboy
[Cerpen] Jangan Rebut Aku Dari Istriku
[Cerpen] Aku Hanya Pendaki Gunung Lawu
[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati di Gunung