Episode: Kembali ke dimensi waktu
Untuk awal cerita silahkan KLIK DISINI
Tak terasa sudah dua hari kami hidup dipelarian, bersembunyi di pekat belantara lereng gunung Salak sebelah timur.
Dan setelah mengatur rencana matang-matang, akhirnya kami putuskan untuk meneruskan perjalanan ke arah barat menuju tanah Suarnadwipa (Sumatera).
Dan rencana kami akan melewati jalur selatan menuju Sukabumi lalu menuju selat Sunda, karena jalur itu dinilai cukup aman menghindari pasukan Sunda Galuh.
Tapi na'as nya, saat kami menuruni lereng menuju jalan utama, ternyata keberadaan kami telah diketahui mata-mata kerajaan. Dan ternyata kami telah dikepung oleh prajurit Sunda Galuh secara besar-besar yang dipimpin oleh Jayadipati sendiri.
"Mau kemana kalian...???
Sampai ke ujung dunia pun kalian tak akan bisa lepas dari genggamanku...!!!" Jayadipati menggertak sembari mengepalkan tangannya erat-erat yang menandakan amarahnya menyala-nyala.
"Putri, kembali ke istana...!!!
Aku diperintahkan baginda untuk membawamu pulang ke istana..." Jayadipati menyuruh Dewi Larasati untuk kembali.
"Tidak...!!! Aku tidak mau kembali, aku ingin selalu bersama akang Sena..." Dewi Larasati menolak tegas.
"Prajurit, bawa putri kembali...!!!" Jayadipati memerintahkan prajuritnya untuk membawa paksa Dewi Larasati kembali ke istana. Lalu beberapa prajurit menangkap Dewi Larasati.
"Tidak, lepaskan aku..." Dewi Larasati terus meronta.
"Lepaskan dia, putri sudah dewasa untuk menentukan jalan hidupnya sendiri...!!!" Wingsang menggertak Jayadipati.
"Dia putri kerajaan, tak pantas bersama kalian...!!!
Masih berani kau bicara...!!!???
Pasukan, habisi mereka...!!!!" Jayadipati marah besar.
Lalu pertarungan pun tak dapat dihindarkan, kejadian Perang Bubat kembali terulang, namun ini lakonnya terbalik, dimana dua orang dari Majapahit dibantai habis-habisan oleh prajurit Sunda Galuh yang jumlahnya tak terhitung.
Yaa, cerita-cerita tentang keberanian jiwa-jiwa ksatria akan terus ada dimana harga diri dan cinta harus dijunjung tinggi.
*****
Walau diserang dan dibantai ribuan prajurit, namun kami tak sedikit pun gentar atau pun goyah, justru perlawanan kami semakin sengit,
Aku, Wingsang dan kuda-kuda terhebat kami tak pernah takut menghadapi nara bahaya. baru kali ini jiwa ksatriaku tumbuh dan tak sedikitpun merasa gentar.
Biasanya saat terjadi peperangan aku hanya menjerit histeris ketakutan, namun kali ini seakan aku merasakan menjadi prajurit sejati seperti apa yang diteladankan Wingsanggeni.
Karena kalah jumlah akhirnya kuda kami roboh dan kami harus berperang langsung berhadapan. Ditengah serbuan ribuan musuh aku melihat Wingsang semakin tak berdaya, namun semangatnya tetap berkobar untuk terus mengayunkan pedangnya ke arah musuh, dan anehnya walaupun kami diserang ribuan musuh, namun tubuh kami tak pernah terluka sedikit pun.
Hingga akhirnya kami harus tertangkap dan berhasil diringkus oleh mereka.
Lalu Jayadipati mendekat,
"Hhhmmm, lumayan juga ilmu kanoraganmu anak muda..." Jayadipati menggertak sembari mengangkat dagu Wingsanggeni.
"Cuuuhhh...!!!" dengan emosi Wingsanggeni meludah ke muka Jayadipati.
"Pengecuutt...!!!!" teriak Wingsang menantang Jayadipati.
Namun Jayadipati memilih melangkah mundur lalu berkata,
"Penggal kepalanya...!!!!" teriak Jayadipati penuh amarah.
Sementara Dewi Larasati terus berontak menyaksikan pembantaian ini.
Namun setelah beberapa kali pedang diayunkan ke lehernya, Wingsang tetap sama sekali tak terluka.
"Hahahaa... pedang kalian terlalu tumpul...!!!!
Apa kalian tidak bisa membuat senjata yang lebih tajam...???
Jika ingin membunuhku, ambillah keris buatan mpu Sasora ini, tusukkan ke perutku...!!!" tantang Wingsanggeni dengan tubuh yang mulai lemah sembari menengok ke pinggang yang terselip keris mpu Sasora.
Lalu Wingsang menghadap ke arahku sembari mengangutkan kepalanya yang mengisaratkan,
"ini sudah waktunya Sena..."
Seketika Jayadipati mendekat dan mengambil keris yang terselip di pinggang Wingsang lalu menusukkan nya ke perut sahabatku itu, rasanya aku tak tega melihat semua ini.
Wingsang yang kedua tangannya masih ringkus oleh prajurit mereka, tak berdaya perutnya terhunus oleh kerisnya sendiri. Darah mengucur dengan derasnya yang melemahkan seluruh jiwa dan raganya, namun wajah Wingsang tetap tenang dan tersenyum.
Setelah itu dengan sigap pedang besar mengayun tepat dileher Wingsang.
Siang itu, aku melihat sendiri sahabat terbaikku harus gugur dihadapanku sendiri.
"Tidaaakkkk....!!!" aku menjerit histeris.
Tak berapa lama, Jayadipati dengan keris yang masih berlumuran darah itu datang menghampiriku yang sudah tak berdaya diringkus oleh prajurit mereka. Lalu menusukkan keris itu tepat di perutku.
Aku merasakan saktinya keris mpu Sasora yang menghunus perutku dan merobek lambungku.
"Akanggg...!!!!" Dewi Larasati berteriak histeris.
Seketika pedang besar yang ada diatas leherku siap mengayun untuk memenggalku. Dalam hitungan detik pedang itu mendarat tepat di leherku.
Aku merasakan kepalaku ringan melayang ke udara lalu mendarat jatuh ke tanah. Aku masih dapat melihat tubuhku tanpa kepala dengan leher yang terputus bersimbah darah, lalu kalung pemberian kakek Mpu Sasora lepas dari leherku dan jatuh berserakan jatuh ke tanah.
Aku ingat pesan Mpu Sasora waktu memberikan kalung itu padaku,
"Pakailah ini nak, kalung ini akan menjagamu selama kau ada di dimensi ini, jika suatu saat kalung ini lepas dan menyentuh bumi, maka kamu akan terseret kembali ke dimensi waktu di jaman dimana kamu hidup..."
Sesaat setelah kalung itu jatuh berserakan ke tanah, badai datang kencang sekali, angin puting beliung menggulung-gulung dengan pusaran awan yang sangat besar.
Aku terseret masuk dalam pusaran itu, menyeret jiwaku terbang melayang ke langit hitam.
Dari jauh aku melihat Dewi Larasati mendekat ke jasadku, lalu bangkit dan merebut keris di tangan Jayadipati, tanpa pikir panjang Dewi Larasati menusukkan keris itu tepat di perutnya sendiri lalu merobohkan tubuhnya tepat diatas jasadku.
"Aku ikut denganmu akang..." begitulah kata-kata terakhir yang terucap lirih dari bibir Dewi Larasati.
Dan aku pun makin terseret kencang memasuki pusaran ke dimensi waktu dimana aku semula berada. Dimensi waktu di tahun 2016.
"Aaaahhhhh...." aku berteriak keras, rohku terseret jauh menembus dimensi waktu yang berbeda.
Lalu,
"Tuutt... tuutt... tuutt..." alat pendeteksi jantung bekerja optimal yang menandakan pasien yang dalam kondisi koma kembali tersadar.
"Panggil dokter, cepat panggil dokter..." teriak ibu-ibu untuk segera memanggil dokter.
Tak berapa lama dokter datang dan mengecek kondisi pasien,
"Dia mulai sadarkan diri..." ucap dokter itu optimis.
"Laras, Laras, dimana kamu..." pasien itu menggil-manggil nama kekasihnya.
Yaa pasien itu adalah aku, yang entah berapa lama aku bertualang ke dimensi waktu yang berbeda.
"Nak, bangun nak, ini ibumu...
Siapa Laras nak...???" ucap ibu sembari menggoyang tubuhku pelan.
"Aku dimana...???" aku mulai sadarkan diri sembari sedikit demi sedikit mencoba membuka mata.
"Kamu di RSUD Kajen nak..." ucap ibuku dengan wajah panik.
"Lalu dimana Laras...???" ucapku lagi sembari melihat sekeliling.
"Laras siapa nak...???" tanya ibuku lagi.
Lantas sejenak semua terdiam.
"Kenapa aku ada disini...???" tanyaku agak ling-lung.
"Kamu sudah 6 bulan ini koma Fer...???" jawab Antok teman sependakianku dulu.
"Siapa itu Fer...???" tanyaku agak heran.
"Iyaa kamu itu Ferdi, namamu Ferdi..." jawab Antok lagi.
"Aku Jaka Sasena, bukan Ferdi..." jawabku lagi dengan nada masih lemah.
"Kamu Ferdi bro, kamu sudah lama koma dan berbaring di rumah sakit ini sejak 6 bulan yang lalu...
Kamu jatuh ke jurang saat kita hendak turun dari gunung Penanggungan..." ucap Heru pemimpin team saat pendakian gunung Penanggungan dulu.
"Oohh aku mulai ingat..." jawabku pelang sembari memegangi kepalaku yang masih terasa berat.
"Alhamdulillah akhirnya kamu tersadar anakku..." ucap ibu yang tak asing lagi wajahnya diingatanku.
"Maakk...." ucapku lirih sembari menatap ke wajah ibuku.
"Bagaimana aku bisa koma selama itu mak...???" tanyaku pada ibuku.
"Yaa, sejak kamu terpeleset jatuh ke jurang, dan hampir 5 hari team SAR melakukan pencarian, akhirnya kamu ditemukan disebuah goa dilereng sebelah barat gunung Penanggungan nak, namun sejak saat itu kondisimu dalam keadaan tak sadarkan diri, kamu langsung dibawa di rumah sakit di daerah Surabaya, setelah dirawat lama disana, dokter mengisaratkan bahwa kamu koma berkepanjangan, dokter juga heran karena makin hari tubuhmu makin kekar padahal hanya infus yang masuk dalam tubuhmu. Dan semua kondisi tubuhmu juga makin membaik walau dalam keadaan koma.
Karena itulah pihak rumah sakit merujuk ke RSUD Kajen, kabupaten Pekalongan ini agar perawatannya tidak jauh dari tempat tinggal kita..." ucap ibu menjelaskan kronologis kejadiannya.
"Tapi bagaimana dengan biayanya maakk...???" ucapku khawatir akan biaya rumah sakit yang sudah berbulan-bulan lamanya.
"Jangan kuatir nak, semua biaya ditanggung pemerintah dan dinas ke-purbakala-an, karena pada saat kamu ditemukan disebuah goa, disana juga ditemukan banyak benda-benda purba kala peninggalan jaman kerajaan dulu, mulai dari perkakas yang terbuat dari tembaga, keramik, juga ditemukan keping emas dalam jumlah yang sangat banyak.
Dan setelah diteliti benda-benda bersejarah itu peninggalan dari jaman Majapahit nak..." ucap ayahku yang sedari tadi duduk disamping ibuku.
"Aaahh, apa benar apa yang aku alami selama ini benar-benar terjadi...???" ucap hatiku heran.
Lalu aku bergegas bangkit dari tempat tidurku.
"Mau kemana nak...???" tanya ibuku sembari menahan aku untuk bangkit.
"Tidak mak, jika kisah yang aku alami itu benar, berarti seharusnya ada keris di bukit Watu Ireng di kecamatan Kandang Serang mak...
Aku ingin membuktikannya..." ucapku sembari bangkit untuk bergegas pergi. Dengan melepas selang infus yang masih menempel di tanganku.
"Antok, kamu bawa motorkan...???
Antarkan aku ke bukit Watu Ireng..." aku mengajak Antok untuk mengantarku pergi.
"Baik Fer aku siap..." lalu aku dan Antok menuju lokasi Watu Ireng, batu besar yang berwarna hitam yang ada di kecamatan Kandang Serang.
Sementara ibu, keluarga dan teman-temanku yang lain siap menyusul sembari menghubungi pihak yang terkait untuk membuktikan benda-benda bersejarah itu.
*****
Sesampainya disana aku langsung mendekat ke batu itu, lalu mengingat-ingat dimana dulu aku menancapkan keris itu.
Tak berapa lama akhirnya aku menemukan kerisnya, lalu aku cabut lagi dari rekahan yang ada di batu hitam itu.
"Yaa, ternyata petualanganku menjelajahi bumi Jawa Dwipa di masa lalu benar-benar terjadi. Aku telah masuk ke dimensi waktu ratusan tahun yang lalu..." ucapku pada Antok teman sekampungku yang juga ikut dalam pendakian gunung Penanggungan yang na'as itu.
Lalu beberapa rombongan datang, mulai dari team arkeolog, dokter, bupati dan pihak-pihak yang berwenang.
Mereka menyusul ke tempat ini untuk mendengar keteranganku tentang benda-benda bersejarah itu, termasuk keris yang baru saja aku ambil.
"Ini keris bersejarah yang dibuat oleh Mpu Sasora, guruku sekaligus salah satu orang paling sakti di era Majapahit, silahkan diteliti..." ucapku sembari memberikan keris itu pada bapak Bupati untuk segera diteliti.
Lalu aku kembali melangkah meninggalkan mereka.
"Perjalanan ini memang sudah usai, namun ada perjalanan lain yang telah menantiku untuk aku jelajahi,
Yaa, petualanganku dalam mencari sahabat dan kekasihku, Wingsanggeni dan Dewi Larasati...
Karena aku yakin, saat ini mereka pasti sedang tersesat di jamanku ini...
Yaa, karena perjalanan ini akan terus berjalan...."
============= SEKIAN =============
NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama itu hanya kebetulan semata...
Namun untuk nama-nama tokoh dalam kerajaan dan latar belakang sejarah diambil dari berbagai sumber dan referensi sejarah...
By: Ahmad Pajali Binzah
*foto-foto diatas hanya ilustrasi, diambil dari koleksi pribadi dan dari berbagai sumber.
================================
Untuk awal cerita silahkan KLIK DISINI
Tak terasa sudah dua hari kami hidup dipelarian, bersembunyi di pekat belantara lereng gunung Salak sebelah timur.
Dan setelah mengatur rencana matang-matang, akhirnya kami putuskan untuk meneruskan perjalanan ke arah barat menuju tanah Suarnadwipa (Sumatera).
Dan rencana kami akan melewati jalur selatan menuju Sukabumi lalu menuju selat Sunda, karena jalur itu dinilai cukup aman menghindari pasukan Sunda Galuh.
Tapi na'as nya, saat kami menuruni lereng menuju jalan utama, ternyata keberadaan kami telah diketahui mata-mata kerajaan. Dan ternyata kami telah dikepung oleh prajurit Sunda Galuh secara besar-besar yang dipimpin oleh Jayadipati sendiri.
"Mau kemana kalian...???
Sampai ke ujung dunia pun kalian tak akan bisa lepas dari genggamanku...!!!" Jayadipati menggertak sembari mengepalkan tangannya erat-erat yang menandakan amarahnya menyala-nyala.
"Putri, kembali ke istana...!!!
Aku diperintahkan baginda untuk membawamu pulang ke istana..." Jayadipati menyuruh Dewi Larasati untuk kembali.
"Tidak...!!! Aku tidak mau kembali, aku ingin selalu bersama akang Sena..." Dewi Larasati menolak tegas.
"Prajurit, bawa putri kembali...!!!" Jayadipati memerintahkan prajuritnya untuk membawa paksa Dewi Larasati kembali ke istana. Lalu beberapa prajurit menangkap Dewi Larasati.
"Tidak, lepaskan aku..." Dewi Larasati terus meronta.
"Lepaskan dia, putri sudah dewasa untuk menentukan jalan hidupnya sendiri...!!!" Wingsang menggertak Jayadipati.
"Dia putri kerajaan, tak pantas bersama kalian...!!!
Masih berani kau bicara...!!!???
Pasukan, habisi mereka...!!!!" Jayadipati marah besar.
Lalu pertarungan pun tak dapat dihindarkan, kejadian Perang Bubat kembali terulang, namun ini lakonnya terbalik, dimana dua orang dari Majapahit dibantai habis-habisan oleh prajurit Sunda Galuh yang jumlahnya tak terhitung.
Yaa, cerita-cerita tentang keberanian jiwa-jiwa ksatria akan terus ada dimana harga diri dan cinta harus dijunjung tinggi.
*****
Walau diserang dan dibantai ribuan prajurit, namun kami tak sedikit pun gentar atau pun goyah, justru perlawanan kami semakin sengit,
Aku, Wingsang dan kuda-kuda terhebat kami tak pernah takut menghadapi nara bahaya. baru kali ini jiwa ksatriaku tumbuh dan tak sedikitpun merasa gentar.
Biasanya saat terjadi peperangan aku hanya menjerit histeris ketakutan, namun kali ini seakan aku merasakan menjadi prajurit sejati seperti apa yang diteladankan Wingsanggeni.
Karena kalah jumlah akhirnya kuda kami roboh dan kami harus berperang langsung berhadapan. Ditengah serbuan ribuan musuh aku melihat Wingsang semakin tak berdaya, namun semangatnya tetap berkobar untuk terus mengayunkan pedangnya ke arah musuh, dan anehnya walaupun kami diserang ribuan musuh, namun tubuh kami tak pernah terluka sedikit pun.
Hingga akhirnya kami harus tertangkap dan berhasil diringkus oleh mereka.
Lalu Jayadipati mendekat,
"Hhhmmm, lumayan juga ilmu kanoraganmu anak muda..." Jayadipati menggertak sembari mengangkat dagu Wingsanggeni.
"Cuuuhhh...!!!" dengan emosi Wingsanggeni meludah ke muka Jayadipati.
"Pengecuutt...!!!!" teriak Wingsang menantang Jayadipati.
Namun Jayadipati memilih melangkah mundur lalu berkata,
"Penggal kepalanya...!!!!" teriak Jayadipati penuh amarah.
Sementara Dewi Larasati terus berontak menyaksikan pembantaian ini.
Namun setelah beberapa kali pedang diayunkan ke lehernya, Wingsang tetap sama sekali tak terluka.
"Hahahaa... pedang kalian terlalu tumpul...!!!!
Apa kalian tidak bisa membuat senjata yang lebih tajam...???
Jika ingin membunuhku, ambillah keris buatan mpu Sasora ini, tusukkan ke perutku...!!!" tantang Wingsanggeni dengan tubuh yang mulai lemah sembari menengok ke pinggang yang terselip keris mpu Sasora.
Lalu Wingsang menghadap ke arahku sembari mengangutkan kepalanya yang mengisaratkan,
"ini sudah waktunya Sena..."
Seketika Jayadipati mendekat dan mengambil keris yang terselip di pinggang Wingsang lalu menusukkan nya ke perut sahabatku itu, rasanya aku tak tega melihat semua ini.
Wingsang yang kedua tangannya masih ringkus oleh prajurit mereka, tak berdaya perutnya terhunus oleh kerisnya sendiri. Darah mengucur dengan derasnya yang melemahkan seluruh jiwa dan raganya, namun wajah Wingsang tetap tenang dan tersenyum.
Setelah itu dengan sigap pedang besar mengayun tepat dileher Wingsang.
Siang itu, aku melihat sendiri sahabat terbaikku harus gugur dihadapanku sendiri.
"Tidaaakkkk....!!!" aku menjerit histeris.
Tak berapa lama, Jayadipati dengan keris yang masih berlumuran darah itu datang menghampiriku yang sudah tak berdaya diringkus oleh prajurit mereka. Lalu menusukkan keris itu tepat di perutku.
Aku merasakan saktinya keris mpu Sasora yang menghunus perutku dan merobek lambungku.
"Akanggg...!!!!" Dewi Larasati berteriak histeris.
Seketika pedang besar yang ada diatas leherku siap mengayun untuk memenggalku. Dalam hitungan detik pedang itu mendarat tepat di leherku.
Aku merasakan kepalaku ringan melayang ke udara lalu mendarat jatuh ke tanah. Aku masih dapat melihat tubuhku tanpa kepala dengan leher yang terputus bersimbah darah, lalu kalung pemberian kakek Mpu Sasora lepas dari leherku dan jatuh berserakan jatuh ke tanah.
Aku ingat pesan Mpu Sasora waktu memberikan kalung itu padaku,
"Pakailah ini nak, kalung ini akan menjagamu selama kau ada di dimensi ini, jika suatu saat kalung ini lepas dan menyentuh bumi, maka kamu akan terseret kembali ke dimensi waktu di jaman dimana kamu hidup..."
Sesaat setelah kalung itu jatuh berserakan ke tanah, badai datang kencang sekali, angin puting beliung menggulung-gulung dengan pusaran awan yang sangat besar.
Aku terseret masuk dalam pusaran itu, menyeret jiwaku terbang melayang ke langit hitam.
Dari jauh aku melihat Dewi Larasati mendekat ke jasadku, lalu bangkit dan merebut keris di tangan Jayadipati, tanpa pikir panjang Dewi Larasati menusukkan keris itu tepat di perutnya sendiri lalu merobohkan tubuhnya tepat diatas jasadku.
"Aku ikut denganmu akang..." begitulah kata-kata terakhir yang terucap lirih dari bibir Dewi Larasati.
Dan aku pun makin terseret kencang memasuki pusaran ke dimensi waktu dimana aku semula berada. Dimensi waktu di tahun 2016.
"Aaaahhhhh...." aku berteriak keras, rohku terseret jauh menembus dimensi waktu yang berbeda.
Lalu,
"Tuutt... tuutt... tuutt..." alat pendeteksi jantung bekerja optimal yang menandakan pasien yang dalam kondisi koma kembali tersadar.
"Panggil dokter, cepat panggil dokter..." teriak ibu-ibu untuk segera memanggil dokter.
Tak berapa lama dokter datang dan mengecek kondisi pasien,
"Dia mulai sadarkan diri..." ucap dokter itu optimis.
"Laras, Laras, dimana kamu..." pasien itu menggil-manggil nama kekasihnya.
Yaa pasien itu adalah aku, yang entah berapa lama aku bertualang ke dimensi waktu yang berbeda.
"Nak, bangun nak, ini ibumu...
Siapa Laras nak...???" ucap ibu sembari menggoyang tubuhku pelan.
"Aku dimana...???" aku mulai sadarkan diri sembari sedikit demi sedikit mencoba membuka mata.
"Kamu di RSUD Kajen nak..." ucap ibuku dengan wajah panik.
"Lalu dimana Laras...???" ucapku lagi sembari melihat sekeliling.
"Laras siapa nak...???" tanya ibuku lagi.
Lantas sejenak semua terdiam.
"Kenapa aku ada disini...???" tanyaku agak ling-lung.
"Kamu sudah 6 bulan ini koma Fer...???" jawab Antok teman sependakianku dulu.
"Siapa itu Fer...???" tanyaku agak heran.
"Iyaa kamu itu Ferdi, namamu Ferdi..." jawab Antok lagi.
"Aku Jaka Sasena, bukan Ferdi..." jawabku lagi dengan nada masih lemah.
"Kamu Ferdi bro, kamu sudah lama koma dan berbaring di rumah sakit ini sejak 6 bulan yang lalu...
Kamu jatuh ke jurang saat kita hendak turun dari gunung Penanggungan..." ucap Heru pemimpin team saat pendakian gunung Penanggungan dulu.
"Oohh aku mulai ingat..." jawabku pelang sembari memegangi kepalaku yang masih terasa berat.
"Alhamdulillah akhirnya kamu tersadar anakku..." ucap ibu yang tak asing lagi wajahnya diingatanku.
"Maakk...." ucapku lirih sembari menatap ke wajah ibuku.
"Bagaimana aku bisa koma selama itu mak...???" tanyaku pada ibuku.
"Yaa, sejak kamu terpeleset jatuh ke jurang, dan hampir 5 hari team SAR melakukan pencarian, akhirnya kamu ditemukan disebuah goa dilereng sebelah barat gunung Penanggungan nak, namun sejak saat itu kondisimu dalam keadaan tak sadarkan diri, kamu langsung dibawa di rumah sakit di daerah Surabaya, setelah dirawat lama disana, dokter mengisaratkan bahwa kamu koma berkepanjangan, dokter juga heran karena makin hari tubuhmu makin kekar padahal hanya infus yang masuk dalam tubuhmu. Dan semua kondisi tubuhmu juga makin membaik walau dalam keadaan koma.
Karena itulah pihak rumah sakit merujuk ke RSUD Kajen, kabupaten Pekalongan ini agar perawatannya tidak jauh dari tempat tinggal kita..." ucap ibu menjelaskan kronologis kejadiannya.
"Tapi bagaimana dengan biayanya maakk...???" ucapku khawatir akan biaya rumah sakit yang sudah berbulan-bulan lamanya.
"Jangan kuatir nak, semua biaya ditanggung pemerintah dan dinas ke-purbakala-an, karena pada saat kamu ditemukan disebuah goa, disana juga ditemukan banyak benda-benda purba kala peninggalan jaman kerajaan dulu, mulai dari perkakas yang terbuat dari tembaga, keramik, juga ditemukan keping emas dalam jumlah yang sangat banyak.
Dan setelah diteliti benda-benda bersejarah itu peninggalan dari jaman Majapahit nak..." ucap ayahku yang sedari tadi duduk disamping ibuku.
"Aaahh, apa benar apa yang aku alami selama ini benar-benar terjadi...???" ucap hatiku heran.
Lalu aku bergegas bangkit dari tempat tidurku.
"Mau kemana nak...???" tanya ibuku sembari menahan aku untuk bangkit.
"Tidak mak, jika kisah yang aku alami itu benar, berarti seharusnya ada keris di bukit Watu Ireng di kecamatan Kandang Serang mak...
Aku ingin membuktikannya..." ucapku sembari bangkit untuk bergegas pergi. Dengan melepas selang infus yang masih menempel di tanganku.
"Antok, kamu bawa motorkan...???
Antarkan aku ke bukit Watu Ireng..." aku mengajak Antok untuk mengantarku pergi.
"Baik Fer aku siap..." lalu aku dan Antok menuju lokasi Watu Ireng, batu besar yang berwarna hitam yang ada di kecamatan Kandang Serang.
Sementara ibu, keluarga dan teman-temanku yang lain siap menyusul sembari menghubungi pihak yang terkait untuk membuktikan benda-benda bersejarah itu.
*****
Sesampainya disana aku langsung mendekat ke batu itu, lalu mengingat-ingat dimana dulu aku menancapkan keris itu.
Tak berapa lama akhirnya aku menemukan kerisnya, lalu aku cabut lagi dari rekahan yang ada di batu hitam itu.
"Yaa, ternyata petualanganku menjelajahi bumi Jawa Dwipa di masa lalu benar-benar terjadi. Aku telah masuk ke dimensi waktu ratusan tahun yang lalu..." ucapku pada Antok teman sekampungku yang juga ikut dalam pendakian gunung Penanggungan yang na'as itu.
Lalu beberapa rombongan datang, mulai dari team arkeolog, dokter, bupati dan pihak-pihak yang berwenang.
Mereka menyusul ke tempat ini untuk mendengar keteranganku tentang benda-benda bersejarah itu, termasuk keris yang baru saja aku ambil.
"Ini keris bersejarah yang dibuat oleh Mpu Sasora, guruku sekaligus salah satu orang paling sakti di era Majapahit, silahkan diteliti..." ucapku sembari memberikan keris itu pada bapak Bupati untuk segera diteliti.
Lalu aku kembali melangkah meninggalkan mereka.
"Perjalanan ini memang sudah usai, namun ada perjalanan lain yang telah menantiku untuk aku jelajahi,
Yaa, petualanganku dalam mencari sahabat dan kekasihku, Wingsanggeni dan Dewi Larasati...
Karena aku yakin, saat ini mereka pasti sedang tersesat di jamanku ini...
Yaa, karena perjalanan ini akan terus berjalan...."
============= SEKIAN =============
NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama itu hanya kebetulan semata...
Namun untuk nama-nama tokoh dalam kerajaan dan latar belakang sejarah diambil dari berbagai sumber dan referensi sejarah...
By: Ahmad Pajali Binzah
*foto-foto diatas hanya ilustrasi, diambil dari koleksi pribadi dan dari berbagai sumber.
================================
Baca juga cerpen tentang petualangan:
Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah
Super sekali. Tak tunggu kisah yang lainya.
ReplyDeleteGood banget, 5 jempol lah.
ReplyDeleteKerennnnb bgt sumpahh
ReplyDeleteAwalnya sih antuasias bacananya (liat dari judulnya aku pikir nyata) eh pas liat hanya fiktif belaka aku malah marah" gaje eh tapi jadi bikin penasaran trus lanjut baca seharian ini 5 jam khatam bacanya (dari part 1 smpe 10) apalagi pas hampir dipenggal krn bawa surat dari putri sunda sama pas wingsanggeni datang nyelamatin jaka sasena pas mau dipenggal saat penyamarannya terbongkar sama pas wingsanggeni ditikam pke keris mpu sarosa tak terasa mata ini jadi basah
ReplyDeleteKlo bsa bikin TDJM 2 yg cerita tentang jaka sasena ketemu wingsanggeni sama dewi larasati di zamannya jaka sasena aku jamin yg baca daru awal pasti mewek
Nice thread
Ceritanya keren abis
Hehee... makasih atas masukannya...
DeleteKalo pingin baca cerpen saya yg katanya paling sedih, coba baca yg judulnya:
KISAH CINTA SANG SERDADU...
Banyak yg sudah koment disana katanya bikin baper... :D
Belum baca sih om tapi yg ini aja udh bikin mewek apalagi klo bikin TDJM season 2 yg ktemu Dewi larasati sama Wingsanggeni di zaman modern (zamannya Jaka sasena) pasti lebih keren dan bikin mewek pke bgt
DeleteOyia sama satu lagi lupa om pas Jaka sasena ktemu moyangnya itu juga bikin mewek om
bikin season 2 nya mas,,, petualangan mencari sahabat dan kekasihnya
ReplyDeleteKeren abis Bro, ceritanya bikin penasaran. Selain sbg hiburan, juga sarat akan wawasan dan pengetahuan sejarah. Dari dulu ane slalu berkhayal pengen kembali ke masa lalu (terutama masa SMA), guna memperbaiki kisah gelap dan kekeliruan di masa lalu, supaya tdk menyesal di masa sekarang...wkwkwk seandainya bisa.. Babad Tanah Jawa... lanjutkan
ReplyDeletetak tunggu cerita selanjutnya jaka sasena
ReplyDeleteMana nih om kelanjutannya yg mencari sahabatny
ReplyDeletekirain cm aku yang pingin bgt masuk di mensi masa lalu..aku pingin bgt masuk di mensi dimaan candi prambanan di bangun. dan untuk ceritanya top bgt seakan2 di dibawa masuk ke jaman majapahit beneran!
ReplyDeletemana nih bg season 2 nya yg nyari Dewi larasati sama Wingsanggeni di zaman modern (zamannya Jaka sasena)udh penasaran nih baca nya...
ReplyDeleteTop bgt,5 jempol
ReplyDeleteNilai sejarah dulu dapat berapa mas bro���� siip banget lah
ReplyDeletecritanya bagus,bisa nambah wawasan sejarah juga... btw adakah kelanjutan nya min?
ReplyDeleteLuar biasa ceritanya gan..... udah pantes naek cetak jadi novel
ReplyDeleteSy baru tuntas bacanya,pd dasarnya sy sangat pgn tau peradaban majapahit tu bgmn, dan kebwtulan ktm artikel ini,, epic ceritanya
ReplyDeleteNice nice…
ReplyDeleteCeritanya agak 'simplified' ya… buat hiburan aja ga boleh terlalu dipikirin bener, apalagi di bagian orang2 yg 'tau masa depan'.
Thx buat hiburannya 😊
Yups karena ini cerita hanya imajinasi saya saja...
ReplyDeleteMasalah orang2 yg tau masa depan, itu karena saya ingin menjelaskan pada pembaca tentang sejarah masing2 kota di jawa, tetapi saat cerita ini terjadi banyak kota yg belum terbentuk, contohnya Demak. Jadi agar pembaca tau sejarah Demak maka saya hadirkan seorang tokoh yg seakan bisa meramal masa depan.
Toohh masalah ramal meramal orang2 jaman dulu memang terbiasa meramal, contohnya ramalan Joyoboyo yg hampir semuanya menjadi kenyataan.
Sumpah keren pisan ieu cerita. Mas ini orang mana yah?
ReplyDeleteHehee... terimakasih sudah membaca...
DeleteSaya asli Pekalongan, makanya setting dan tokoh2 dalam cerita ini di Pekalongan...